Kamis, 03 September 2020

Makalah Tata Cara Bermain Tugas

Makalah Metode Bermain Peran
Oleh:  Vera Fatmawati
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran guru dan peserta ajar sering dihadapkan pada aneka macam dilema, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut korelasi social. Pemecahan dilema pembelajaran mampu dilaksanakan lewat banyak sekali cara, lewat diskusi kelas, Tanya jawab antara guru dan peserta latih, penemuan dan inkuiri.

Guru yang inovatif selalu mencari pendekatan gres dalam memecahkan dilema, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan menentukan variasi lain yang sesuai. Bermain tugas ialah salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil observasi dan percobaan yang dikerjakan oleh para hebat menawarkan bahwa bermain tugas merupakan salah satu model yang mampu dipakai secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain tugas diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut korelasi antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta asuh.

Manusia ialah makhluk social dan perorangan, yang dalam hidupnya selalu berhadapan dengan insan lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka berinteraksi, berinterdepedensi dan imbas mensugesti. Sebagai individu manusia memiliki pola yang unik dalam berafiliasi dengan manusia lain. Ia mempunyai rasa bahagia, tidak bahagia, percaya, curiga, dan ragu kepada orang lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan perilaku terhadap orang lain dan dirinya itu mensugesti contoh respon individu terhadap individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena bahagia dan ingin tau beliau condong mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia condong menjauh manifestasi tersebut disebut peran.


BAB II
PEMBAHASAN
Metode Bermain Peran

A. PENGERTIAN BERMAIN PERAN

pengertian Peran mampu didefinisikan selaku sebuah rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, selaku sebuah teladan kekerabatan unik yang ditunjukkan oleh individu kepada individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, dibutuhkan pemahaman kepada peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, namun pada factor penentunya, adalah perasaan, pandangan dan sikap. Bermain tugas berupaya membantu individu untuk memahami kiprahnya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dannilaiyangmendasarinya.

Bermain peran dalam pembelajaran ialah usaha untuk memecahkan problem lewat peragaan, serta langkah-langkah identifikasi persoalan, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah penerima ajar bertindak selaku pemeran dan yang yang lain selaku pengamat. Seorang pemeran mesti mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui tugas, akseptor latih berinteraksi dengan orang lain yag juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.

Selama pembelajaran berjalan, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, murka, bahagia, dan peran yang lain. Pemeranan tenggelam dalam tugas yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berupaya mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk menyebarkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan versi-model mengajar yang lain. 

Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:

a Secara implicit bermain tugas mendukung sustau situasi berguru berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada suasana ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta asuh dimungkinkan untuk menciptakan analogy tentang situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para akseptor asuh dapat memperlihatkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.

b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta asuh untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain tugas yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan pementingan antara bermain tugas dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain tugas dalam konteks pembelajaran menatap bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan ketimbang bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran tugas keduanya memegang peranan yang sungguh penting dalam pembelajaran.

c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan wangsit-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk lalu ditingkatkan lewat proses kalangan. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, namun mampu saja timbul dari reaksi pengamat terhadap persoalan yang sedang diperankan. Denagn demikian, para penerima latih dapat belajar dari pengalaman orang lain perihal cara memecahkan persoalan yang pada gilirannya mampu dimanfaauntuk menyebarkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta latih mampu belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya mampu dimanfaatkan untuk menyebarkan dirinya secara optimal. Oleh karena itu, model mengajar ini berusaha menghemat peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong akseptor didik untuk turut aktif dalam pemecahan duduk perkara sambil mendengarkansecara seksama bagaimana orang lain mengatakan tentang persoalan yang sedang dihadapi.

d. Model bermain peran berpendapat bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system doktrin, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta asuh mampu menguji perilaku dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa pertolongan orang lain, para akseptor bimbing susah untuk menilai perilaku dan nilai yang dimilikinya.

Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain tugas selaku model pembelajaran, ialah (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan ketimbang suasana kehidupan positif.


