Senin, 03 Agustus 2020

Makalah Teori Mencar Ilmu Penjelasan Terperinci

The Elaboration Theory of instruction was developed to provide holistic alternatives to the parts-to-whole sequencing and superficial coverage of content that have been so typical of both education and training over the past five to ten decades. The Elaboration theory recocnizes two major kinds of domain expertise: Conceptual (understanding what) and Theoretical (understanding why). In their simplest form, these are concepts and principles, respectively, and in their more complex forms, they are conceptual knowledge structures (or concept maps) for ”understanding what” and both causal models and theoretical knowledge structures for ”understanding why.

1. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan kini dituntut untuk senantiasa melakukan penemuan dalam pembelajaran, dalam berbagai aspek. mulai dari visi, misi, tujuan, acara, layanan, tata cara, teknologi, proses, hingga evaluasi. Bagi seorang Pendidik, pemilihan model pembelajaran hendaknya dilakukan secara cermat, agar opsi itu sempurna atau berkaitan dengan aneka macam faktor pembelajaran yang lain, efisien dan mempesona. Teori Elaborasi pengajaran pada awalnya dikemukakan oleh Reigeluth dan Stein (1983). Teori Elaborasi yang memiliki komponen adalah: urutan elaborative urutan utama pembelajaran, rangkuman (summarizer), sintesis (syntherizer), analogi, pengaktif taktik kognitif (cognitive strategy activator) dan kendali belajar memperlihatkan kemungkinan yang sangat luas untuk mewujudkan kompetensi tersebut.

Dengan versi ini mampu dikerjakan penstrukturan bahan pelajaran menurut kompetensi yang hendak dibina, demikian pula pengElaborasian topik secara optimal sesuai keperluan, melakukan proses pembelajaran yang berorientasi pada paradigma baru, dengan peristiwa-insiden pembelajaran seperti memberikan rangkuman, sintesa dan analogi, serta senantiasa mengaktifkan taktik kognitif dan memberikan keleluasaan peserta ajar.

Lebih dari itu, sebaik apa pun materi pelajaran yang disediakan tanpa diiringi dengan model dan tata cara pembelajaran yang sempurna, pembelajaran tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal. Strategi pembelajar Elaborasi yaitu taktik berguru yang menyertakan pandangan baru pemanis menurut apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. [1] Teori Elaborasi secara eksklusif membahas tentang makro level yang menggambarkan tata cara yang berhubungan dengan korelasi beberapa ide, mirip bagaimana merangkaikan ide-inspirasi tersebut.

Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide embel-embel menurut apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Pembelajaran ini efektif dipakai jika inspirasi yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari taktik mencar ilmu ini yaitu mendorong siswa untuk menyelami info itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi wacana implikasi yang mungkin Teori Elaborasi cuma berhubungan dengan taktik organisasional pada macro level.

Teori ini mengawali pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, fundamental namun tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bab yang sederhana menuju rangkaian yang lebih compleks, dan memperlihatkan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis. Teori Elaborasi hanya berhubungan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini mengawali pengajaran dengan menunjukkan klarifikasi yang bersifat umum, sederhana, fundamental namun tidak absurd.

Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis. Bagian penting yang berafiliasi dengan bahan subyek yaitu learning prerequisit. Konsep dari learning prerequisit meliputi fakta wawasan yang mesti diperoleh sebelum pengetahuan lain diperoleh. Sekumpulan learning prerequisit dinamakan learning hierarchy.

Makalah ini menjajal membahas Teori mencar ilmu Elaborasi sebagai teori yang mampu memperlihatkan wahana gres bagi pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran ini efektif dipakai kalau ilham yang disertakan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini akan mendorong peserta asuh untuk menyelami berita-informasi yang menciptakan pengetahuan dan cakrawala pengetahuan mereka.

2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian teori Elaborasi dan pembelajaran Elaborasi?
b. Apa saja bagian taktik teori Elaborasi?
c. Apa prinsip-prinsip pembelajaran Elaborasi dalam pembelajaran?
d. Apa Metode Pembelajaran Elaborasi dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran?
e. Bagaimana tindakan pengajaran dengan versi Elaborasi?

3. Tujuan Pembahasan

a. Mengetahui pemahaman teori Elaborasi dan pembelajaran Elaborasi
b. Mengetahui Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi
c. Mengetahui bagian strategi teori Elaborasi
d. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran Elaborasi dalam pembelajaran
e. Mengetahui Metode Pembelajaran Elaborasi
f. Mengetahui langkah-langkah pengajaran dengan model Elaborasi

4. Manfaat Penulisan

Tulisan dalam makalah ini diperlukan mampu menawarkan manfaat utamanya pemahaman perihal pengertian teori pembelajaran Elaborasi, Komponen pembelajaran Elaborasi, Metode pengajaran Elaborasi, serta prinsip-prinsip pembelajaran Elaborasi. Setelah mengenali dan mengerti tentang Teori ini, maka dibutuhkan Guru mampu mengaplikasikannya dalam proses belajar mengajar untuk memajukan hasil mencar ilmu siswa dalam rangka meraih tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Selain itu besar impian kami semoga kiranya versi ini mampu memperkaya khazanah kita ihwal model-model belajar dan mampu menerapkannya dalam proses mencar ilmu mengajar yang mau kita laksanakan nantinya.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian teori Elaborasi dan pembelajaran Elaborasi
a. Teori Elaborasi

Menurut Reigeluth bahwa Teori Elaborasi yakni teori tentang desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari bahan yang sederhana menuju pada cita-cita yang kompleks dengan menyebarkan pengertian pada konteks yang lebih bermakna sehingga berubah menjadi inspirasi-inspirasi yang terintegrasi.[2] Selanjutnya Reigeluth menerangkan bahwa “The Elaboration Theory of instruction was developed to provide holistic alternatives to the parts-to-whole sequencing and superficial coverage of content that have been so typical of both education and pembinaan over the past five to ten decades”.[3]
  • Elaborasi juga memiliki arti suatu proses penambahan wawasan yang bekerjasama pada isu yang sedang dipelajari.[4] Elaborasi memperlancar pemanggilan dengan dua cara yaitu:
  • Elaborasi menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan semoga aktivasi menyebar
  • Elaborasi menawarkan infprmasi embel-embel yang dapat berkhasiat untuk mengkontruksi embel-embel tanggapan.
Teori Elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci, seperti teori-teori sebelumya. Urutan biasa ke rinci dimulai dengan menampilkan struktur isi bidang studi yang dipelajari (Epitome), kemudian mengElaborasi bagian-bab yang ada dalam epitome secara lebih rinci.[5]

b. Pembelajaran Elaborasi

Pembelajaran Elaborasi ialah pembelajaran yang menyertakan wangsit tambahan berdasarkan apa yang seseorang telah ketahui sebelumnya[6] . Elaborasi yakni mengasosiasikan item supaya dapat dikenang dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau kisah [7]. Pembelajaran ini efektif digunakan bila ilham yang disertakan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari taktik belajar ini yakni mendorong siswa untuk menyelami gosip itu sendiri, misalnya untuk mempesona kesimpulan dan berspekulasi wacana implikasi yang mungkin. Anak-anak menggunakan prior knowledgenya sehingga ide gres dapat meluas, dengan demikian mampu menyimpan berita lebih banyak ketimbang yang disuguhkan bahu-membahu.

Teori Elaborasi secara ekslusif membahas mengenai makro level yang menggambarkan metode yang berkaitan dengan relasi beberapa ide, seperti bagaimana merangkaikan pandangan baru-ilham tersebut. Teori Elaborasi hanya berkaitan dengan taktik organisasional pada makro level. Teori ini mengawali pengajaran dengan menunjukkan klarifikasi yang bersifat lazim, sederhana, fundamental tetapi tidak absurd. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bab yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan menunjukkan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistematis.

Bagian penting yang berafiliasi dengan materi subyek yakni learning prerequisit. Konsep dari learning prerequisit mencakup fakta pengetahuan yang harus diperoleh sebelum wawasan lain diperoleh. Sekumpulan learning prerequisit dinamakan learning hierarchy.

2. Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi

Pada bab ini akan dikemukakan temuan-temuan observasi yang berkaitan dengan teori Elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Sebagai suatu model yang berupaya mengintegrasikan seni manajemen-seni manajemen yang sudah teruji kebenarannya, maka model Elaborasi memerlukan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya.

Pada bab ini akan dikemukakan temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan teori Elaborasi selaku cara untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Sebagai sebuah model yang berusaha mengintegrasikan taktik-taktik yang telah teruji kebenarannya, maka versi Elaborasi memerlukan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya. Penelitian-observasi itu dilakukan oleh ausubel (1968), Reigeluth dan Stein (1983), Hanclosky (1986), Degeng (1988), Wedman dan Smith (1989), dan lain-lain.

