Selasa, 25 Agustus 2020

Makalah Faedah Psikologi Agama Untuk Pendidikan

Pengertian, Sejarah Perkembangan, Manfaat, Ruang Lingkup 
dan Manfaat Psikologi agama Untuk Pendidikan

Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, keperluan manusia terbatas alasannya adalah keperluan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia yang lain. Karena insan senantiasa membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama alasannya manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada sebuah perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon sumbangan. Sehingga keseimbagan insan dilandasi kepercayan beragama. perilaku orang sampaumur dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuaan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laris keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan yang statis. adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan fikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin alasannya adalah kondisi yang ada. Tingkah laris keagamaan orang sampaumur mempunyai persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Agama

1. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari perkataan yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Kaprikornus secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari perihal jiwa, baik perihal macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya ( ilmu jiwa ). Secara lazim, psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laris manusia atau ilmu yang mempelajari tanda-tanda-gejala jiwa manusia.

Psikologi Menurut Beberapa Ahli:
  • Menurut Dr. Singgih Dirgagunarsa bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
  • Menurut plato dan Aristoteles Psikologi yakni ilmu wawasan yang mempelajari teentang hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir. 
  • Menurut Clifford T. Morgan Psikologi yakni ilmu yang mempelajari tingkah laku insan dan binatang.
  • Menurut H. Sumardi, MSI Psikologi ialah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap serta tingkah laris insan selaku gambaran dari gejala jiwa yang berada di belakangnya.
  • Menurut Ricard H. Thouless Psikologi adalah ilmu perihal tingkah laris pengalaman insan.
  • Menurut Jalaluddin Psikologi yaitu imu yang mempalajari gejala jiwa insan yanng wajar , remaja, dan beradab.

2. Pengertian Agama
Agama selaku bentuk doktrin, memang sukar diukur secara tepat dan rinci. Banyak para hebat yang berpendapat tentang arti agama, diantaranya :
  • Menurut Harun Nassution, arti agama berdasarkan asal kata, ialah al-din, religi ( relege, religare ) dan agama. Dalam bahasa semit al-Din memiliki arti undang-undang atau aturan. Dalam bahasa Arab, Agama ( Ad-din ) artinya hukum, ikatan, dan peraturan. Dalam bahasa latin kata religi ( relege ) berarti menghimpun dan membaca ;yang kemudian menjadi kata religare yang mempunyai arti mengikat.
  • Agama ialah ikatan yang mesti dipegang dan dipenuhi insan. Ikatan yaitu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang tidak mampu ditangkap keduanya, tetapi mampu mewarnai kehidupan.
  • Menurut Harun Nassution, Agama harus memiliki 4 aspek adalah : (1). Kekuatan gaib (2). Keyakinan kepada kekuatan mistik (3). Respon (4). Paham adanya yang kudus.
  • Menurut Robert H. Thouless, fakta memperlihatkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau Dewa- Dewa selaku ukuran yang memilih yang tak boleh diabaikan ( dogma wacana dunia lain ). Ia mendefinisikan agama ialah sikap /cara pembiasaan diri terhadap dunia yang mencangkup pola yang memberikan ingkungan lebih luas daripada dunia fiisik yang terikat ruang dan waktu---the spatio-temporal physical world ( dunia spiritual ).
3. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama terdiri dari dua paduan kata, ialah psikologi dan agama. Kedua kata ini memiliki makna yang berlainan. Psikologi diartikan selaku ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, cukup umur dan beradab. (Jalaluddin, 1979: 77). Sedangkan agama memiliki sangkut paut dengan kehidupan batin manusia. Menurut Harun Nasution, agama berasal dari kata Al Din yang memiliki arti undang-undang atau hukum, religi (latin) atau relegere bermakna mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare memiliki arti mengikat. Dan kata agama terdiri dari tidak, “gama”; pergi yang memiliki arti tetap ditempat atau diwarisi turun menurun .

Dari definisi tersebut, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar dampak dogma agama itu dalam sikap dan tingkah laris, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari kemajuan dan kemajuan jiwa agama pada seseorang, serta aspek-faktor yang mensugesti doktrin tersebut (Zakiyah darajat dikutip oleh Jalaluddin, 2004: 15)

Menurut Robert Thouless, Psikologi agama yakni cabang dari psikologi yang bermaksud mengembangkan pengertian terhadap sikap keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian kepada sikap bukan keagamaan.  Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh iman agama itu dalam perilaku dan tingkah laris serta kondisi hidup pada umumnya. Selain ittu juga mempelajaripertumbuhan dan perkembangan jiwa agma pada seseorang, serta faktor-aspek yang mempengaruhi keyakinan tersebut. Psikologi agama ialah cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku mannusia dalam hubungan dengan imbas akidah kepada agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.


B.  Ruang Lingkup Psikologi Agama

Berkaitan dengan ruang lingkup dari psikologi agama, maka ruang kajiannya yaitu mencakup kesadaran agama yang memiliki arti bagian/ segi agama yang datang dalam pikiran, yang ialah aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti komponen perasaan dalam kesadaran beragama yakni perasaan yang menenteng kepada akidah yang dihasilkan oleh langkah-langkah (amaliah) dengan kata lain bahwa psikologi agama mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya tampakdalam kelakuan dan langkah-langkah agama orang itu dalam hidupnya. (Jalaluddin, 2004: 17)

Dalam hal ini psikologi agama sudah dimanfaatkan dalam berbagai ruang kehidupan, misalnya dalam bidang pendidikan, perusahaan, pengobatan, penyuluhan narapidana di LP dan pada bidang- bidang lainnya.

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya tersendiri yangg dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari maslah agama lainnya. Pernyataan Robert Thouless, memusatkan kajiannya pada agama agama yang hidup dalam budaya sebuah kalangan / masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pengertian terhadap perilaku keagamaan dengan menggunakan psikologi.

Menurut Zakiyah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama perihal:
  1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang berpartisipasi dalam kehidupan beragama orang biasa ( umum ). Contoh : perasaan hening, pasrah dan menyerah.
  2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya. Contohnya: kelegaan batin.
  3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis imbas dogma akan adanya hidup sehabis mati/ alam baka pada tiap-tiap orang.
  4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang kepada doktrin yang bekerjasama dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut  memberi efek kepada perilaku dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
  5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang kepada ayat-ayat suci kelegaan batinnya. Semua itu tercangakup dalam kesadaran beragama (religious counsciousness) dan pengalaman agama ( religious experience ).


    C.  Sejarah Psikologi Agama

    Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan umat manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan wacana arti hidup. Perilaku manusia yang berhubungan dengan dunia ketuhanan ternyata telah banyak menguras perhatian para ahli dan pada masa ke-19 perhatian tersebut dikerjakan secara ilmiah lewat Psikologi Agama. 

    Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah terbaru di lapangan Psikologi Agama dimulai semenjak adanya kajian para antropolog dan sosiolog ihwal agama. Terbitnya buku The Psychology of Religion karya E.D Starbuckth tahun 1899 menjadi tanda lahirnya Psikologi Agama.

    Di dunia Timur (Islam) kajian-kajian Psikologi Agama sudah banyak dilakukan dan jauh sebelum lahirnya Psikologi Agama di Barat. Seperti terbitnya karya Ibnu Tufail (1110-1185) Hayy Ibnu Yaqzan, al Ghazali (1059-1111) dengan karya al Munqidz min al Dhalal dan Ihya ‘Ulum al Din dll, tetapi belum dikembangkan ke dalam Psikologi Agama.

    Di Indonesia, Psikologi Agama mulai dikenal semenjak tahun 1970 an. Prof.Dr.A. Mukti Ali dan Prof.Dr.Zakiah Dradjat yang diketahui selaku pencetus pengembangan Psikologi Agama di lingkungan IAIN, dan terbitnya beberapa buku Psikologi Agama.

    Perkembangan Psikologi Agama sekarang kian pesat yang mengarah terhadap ilmu Psikologi terapan yang banyak keuntungannya dalam banyak sekali lembaga spt lembaga pendidikan, penyuluhan, pelatihan penduduk , perusahaan, rumah sakit, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, dakwah dll.


    D. Urgensi Psikologi Agama dalam Pendidikan (keluarga, Sekolah, dan Masyarakat) 

    Education (pendidikan) dan jiwa keagamaaan sangat terkait, sebab pendidikan tanpa agama ibaratnya bagi manusia akan pincang. Sedang jiwa keagamaan yang tanpa lewat menegemant pendidikan yang baik, maka juga akan percuma. Dengan kata lain, pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam upaya menanamkan rasa keagamaan pada seseorang.

    1. Pendidikan Keluarga 
    Perkembangan agama berdasarkan W.H. Clark, berjalin dengan bagian-unsur kejiwaan sehingga sulit untuk diidentifikasikan secara jelas, karenaa masalah yang menyangkut kejiwaan, manusia demikian rumit dan kompleksnya. Namun demikian, lewat fungsi-fungsi jiwa yang masih sangat sederhana tersebut, agama terjalin dan terlibat didalamnya. Melalui jalinan unsur-komponen dan tenaga kejiwaan ini pulalah agama itu bekembang (W.H. Clark, 1964: 4). 

    2. Pendidikan Kelembagaan 
    Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian, besar kecilnya imbas tersebut sangat tergantung pada berbgai faktor yang dapat memotivasi nak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh alasannya itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama. Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain selaku pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga.

    3. Pendidikan Masyarakat 
    Masyarakat ialah lapangan pendidikan yang ketiga. Peran psikologi agama dalam lembaga ini adalah memupuk jiwa keagamaan karenma penduduk akan memberi pengaruh dalam pembentukan kemajuan baik fidik maupub psikis. Yang mana pertumbuhan psikis akan berjalan seumur hidup. Sehingga sungguh besarnya pengaruh masyarakat terhadap pertumbuhan jiwa keagamaan selaku bagian dari faktor kepribadian yang terintegrasi dalam kemajuan psikis.


    E. Manfaat Psikologi Agama

    Diantara kegunaan psikologi agama adalah sejalan dengan ruang lingkup kajiannya sudah banyak memberi pertolongan dalam memecahkan masalah kehidupan manusia kaitannya dengan agama yang dianutnya, perasaan keagamaan itu dapat mensugesti kenyamanan batinnya baik konflik itu terjadi pada diri seseorang sampai beliau menjadi lebih taat mengerjakan fatwa agamanya maupun tidak.

    Psikologi agama dapat di manfaatkan dalam banyak sekali lapangan kehidupan mirip dalam bidang pendidikan, psikoterapi dan dalam lapangan lain dalam kehidupan.

    Di bidang industri, psikologi juga mampu dimanfaatkan. Misalnya, adanya ceramah agama islam guna untuk menyadarkan para buruh dari perbuatan yang tak terpuji dan merugikan perusahaan.

    Dalam banyak perkara, pendekatan psikologi agama, baik langsung maupun tidak eksklusif dapat dipakai untuk menghidupkan perasaan dan kesadaran beragama. Selain itu dalam pendidikan psikologi agama mampu difungsikan pada pembinaan moral dan mental keagamaan akseptor asuh.


    BAB III
    PENUTUP
    Kesimpulan
    Psikologi agama yang memepelajari rasa agama dan perkembangannya mempunyai peranan yang saling korelatif dalam pendidikan agama islam. Pendidikan islam sebagi sebuah upaya penyadaran terhadap umat islam akan lebih gampang diterima oleh penduduk . Pertumbuhan rasa agama akan makin berkembangdan juga mampu dihubungkan dengan kondisi di sekitarnya, baik sosial,ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Peran psikologi agama dalam pendidikan islam lebih memudahkan pengertian masyarakat dalam menelaah agama secara komprehensif. Agama tidak dipandang hanya sebagi keperluan orang-orang tertentu, namun agama memang menjadi keperluan stiap eksklusif seseorang yang menyebabkan pertumbuhan eksklusif secara psikisnya. Proses penyadaran dan pergeseran untuk meningkatkan nilai jiwa keagamaan pun akan mudah di kembangkan. Perkembangan kejiwaan seseorang ialah suatu bentuk kewajaran dan niscaya terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu pendidikan merupakan suatu keniscayaan dalam mengarahkan proses kemajuan kejiwaan. Terlebih lagi dalam lembaga pendidikan islam, pasti akan mensugesti bagi pembentukan jiwa keagamaan. Jiwa keagamaan ini perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini.


    DAFTAR PUSTAKA
    • Rahmad, Jalaludin. 1996. Psikologi Agama. (Edisi Revisi). Penerbit Putra Utama: Jakarta.
    • Rahmad, Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama (suatu pengantar). Penerbit: Mizan media buku utama, Jakarta.
    • Abu Bakar, Muhammad. 1981. Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. Usaha Nasional: Surabaya.
    • Awwad, Jaudah Muhammad. 1995. Mendidik Anak Secara Islam. Gema Insani Press: Jakarta.
    • Quraish Shihab. 1992. Membumikan al Qur`an Bandung: Mizan,
    • Sururin, M.Ag. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
    • H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
    • H. Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Radar Jaya, 2009

    Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


    EmoticonEmoticon