B. JENIS- JENIS BERMAIN PERAN

Bermain tugas mikro, bawah umur belajar menjadi sutradara, memainkan boneka, dan mainan berukuran kecil mirip rumah-rumahan, bangku sofa mini, daerah tidur mini (seperti bermain boneka barbie). Biasanya mereka akan menciptakan percakapan sendiri. Dalam bermain peran makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka kehendaki. Bisa mama, papa, tante,polisi, sopir, pilot, dsb.

Saat bermain tugas ini mampu menjadi ajang belajar bagi mereka, baik belajar membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu, mengenal tata tertib/sistem di sebuah daerah, yang semua ada dalam kehidupan kita. Tentu saja kita hanya cukup menunjukkan berita sebelum mereka mulai bermain, dan atau lebih bik kalo kita terlibat dalam permainan tersebut supaya kita mampu menggali imaginasi dan mengenalkan info yang ingin kita kenalkan.

Contohnya
Kita ingin mengenalkan perihal Ikan (jenis, bagaimana ikan mampu terhidang di meja makan, kandungan gizi,profesi halal). Layout kawasan bermain tugas ini bisa dikelola sedemikian rupa menjadi beberapa tempat yang berfungsi sebagai rumah, pasar, pantai, jangan lupa senantiasa sediakan space untuk masjid. Sediakan perlengkapan yang mendukung, tentu saja boleh buatan sendiri misal pancing-pancingan, jala-jalaan, kotak dijadikan sebagai timbangan. Harus ada duit mainan (tanamkan desain bahwa agar ikannya halal untuk disantap harus dibeli memakai duit) Kenalkan proses distribusi mulai dari ikan ditangkap nelayan, dijual ke pasar ikan, dibeli oleh pembeli dan diolah oleh ibu (secara tidak pribadi mengenalkan profesi halal). Saat makan, informasikan kandungan gizi apa saja yang ada dalam ikan. Untuk menuansakan agama, selalu diupayakan ada adzan di sela-sela mereka bermain, tidak lain membiasakan anak untuk berhenti bermain, melaksanakan sholat berjamaah, setelah itu boleh meneruskan bermain. Pasang tulisan gosip jenis ikan (misal di kotak tempat ikan di pasar), nama daerah (masjid, pasar ikan, rumah keluarga Amir). Kalo bagian berhitung, mampu saat menghitung ikan yang ditangkap atau yang dibeli.pastinya semua gosip dikenalkan melalui percakapan antar pemain.


C. Penerapan Bermain Peran Di Taman Kanak-Kanak Melalui Metode Parsitipatif

Dalam pembelajaran partisipatif terdapat tiga pihak sebagai pemegang tugas seperti diungkapkan oleh Prof. H.D. Sudjana S., S.Pd., M. Ed., Ph.D. yakni pendidik, akseptor latih, dan kurikulum yang menjadi kepedulian keduanya, yaitu kepedulian pendidik dan akseptor latih (siswa, warga mencar ilmu, peserta latihan). Pendidik dengan penamaan lain baginya seperti pamong belajar, pembimbing, dan instruktur atau widyaiswara, yaitu selaku pemegang utama dalam stiap seni manajemen aktivitas pembelajaran.

Strategi acara pembelajaran dapat ditinjau berdasarkan pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran dapat diartikan selaku cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas, seni manajemen pembelajaran mampu diberi arti sebagai penetapan semua faktor yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk di dalamnya yakni penyusunan rencana, pelaksanaan dan evaluasi proses, hasil dan efek kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan aktivitas yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua bagian yakni taktik pembelajaran yang berpusat pada akseptor didik dan strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik.