Penelitian untuk menguji kebenaran dari banyak sekali strategi dalam bentuk rangkuman, keterangantujuan belajar sebelum pembelajaran dimulai, prates yang diberikan sebelum pembelajaran, advance organizer, epitome, analogi, pensistesis, dan nemonik. Semua bagian strategi ini, kecuali pensintesis dan rangkuman, dapat dikelompokkan ke dalam komponen seni manajemen awal yang lazimnya ditampilkan pada tahap awal pembelajaran. Rangkuman, yang berfungsi untuk melakukan tinjauan ulang wacana isi yang sudah dipelajari, dan pensintesis, yang berfungsi untuk memperlihatkan kaitan antar isi yang sudah dipelajari, lazimnya ditampilkan pada tahap tamat pembelajaran. Pengetahuan mnemonik dan analogi, di samping mampu ditampilkan selaku seni manajemen permulaan, juga dapat ditampilkan selama pembelajaran berlangsung.

Temuan Penelitian perihal Teori Elaborasi Sebagai sebuah model yang berupaya mengintegrasikan strategi-taktik yang telah teruji kebenarannya, mirip sudah didiskusikan sebelumnya, versi Elaborasi membutuhkan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya. Kajian perihal hal ini diuraikan pada bagian berikut ini.

a. Penelitian Oleh Hanclosky

Hanclosky (1986) yaitu orang pertama yang melaksanakan penelitian perihal taktik ini dengan membandingkan bantuan teori Elaborasi, advance organizer, dan analisis peran dalam belajar rancangan dan prinsip. Salah satu dari sejumlah hipotesis yang diuji ialah bahwa untuk mencar ilmu konsep dan prinsip teori Elaborasi lebih unggul, kalau ketimbang advance organizer dan analisis tugas.[8] Hasil mirip ini diramalkan terjadi dalam pasca-tes.

Hasil yang serupa juga diramalkan terjadi dalam tes yang diadakan sehabis lima minggu pasca-tes. Hipotesis ini didukung oleh hasil observasi uji coba, tetapi tidak demikian halnya oleh observasi selesai. Penelitian tamat memperoleh hasil yang bertentangan dengan penelitian uji coba. Untuk berguru rancangan, kelompok yang menerima perlakuan analisis peran lebih unggul (p <0,05), jika daripada kalangan yang menerima perlakuan advance organizer dan teori Elaborasi. Namun demikian hasil ini cuma terjadi menurut analisis pasca-tes, dan setelah 5 ahad pasca-tes perbedaan ini menjadi tidak signifikan. Hasil yang bertentangan terjadi dalam mencar ilmu prinsip. Kelompok yang mendapat perlakuan analisis peran lebih unggul (p <0,05), bila ketimbang kalangan yang menerima perlakuan advance organizer dan teori Elaborasi, dalam tes yang dijalankan sehabis 5 ahad pasca-tes. Dalam pasca-tes, untuk mencar ilmu prinsip, golongan yang mendapat perlakuan analisis peran lebih unggul terhadap golongan yang mendapat perlakuan advance organizer[9].

b. Penelitian oleh Degeng

Penelitian lain dilaksanakan oleh Degeng (1988), Dalam penelitiannya, Degeng membandingkan model pengorganisasian pembelajaran Elaborasi dengan buku teks. Dalam hal ini, isi buku teks diorganisasi kembali mengikuti rambu-rambu model Elaborasi. Selanjutnya kedua model ini, organisasi isi berdasarkan buku teks orisinil dan organisasi isi berdasarkan versi Elaborasi, dibandingkan pengaruhnya kepada perolehan belajar info ekspresi, konsep, dan retensi.[10] Ditemukan bahwa pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan versi Elaborasi secara signifikan lebih unggul dari pengorganisasian pembelajaran dengan memakai urutan buku teks, baik untuk mencar ilmu info mulut maupun desain. Lebih lanjut, juga didapatkan bahwa retensi kepada perolehan belajar info verbal dan konsep ternyata lebih banyak mampu dipertahankan melalui pengorganisasian pembelajaran berdasarkan versi Elaborasi daripada urutan buku teks.

Degeng (1988) selanjutnya mendiskusikan mengapa teori Elaborasi lebih unggul dari organisasi buku teks. Seperti telah dikemukakan dalam analisis landasan teoretik, bahwa versi Elaborasi memakai urutan elaboratif, yang acuan dasarnya bergerak dari biasa -ke-rinci. Komponen taktik ini berusaha untuk menyediakan ideational scaffolding (Ausubel, 1968) atau anchoring knowledge (Reigeluth dan Stein, 1983) bagi isi yang lebih rinci yang dipelajari lalu. Ini dilaksanakan dengan menampilkan sturktur konseptual (epitome) pada permulaan keseluruhan peristiwa pembelajaran. Dengan menggunakan konsepsi memory theorists (Quillian, 1968) epotome mampu berfungsi selaku skemata bagi asimilasi konsep-konsep atau berita baru.[11] Di sinilah bahwasanya letak kekuatan utama model Elaborasi. Penyajian epitome mampu bertindak selaku unit konseptual yang sama dengan skemata. Untuk berguru berita ekspresi, seperti: fakta-fakta, nama-nama, epitome dapat berfungsi selaku konteks bagi isu-berita yang lebih rinci.

Hal ini juga sejalan dengan dengan konsepsi Ausubel (1968) bahwa untuk belajar gosip gres diperlukan adanya struktur kognitif. Dalam model Elaborasi, epitome berperan sebagai skemata bagi berita-informasi yang lebih rinci. Ini juga yang mungkin mengakibatkan mengapa model Elaborasi lebih unggul dari pengorganisasian dengan buku teks. Penampilan pensintesis secara sedikit demi sedikit dalam model Elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk mengaitkan desain- rancangan yang dipelajari, dengan cara memperlihatkan konteks sebuah konsep dengan konsep lain yang lebih luas. Dengan cara mirip ini, pengertian sebuah konsep menjadi lebih dalam alasannya adalah semua konsep dipelajari dalam konteksnya dengan rancangan lain yang terkait.

Bila kaitan-kaitan antar konsep seperti ini tidak sengaja dirancang dalam pembelajaran, maka siswa membutuhkan waktu khusus untuk melakukannya sendiri sehingga pembelajaran menjadi tidak efisien. Lebih jauh dari itu, mungkin tidak semua siswa akan mampu melaksanakan kaitan-kaitan mirip itu. Dengan menyajikan pensintesis, dilema-dilema seperti ini dapat diperkecil, bahkan mungkin dapat ditiadakan. Penyajian epitome pada permulaan pembelajaran, dan pensintesis pada tamat pembelajaran, dan dibarengi lagi dengan penyajian rangkuman secara sedikit demi sedikit amat memperkokoh kehadiran model Elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Namun demikian, sejauh ini, seni manajemen ini cuma sempurna mempreskripsikan pengorganisasian ranah kognitif.[12]

c. Penelitian oleh Dengeng dan Sukarnyana

Penelitian berikutnya, dijalankan oleh Degeng dan Sukarnyana (1992; 1994), membandingkan keefektifan versi Elaborasi ala Reigeluth, yang disebut sebagai model Elaborasi sedikit demi sedikit (MEB) dan model Elaborasi tuntas (MET) untuk mengembangkan perolehan mencar ilmu dan retensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model Elaborasi bertahap kembali teruji lebih efektif daripada versi Elaborasi tuntas, baik untuk meningkatkan perolehan belajar maupun untuk menjaga retensi. Keunggulan dari versi Elaborasi sedikit demi sedikit tidak berinteraksi dengan variabel gaya kognitif dan motivasi berprestasi mahasiswa.

d. Penelitian oleh wedman dan Smith

Penelitian lainnya perihal versi Elaborasi, tercatat dilakukan oleh Wedman dan Smith (1989). Tujuan observasi ini ialah menguji dampak pembelajaran yang diorganisasi dengan hirarkhi belajar dan model Elaborasi pada hasil berguru mengenang dan menerapkan prinsip.[13] Enam puluh sembilan mahasiswa yang mengikuti matakuliah bikinan media pendidikan mempelajari satu dari dua versi teks pembelajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip fotografi. Satu model diorganisasi dengan menggunakan preskripsi hirarkhi belajar, dan yang kedua menggunakan preskripsi versi Elaborasi.

Ditemukan bahwa kedua kelompok tidak memberikan perbedaan yang signifikan secara statistik. Dikemukakan juga oleh peneliti bahwa teks untuk model hirarkhi belajar lebih pendek dan memerlukan waktu lebih cepat untuk menyelesaikannya. Jadi, perlu dipertanyakan tingkat efisiensi pembelajaran yang diorganisasi dengan presksripsi model Elaborasi. Lusiana (1992) dengan menggunakan konteks pembelajaran Bidang Studi Keperawatan, dan Anitah (1996) dengan memakai konteks pembelajaran Teori-Musik Dasar, kembali menyimpulkan bahwa versi Elaborasi ala Reigeluth (Elaborasi sedikit demi sedikit) lebih efektif jikalau dibandingkan dengan versi Elaborasi tuntas.

Dari temuan-temuan di atas, walaupun tidak semuanya menunjukkan hasil yang konsisten, condong mampu ditarik kesimpulan bahwa versi Elaborasi efektif dipakai untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Ketidakkonsistenan temuan mungkin terjadi, di samping sebab versi Elaborasi masih pada tahap pengembangan permulaan dikala diteliti, penelitian-penelitian tersebut memusatkan pada variabel yang berlainan.

Hanclosky (1986) dan Wedman dan Smith (1989) memakai contoh model Elaborasi yang baru dikembangkan, ialah tahun 1979, di mana ada beberapa komponen strategi yang belum diintegrasikan. Degeng (1988, 1994) memakai pola Reigeluth dan Stein (1986). Pada teladan ini, pengembangan model Elaborasi sudah diikuti dengan preskripsi yang lebih jelas mengenai setiap komponen seni manajemen yang dilibatkannya. Acuan yang sama dengan Degeng juga digunakan oleh Lusiana dan Anitah, tetapi dengan konteks yang berbeda.

Reigeluth (1987) telah membuatkan versi teoretik Elaborasi ke dalam bentuk pembelajaran kasatmata. Akan lebih fundamental jika penelitian-observasi lanjutan mengenai model Elaborasi, diacukan pada cqntoh pengembangan yang sudah dibuat I oleh pelopor model ini. Kini, sumber-sumber sudah lebih banyak Itersedia. Penelitian lanjutan amat diharapkan biar versi Elaborasi betul-betul mampu dijadikan preskripsi bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran tingkat makro.[14]

3. Komponen strategi teori Elaborasi

Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh unsur seni manajemen, adalah:

a. Urutan Elaboratif untuk struktur utama pengajaran

Urutan elaboratif ialah sesuatu yang khas dari sederhana ke rangkaian kompleks. Rangkaian elaborative dari sederhana ke rangkaian yng lebih kompleks dimana, Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada, Penggambaran (epitome) dilaksanakan berdasarkan pada tipe materi tunggal.[15]

b. Urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran)

Urutan Prasyarat Belajar (learning prerequisite) berdasarkan pada struktur belajar (learning structure) atau hirarki belajar yang dikemukakan oleh Gagne (1968).[16] Struktur mencar ilmu yakni struktur yang menunjukkan fakta atau pandangan baru yang harus dipelajari sebelum mendapatkan pandangan baru yang gres. Hal itu menunjukkan adanya prerequisit pada sebuah ide. Learning prerequisit mampu dianggap sebagai bagian kritis pada suatu dilema/ide. Komponen kritis pada prinsip tersebut yakni Konsep dan Perubahan relasi.

c. Rangkuman (summarizer)

Rangkuman ialah tinjauan kembali (review) terhadap apa yang dipelajari. Sebagai taktik teori Elaborasi rangkuman berfungsi untuk menunjukkan pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari, dan teladan-pola teladan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur atau prinsip yang diajarkan. Ada dua macam Rangkuman dalam teori Elaborasi :
  1. Rangkuman Internal (internal simmarizer), yang tiba pada setiap akhir pelajaran dan cuma merangkum isi bidang studi yang sudah dipelajari.
  2. Rangkuman Eksternal (withinset summarizer), diberikan sesudah beberapa kali pelajaran, yang merangkum semua isi yang sudah dipelajari dalam beberapa kali pelajaran tersebut.
d. Sintesa (syintherizer)

Pensintesis (synthesizer) yaitu unsur teori Elaborasi yang berfungsi untuk memberikan kaitan-kaitan di antara rancangan-rancangan . Pensintesis penting alasannya adalah akan menawarkan sejumlah wawasan wacana keterkaiatan antar desain, memudahkan pengertian,mengembangkan kebermaknaan dengan memperlihatkan konteks sebuah rancangan, memberikan imbas motivasional, serta meningkatkan retensi.[17] Dalam pembelajaran sungguh penting memadukan dan menghubungkan materi/wangsit yang yang sudah dipelajari seperti :

1) Memberikan macam-macam wawasan yang bernilai kepada pelajar
2) Memberikan akomodasi pemahaman yang mendalam pada individu lewat perbandingan dan perbedaan.
3) Menambah efek motivasi dan keberartian pada wawasan baru .
4) Menambah kenangan dengan memperbesar kreasi yang berafiliasi wawasan baru dan diantara wawasan baru dengan siswa yang berhubungan dengan pengetahuan sebelumnya.

Dalam teori Elaborasi, sintesa adalah seni manajemen untuk menghubungkan dan memadukan kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan prinsip.

e. Analogi

Analogi yaitu unsur penting dalam pembelajaran karena membuat lebih mudah pemahaman dengan cara membandingkan wawasan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dikenal mahasiswa,[18] Pemakaiannya lebih efektif kalau disampaikan di awal pembelajaran. Analogi menggambarkan kesamaan antara beberapa duduk perkara/inspirasi baru dengan yang sudah diketahui diluar bahan yang diajarkan. Analogi membantu dikala ada duduk perkara/ilham yang susah untuk diketahui, dengan menghubungkan bahan yang sulit dan belum kita kenal ke wawasan yang sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.

f. Pengaktif seni manajemen kognitif (Cognitive strategy activator)

Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar memakai taktik kognitif yang relevan, alasannya bagaimana proses dukungan input pada siswa ialah rangkaian yang penting dalam proses mencar ilmu. Strategi kognitif kadang-kadang dinamakan kecakapan umum yang mencakup kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat dipakai secara menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal analogi. Strategi kognitif mampu dan mesti diaktifkan selama bepbelajaran[19]. Dua arti pada solusi sudah digambarkan Rigney (1978) selaku berikut :

1) Pertama, pembelajaran dapat didesain dalam setiap cara untuk mendorong siswa memakai seni manajemen kognitif khusus, acap kali tanpa disadari siswa dalam kenyataannya menggunakan taktik ini.Strategi ini meliputi pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram, mnemonic,analogy, dan perlengkapan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan bahan tertentu.

2) Bentuk kedua pada aktivator yakni strategi dimana secara pribadi mempekerjakan taktik kognitif yang sudah diperoleh sebelumnya.

g. Kontrol mencar ilmu (Siswa)

Siswa diberi keleluasaan dalam hal seleksi dan mengurutkan :

1) Materi yang sudah dipelajari
2) Peringkat yang mau dipelajari
3) Komponen taktik pembelajaran yang dipilih dan urutan yang dipakai
4) Strategi kognitif khusus siswa yang melaksanakan dikala berafiliasi dengan pembelajaran.

4. Metode Pembelajaran teori Elaborasi

Reigeluth menjelaskan bahwa “The Elaboration Theory of instruction was developed to provide holistic alternatives to the parts-to-whole sequencing and superficial coverage of content that have been so typical of both education and pembinaan over the past five to ten decades”. ”The Elaboration Theory is only intended for more complex tasks. It is based on the observation that complex cognitive tasks are done differently under different conditions, that each set of conditions defines a different version of the task, and than some of those versions are much more complex than others”. The Elaboration theory recocnizes two major kinds of domain expertise: Conceptual (understanding what) and Theoretical (understanding why). In their simplest form, these are concepts and principles, respectively, and in their more complex forms, they are conceptual knowledge structures (or concept maps) for ”understanding what” and both causal models and theoretical knowledge structures for ”understanding why”.[20]

Dari informasi diatas dapat diketahui tujuannya ialah Metode pembelajaran Elaborasi dikembangkan untuk mendapatkan alternatif holistik kepada sebagian dari seluruh rangkaian dan kedangkalan cakupan sepuas-puasnya. Itu merupakan kekhasan dari pendidikan dan latihan yang sudah berjalan selama lima sampai sepuluh dekade. Metode pembelajaran Elaborasi cuma dimaksudkan untuk tugas-peran yang lebih kompleks. Itu didasarkan atas observasi bahwa peran kognitif yang kompleks berlaku berbeda pada kondisi yang berlainan pula, dimana seperangkat keadaan didasarkan pada bentuk tugas yang berlainan, dan beberapa bentuk akan lebih kompleks dari yang lain.

Metode pembelajaran Elaborasi terdiri atas dua jenis bab besar dari tempat cakupan, yaitu cakupan desain (memahami apa) dan cakupan teori (memahami mengapa). Dalam bentuk yang lebih sederhana, yaitu rancangan dan prinsip, keterbagian, dan dalam bentuk yang lebih kompleks, yaitu struktur rancangan wawasan (atau peta konsep) untuk memahami apa, dan kedua versi sebabnya serta struktur teori wawasan untuk mengetahui mengapa.

Berdasarkan pernyataan tersebut, metode pembelajaran Elaborasi terdiri atas empat tipe urutan, satu jenis untuk setiap tipe dari empat tipe kecakapan. empat tipe tersebut diperlihatkan pada tabel berikut ini:


Jenis Kecakapan

Kecakapan Tugas Prosedural

Kecakapan Tugas Heuristik

Kecakapan Bidang Konsep

Kecakapan Bidang Teori

Jenis Urutan

Prosedur SCM

Heuristik SCM

Konsep Elaborasi

Teori Elaborasi

Ada dua cara yang dapat dilaksanakan dalam memperlihatkan bahan pelajaran dengan menggunakan tata cara pembelajaran Elaborasi, yaitu:

a. Menjelaskan satu topik materi, dimulai dari yang fundamental sampai meraih pada kedalaman materi yang dikehendaki dan dilanjutkan dengan menerangkan topik materi yang yang lain dengan cara yang sama dengan sebelumnya.

b. Menjelaskan seluruh submateri secara keseluruhan, dari yang fundamental dan dilanjutkan terhadap bagian submateri secara keseluruhan, sampai meraih kedalaman bahan yang diinginkan.


5. Prinsip-prinsip teori Elaborasi dalam pembelajaran

Pembelajaran yang dirancang menurut Teori Elaborasi dilakukan dengan tujuh prinsip[21] ialah:

a. Menyajikan kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama
b. Bagian-bab yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya diElaborasi secara sedikit demi sedikit
c. Bagian yang terpenting hendaknya diElaborasi pertama kali
d. Kedalaman dan keluasan Elaborasi hendaknya dilaksanakan secara maksimal
e. Pensintesis hendaknya diberikan sesudah setiap kali melakukan Elaborasi
f. Jenis pensintesis hendaknya diadaptasi dengan tipe isi mata kuliah
g. Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyuguhkan pensintesis


6. tindakan pengajaran dengan versi Elaborasi

Berpijak pada analogi ihwal zoom-lens dan prinsip-prinsip yang fundamental, pada bab berikut ini yakni tindakan pengorganisasian pengajaran dengan memakai model Elaborasi, dan akan dijelaskan dengan gambar diagram yakni[22]:

a. Pengajaran dimulai dengan menyuguhkan kerangka isi struktur yang memuat bagian-bagian yang terpenting dari bidang studi.

b. Elaborasi tahap pertama, adalah mengElaborasi tiap-tiap bab yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bab yang paling penting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang gres saja diajarkan (pensintesis internal).

c. Pada akhir Elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan dibarengi dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pemahaman-pengertian singkat mengenai konstruk-kontruk yang diajarkan dalam Elaborasi.

d. Elaborasi tahap kedua. Setelah Elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi, pengajaran diteruskan ke Elaborasi tahap kedua, yang mengElaborasi bab pada Elaborasi tahap pertama dengan maksud menenteng pebelajar pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Pada Elaborasi tahap kedua ini juga dibarengi rangkuman dan pensintesis internal.

e. Pemberian rangkuman. Pada akhir Elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, mirip pada Elaborasi tahap pertama.

f. Setelah semua Elaborasi tahap kedua disuguhkan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola mirip ini akan berulang kembali untuk Elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya sesuai dengan kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pengajaran.

g. Pada tahap selesai pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang sudah diajarkan.

A. PENUTUP

1. Simpulan

Menurut Reigeluth bahwa Teori Elaborasi adalah teori perihal desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran mesti diorganisasikan dari bahan yang sederhana menuju pada cita-cita yang kompleks dengan membuatkan pengertian pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi pandangan baru-wangsit yang terintegrasi. Elaborasi juga bermakna suatu proses penambahan pengetahuan yang berafiliasi pada gosip yang sedang dipelajari. Pembelajaran Elaborasi yakni pembelajaran yang menambahkan wangsit tambahan menurut apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar mampu diingat dengan sesuatu lainnya, seperti frase, adegan , panorama, daerah, atau cerita

Pembelajaran Elaborasi yaitu pembelajaran yang menyertakan wangsit aksesori menurut apa yang seseorang telah pahami sebelumnya. Pembelajaran ini efektif dipakai apabila pandangan baru yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari taktik mencar ilmu ini ialah mendorong siswa untuk menyelami gosip itu sendiri, contohnya untuk menawan kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin Teori Elaborasi cuma berhubungan dengan taktik organisasional pada macro level.

Teori ini memulai pengajaran dengan memperlihatkan penjelasan yang bersifat lazim, sederhana, fundamental tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih compleks, dan menunjukkan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis. Teori Elaborasi cuma berkaitan dengan taktik organisasional pada macro level. Teori ini mengawali pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, fundamental namun tidak absurd. Pembelajaran penjelasan terperinci adalah pembelajaran yang menyertakan ilham pemanis menurut apa yang seseorang telah ketahui sebelumnya.

2. Implikasi

Pembelajaran Elaborasi sangat efektif dipakai kalau ilham yang disertakan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari taktik mencar ilmu ini yaitu mendorong siswa untuk menyelami info itu sendiri, misalnya untuk menawan kesimpulan dan berspekulasi wacana implikasi yang mungkin Teori elaborasi hanya berhubungan dengan taktik organisasional pada makro level. Teori ini mengawali pengajaran dengan menawarkan penjelasan yang bersifat lazim, sederhana, mendasar tetapi tidak absurd. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bab yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan memperlihatkan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistematis.

3. Saran

Dengan mengetahui secara baik tentang teori Elaborasi ini diperlukan terhadap peserta ajar dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkembangkan kemampuan yang telah ada dan tersusun dengan info-gosip yang dimiliki sebelumnya dan berita-gosip baru yang didapatkan dari pembelajaran tersebut secara baik dan sistematis, kemudian peserta latih bisa menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan struktur yang bagus yang dijalankan dengan tahap-tahap, dari yang biasa terhadap yang lebih rinci, dengan demikian maka, hal ini akan menciptakan pengertian yang maksimal sehingga bisa mewujudkannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

  • Dahar, Ratna wilis, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989
  • Degeng, Nyoman Sudana, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN PTPLTK, 1989

  • DePorter & Hernacki, Quantum Learning. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 2002

  • Elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi, (http.www.gurupembaharu.com), diakses 2 Januari 2012
  • M. Reigeluth, Charles, Scope and Sequence Decisions for Quality Instruction, Indiana University: U.S.A, 1998
  • -----------------(Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status, London: Routledge, 1983

  • Meier, The Acceletated Learning Hand Book: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Terjemahan Rohmaini Astuti, Bandung: Kaifa, 2002.

  • Ormrod, Jeanne Ellis, Essentials of educational psychology, University of Virginia: Pearson Merrill Prentice Hall, 2006
  • -------------------------, Educational Psychology: Developing Learners, Canada: Pearson Education, 2010
  • Papalia, Human Development, India: McGraw-Hill Education, 2004


Footnote
------------------
[1] Jeanne Ellis Ormrod, Educational Psychology: Developing Learners (Canada: Pearson Education, 2010), h. 124
[2] Charles. M. Reigeluth, Scope and Sequence Decisions for Quality Instruction, (U.S.A: Indiana University:, 1998) h. 310.
[3] C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status (London: Routledge, 1983), hal. 342
[4] Ratna wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 59
[5] Nyoman Sudana Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable (Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN PTPLTK, 1989), h. 114
[6] Jeanne Ellis Ormrod, Essentials of educational psychology (University of Virginia: Pearson Merrill Prentice Hall, 2006), h. 65
[7] Papalia, Human Development (India: McGraw-Hill Education, 2004), h. 122
[8] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 195
[9] Ibid,.
[10] Ibid,.
[11] Ibid., h. 195-196
[12] Ibid,.
[13] Ibid., h. 197
[14] Ibid., h. 197-198
[15] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 114-115
[16] Ibid., h. 116
[17] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 117
[18] Reigeluth, C.M. dan Stein, F.S., The Elaboration Theory of Instructional, Dalam C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional – Design Theories and Models: An verview of Their Current Status (London: Routledge, 1983)
[19] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 119
[20] C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status , hal. 382
[21] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 122-124
[22] Ibid., h. 125
[23] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 126
[24] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 127

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)