Strategi pembelajaran yang berpusat pad penerima didik yaitu aktivitas pembelajaran yang menawarkan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta bimbing untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa akseptor ajar ialah pemegang tugas dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran, sedangkan pendidik berfungsi untuk memfasilitasi penerima asuh dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada penerima didik mempunyai beberapa cirri. Ciri tersebut ialah bahwa pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan akseptor asuh, aktivitas berguru dilaksanakan secara kritis dan analitik, motivasi mencar ilmu relative tinggi, pendidik cuma berperan sebagai pembantu (fasilitator) akseptor didik dalam melaksanakan aktivitas berguru, membutuhkan waktu yang memadai (relative usang), dan memerlukan tunjangan sarana mencar ilmu yang lengkap. Ciri yang lain ialah bahwa strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan ihwal desain yang sudah dipelajari sebelumnya, berguru dari pengalaman akseptor asuh dalam kehidupannya, dan untuk pemecahan problem yang dihadapi bersama dalam kehidupan.

Strategi pembalajaran ini mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Keunggulannya yakni pertama, peserta asuh akan mampu mencicipi bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri alasannya adalah penerima ajar diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, penerima latih memiliki motivasi yang besar lengan berkuasa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk saling berguru-membelajarkan di antara akseptor didik. Keempat, mampu memperbesar wawasan anggapan dan pengetahuan bagi pendidik alasannya sesuatu yang dialami dan disampaikan penerima bimbing mungkin belum dikenali sebelumnya oleh pendidik.

Adapun kelemahannya antara lain:
  • membutuhkan waktu yang relative lebih usang dari waktu pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya,
  • aktivitas dan pembelajaran cenderung akan didominasi oleh penerima didik yang biasa atau bahagia mengatakan sehingga peserta bimbing yang lain lebih banyak mengikuti jalan anggapan penerima bimbing yang bahagia berbicara,
  • pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya acara pendidik dalam mengajar atau membelajarkan penerima ajar. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dikerjakan dan dikendalikan oleh pendidik sedangkan akseptor ajar berperan sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.


D. TAHAP- TAHAP BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK- KANAK

Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain tugas yang mampu dijadikan aliran dalam pembelajaran:

  • menghangatkan suasana dan memotivasi peserta ajar, Dalam halini guru hendaknya memperlihatkan anak banyak sekali motivasi atau dorongan yang mengarah pada apa yang akan anak- anak perankan.
  • memilih partisipan/peran, Dalam bab ini anak dipersilahkan memilih peran apa yang akan dia perankan. Gurupun juga mesti memberi tutorial terhadap anak bagaimana beliau memerankan tokoh yang beliau pilih
  •  menyusun tahap-tahap tugas, 
  • mempersiapkan pengamat,
  • pemeranan,
  • diskusi dan evaluasi,
  • pemeranan ulang,
  • diskusi dan evaluasi tahap dua,
  • membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Kesembilan tahap tersebut diterangkan selaku berikut

Menghangatkan situasi kalangan tergolong mengirimkan peserta bimbing kepada problem pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dilema, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi info-berita, serta menerangkan tugas yang hendak dimainkan. Masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta bimbing, supaya mampu mencicipi duduk perkara itu hadir dihadapan mereka, dan memiliki kehendak untuk mengetahui bagaimana duduk perkara yang hangat dan actual, pribadi menyangkut kehidupan akseptor latih, menarik dan merangsang rasa ingin tahu penerima asuh, serta memungkinkan banyak sekali alternative pemecahan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi akseptor didik agar terpesona pada persoalan sebab itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling memilih keberhasilan. Bermain peran akan sukses jika akseptor ajar meletakkan minat dan mengamati persoalan yang diajukan guru.

Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini akseptor asuh dan guru mendeskripsikan banyak sekali etika atau abjad, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para penerima asuh diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemain drama. Jika para penerima bimbing tidak menyambut usulan tersebut, guru dapat menunjuk salah seorang akseptor asuh yang layak dan bisa memerankan posisi tertentu.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, kami mampu mengambil beberapa kesimpulan selaku berikut :
  • Bahwa bermain tugas itu dapat dipakai sebagai sebuah cara atau sistem untuk mengenalkan anak bersosialisasi dalam pembelajaran di kelas
  • Bahwa tata cara bermain tugas ini dapat menciptakan anak merasa senang dalam melakukan sebuah pembelajaran


DAFTAR PUSTAKA
  • Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
  • Tilaar, H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon