Minggu, 20 September 2020

Makalah Dongeng Dalam Al Quran

Pendahuluan

Tidak dapat disangsikan lagi bahwa kisah-cerita yang cermat akan digemari dan mampu mempengaruhi para pembacanya. Adalah merupakan salah satu keutamaan sastra bahwa sastra yang bagus bisa membawa para pembaca terhadap alam yang ingin diwujudkan dalam karya tersebut.

Menyoal dongeng-dongeng yang ada dalam Alquran, ummat Islam meyakini bahwa dongeng-cerita tersebut mengandung nilai-nilai filosofis dan pelajaran dalam menjalani hidup. Sekalipun demikian, tidak semua kisah-cerita yang diungkapkan dalam Quran bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Sementara itu, sebagian kaum muslimin ada yang menganggap bahwa tidaklah semua dongeng dalam Alquran itu memang terjadi, namun cuma untuk I’tibar, tapi sebaliknya sebagian lain menilai bahwa meskipunbelum terbukti bahwa dongeng itu benar, tidaklah masuk akal bagi kaum muslimin untuk tidak meyakininya.

Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan beberapa problem yang berkenaan dengan dongeng-dongeng dalam Quran yang dimulai dengan menguraikan batasan kisah yang diuraikan secara defenitif, ialah pengertian cerita dalam Alquran, macam-macam cerita dalam Quran, bentuk pengungkapannya, pengulangan dan tujuan kisah tersebut.

B. Pengertian Kisah Dalam Quran
Kata “cerita” berasal dari bahasa Arab yaitu qi¡¡ah. Secara etimologis, al-qi¡¡ah merupakan ism ma¡dar dari kata kerja qa¡¡a-yaqu¡¡u yang bermakna mengikutinya langkah demi langkah. Bentuk plural dari kata qi¡¡ah ini yaitu qi¡a¡. Pengertian al-Qi¡¡ah tersebut di atas mampu diketahui dari firman Allah dalam surah al-Qasas ayat 11:

وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ(11)

Dan berkatalah ibu Musa kepada kerabat Musa yang wanita: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya (QS al-Qasas: 11).

Qa¡¡a juga bisa memiliki arti menceritakan mimpi, mirip dalam firman Allah Swt:

قَالَ يَابُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ(5)

Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kau ceritakan mimpimu itu terhadap kerabat-saudaramu, maka mereka menciptakan makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang faktual bagi insan."(QS Yusuf: 5).

Di dalam Alquran, kata qi¡¡ah juga pernah diteruskan dengan kata al-¥aqq yang mempunyai arti cerita yang benar, mirip dalam surah Ali Imran ayat 62:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(62)

Sesungguhnya ini ialah dongeng yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan bergotong-royong Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS Ali Imran: 62).

Sedangkan qi¡¡ah menurut Mu¥ammad K±mil ¦asan secara terminologi adalah instrumen untuk mengungkapkan kehidupan atau insiden-insiden tertentu dari kehidupan yang mencakup satu atau beberapa insiden yang memiliki variabel dan fragmentasi awal dan final.

Dari defenisi di atas, tampakbahwa beliau tidak menunjukkan batasan terjadinya kejadian atau insiden tersebut. tetapi perlu dimengerti bahwa dongeng tersebut tidak terlepas dari aneka macam variabel dan memeliki alur kronologis. Berbeda halnya dengan Mann±’ Khal³l al-Qa¯¯±n yang memperlihatkan batas-batas ihwal qi¡¡ah dalam Alquran ialah tentang kondisi ummat pada kurun lalu, nabi-nabi terdahulu dan peristiwa-kejadian yang sudah terjadi.

Selanjutnya, ‘Abdul Kar³m al-Kh±¯ib menyatakan bahwa semua cerita dalam Alquran menceritakan ceritera yang terjadi pada periode lampau. Lebih lanjut, menurutnya bahwa jika dimengerti lebih mendalam, maka kata khabar dan nab±’ juga mampu memiliki arti cerita atau dongeng. Beliau juga menyatakan bahwa kata khabar berkonotasi kisah yang lebih dekat waktunya dengan zaman pemberitaan, sementara nab±’ merupakan sebuah cerita yang telah usang terjadi.

Meski Alquran banyak mengandung dongeng-cerita orang-orang pada zaman dulu, Alquran tetap saja tidak bisa dikategorikan selaku salah satu kitab Sejarah. Klaim ini mampu diterangkan paling tidak dari dua sisinya ialah bahwa meski Alquran mengandung banyak cerita, akan tetapi kisah itu sendiri bukanlah tujuan utama Alquran tersebut, yang menjadi tujuan utamanya ialah pelajaran yang mampu diambil dari kisah tersebut. Yang kedua yaitu bahwa tidak semua dongeng Alquran dapat dibuktikan kebenarannya. Menurut C. Andrew Rippin bahwa dongeng dalam Quran itu hanya bersifat salvation history ialah sejarah penyelematan. Pendapatnya ini bantu-membantu tidak jauh beda dengan penjelasan bahwa tujuan utama cerita Alquran adalah pelajaran. Meski demikian ia menyatakan bahwa kisah Alquran itu tidak semuanya dapat dibuktikan kebenarannya.

Jadi tujuan utama dari cerita-dongeng Quran yakni bukan sejarah akan tetapi lebih terhadap pesan tersirat yang terkandung di dalamnya. Sejarah terfokus terhadap peristiwa positif sedangkan pesan tersirat lebih kepada pelajaran. Hikmah yakni hasil berpikir akan sesuatu yang didasari dengan dogma terhadap Islam, yaitu mempertimbangkan secara radikal tentang sesuatu tetapi cara berpikirnya dilandasi dengan kepercayaan kepada Islam, akhirnya tersebutlah yang dinamakan pesan tersirat.

Sedangkan menyoal mitsal dan amtsal pada Quran, bahwa kedua term ini ialah sama, mitsal merupakan bentuk mufrad dari amtsal yaitu permisalan. Permisalan dalam Quran banyak didapatkan dengan berbagai bentuk istilah yang itu menyiratkan makna yang berbeda.

C. Macam-Macam Kisah Dalam Alquran
Kisah-cerita yang terdapat dalam Quran menurut Ahmad Jamil al-‘Umar³ mampu diklasifikasikan kepada tiga macam:

1. ¬Al-Qi¡¡ah al-Waqi’ah.

Adalah dongeng yang betul-betul terjadi pada kala lampau semoga insan dapat memetik pelajaran dari dongeng tersebut. Contoh cerita mirip ini adalah, cerita Q±bil dan H±bil yang terdapat dalam surah al-Maidah ayat 27-28:

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ(27) لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ(28)

Ceriterakanlah kepada mereka dongeng kedua putera Adam (Habil dan Qabil) berdasarkan yang bergotong-royong, dikala keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku niscaya membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah cuma mendapatkan (korban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh jika kau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, saya sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya saya takut terhadap Allah, Tuhan seru sekalian alam." (QS al-Maidah: 27-28).

Pelajaran yang mampu diambil dari kisah ini adalah seperti yang diuraikan dalam ayat lain, yakni:

مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ(32)

Oleh alasannya itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang insan, bukan alasannya orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di wajah bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia semuanya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan insan seluruhnya. Dan bekerjsama sudah tiba terhadap mereka rasul-rasul Kami dengan (menjinjing ) keterangan-informasi yang terperinci, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melebihi batas dalam berbuat kerusakan di paras bumi.(QS al-Maidah: 32).

2. Al-Qi¡¡ah at-Tamliyah
Yakni kisah yang bersifat simbolik, yang mungkin terjadi pada abad dan kawasan tertentu, seperti dongeng yang terdapat dalam surah al-Kahfi:

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا رَجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا(32)كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ ءَاتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِنْهُ شَيْئًا وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا(33)وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا(34)وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا(35)وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَى رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا(36)

Dan berikanlah kepada mereka sebuah ungkapan dua orang pria, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.# Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,# dan ia memiliki kekayaan besar, maka beliau berkata terhadap kawannya (yang mu'min) saat dia bercakap-mahir dengan ia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih berpengaruh".# Dan dia memasuki kebunnya sedang beliau zalim kepada dirinya sendiri; beliau berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,# dan aku tidak menerka hari akhir zaman itu akan tiba, dan bila sekiranya saya di kembalikan terhadap Tuhanku, niscaya saya akan menerima daerah kembali yang lebih baik ketimbang kebun-kebun itu". (QS al-Kahfi: 32-36).

3. Al-Qi¡¡ah at-T±r³khiyah
Yakni kisah-kisah yang bersifat kesejarahan yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan kawasan masanya. Misalnya dongeng pengejaran Fir’aun kepada nabi Musa as., seperti yang terdapat dalam surah Yunus ayat 90-91:

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ ءَامَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي ءَامَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ(90)آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ(91)

Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, kemudian mereka disertai oleh Fir`aun dan bala tentaranya, alasannya hendak menganiaya dan menindas (mereka); sampai bila Fir`aun itu telah hampir karam berkatalah ia: "Saya yakin bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku tergolong orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". # Apakah sekarang (gres kau percaya), padahal bekerjsama kamu sudah durhaka semenjak dahulu, dan kau tergolong orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Yunus: 90-91).

Lain halnya dengan al-Umari, al-Qa¯¯±n membagi cerita terhadap:

Kisah-cerita nabi-nabi terdahulu.
Kisah yang berhubungan dengan orang yang tidak disebutkan kenabiannya dan kejadian-kejadian yang terjadi pada kala lampau, seperti Dzulkarnain, A¡¥±b al-Kahfi, Talut dan Jalut.
Kisah-cerita yang terjadi pada masa Rasulullah Saw., seperti dongeng perang Badar, Uhud.

D. Bentuk Pengungkapan Kisah Dalam Alquran
Menurut Mu¥ammad Bah±’i S±lim, ada dua bentuk pengungkapan kisah-cerita dalam Quran, yaitu:

1. Kisah yang tidak runut secra zamani
Tidak ada ungkapan sejarah yang runtun dalam membuktikan keberadaan ummat, tempat, kemajuan, pergerakan, kebangkitan dan kehancurannya secara utuh. Demikian juga halnya dengan Alquran yang mengungkapkan cerita sesuai dengan maksudnya. Tidak jarang Quran menjelaskan pertumbuhan suatu ummat namun tidak menerangkan keruntuhannya, dan sebaliknya.

Terkadang, Quran menerangkan kondisi sebuah kaum atau ummat lalu setelahnya menjelaskan ummat yang sudah ada apalagi dahulu. Terkadang juga, Quran menerangkan kondisi dan pertumbuhan suatu kaum sampai kehancurannya yang umumnya bersangkutan dengan kekufuran mereka kepada Allah Swt. atau karena melaksanakan tindakan-perbuatan tidak terpuji.

Contoh dari cara pengungkapan kisah seperti ini dapat dilihat pada cerita ummat ‘Ad yang hidup di sebelah Selatan jazirah Arabia. Allah menunjukkan mereka potensi yang anggun untuk menjadi kaum yang berpengaruh secara hemat dan politik, namun lalu alasannya keingkaran mereka Allah Swt. merusak mereka.

Hal ini dapat dilihat pada surah al-Fajr ayat 6-8:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ(6)إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ(7)الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ(8)

Apakah kamu tidak mengamati bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?,# (yakni) masyarakatIram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,# yang belum pernah dibangun (suatu kota) mirip itu, di negeri-negeri lain (QS al-Fajr: 6-8).

Selanjutnya pada ayat 11-14, Allah Swt. menyatakan:

الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ(11)فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ(12)فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ(13)إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ(14)

Yang berbuat otoriter dalam negeri,# kemudian mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,# alasannya adalah itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, # bekerjsama Tuhanmu sungguh-sungguh memantau.(QS al-Fajr: 6-8).

Lalu pada ayat lain, ialah surah al-Qamar ayat 18-20, Allah Swt. berfirman:

كَذَّبَتْ عَادٌ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِي وَنُذُرِ(18)إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي يَوْمِ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ(19)تَنْزِعُ النَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ مُنْقَعِرٍ(20)
Kaum `Aadpun sudah mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-bahaya-Ku.# Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sungguh kencang pada hari nahas yang terus menerus,# yang menggelimpangkan insan seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang.(QS al-Qamar: 18-20).

Demikian juga halnya dalam pengungkapan dongeng-cerita sebuah pribadi, kebanyakan mengikuti pengungkapan dongeng ummat mirip di atas tanpa ada keberurutan zaman, tidak dimengerti kapan dilahirkan, di mana tempatnya, mirip pada dongeng nabi Musa as. yakni pada surah Thaha ayat 9-24:

وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ مُوسَى(9)إِذْ رَأَى نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي ءَانَسْتُ نَارًا لَعَلِّي ءَاتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى(10)فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَامُوسَى(11)إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى(12)وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى(13)إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي(14)إِنَّ السَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا تَسْعَى(15) فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَتَرْدَى(16)وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَامُوسَى(17)قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى(18)قَالَ أَلْقِهَا يَامُوسَى(19)فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى(20)قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى(21)وَاضْمُمْ يَدَكَ إِلَى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ ءَايَةً أُخْرَى(22)لِنُرِيَكَ مِنْ ءَايَاتِنَا الْكُبْرَى(23)اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى(24)

Apakah telah sampai kepadamu dongeng Musa? # Ketika dia melihat api, kemudian berkatalah beliau kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini), bergotong-royong aku menyaksikan api, gampang-mudahan saya dapat menjinjing sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan menerima petunjuk di tempat api itu".# Maka ketika beliau tiba ke kawasan api itu beliau dipanggil: "Hai Musa.# Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; bahu-membahu kau berada di lembah yang suci, Thuwa.# Dan Aku telah memilih kau, maka dengarkanlah apa yang mau diwahyukan (kepadamu).# Sesungguhnya Aku ini yakni Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengenang Aku. # Sesungguhnya hari akhir zaman itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar biar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang beliau usahakan.# Maka sekali-kali janganlah kau dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang mengakibatkan kau jadi binasa".# Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? # Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, saya bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan lainnya padanya".# Allah berfirman: "Lemparkanlah beliau, hai Musa!" # Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka datang-tiba beliau menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. # Allah berfirman: "Peganglah dia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya terhadap keadaannya semula, # dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu niscaya dia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad, sebagai mu`jizat lainnya (pula),# untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari gejala kekuasaan Kami yang sungguh besar, # Pergilah kepada Fir`aun; sebenarnya beliau telah melampaui batas".(QS Thaha: 9-24).

Selanjutnya, pada ayat 38-41, Allah Swt. berfirman:

إِذْ أَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّكَ مَا يُوحَى(38)أَنِ اقْذِفِيهِ فِي التَّابُوتِ فَاقْذِفِيهِ فِي الْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ الْيَمُّ بِالسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِي وَعَدُوٌّ لَهُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي وَلِتُصْنَعَ عَلَى عَيْنِي(39)إِذْ تَمْشِي أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَنْ يَكْفُلُهُ فَرَجَعْنَاكَ إِلَى أُمِّكَ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَقَتَلْتَ نَفْسًا فَنَجَّيْنَاكَ مِنَ الْغَمِّ وَفَتَنَّاكَ فُتُونًا فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَامُوسَى(40)وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي(41)

yakni dikala Kami mengilhamkan terhadap ibumu sebuah yang diilhamkan, # Yaitu: 'Letakkanlah beliau (Musa) di dalam peti, lalu lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka niscaya sungai itu membawanya ke tepi, semoga diambil oleh (Fir`aun) musuh-Ku dan musuhnya'. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang tiba dari-Ku; dan agar kau diasuh di bawah pengawasan-Ku.# (yaitu) saat saudaramu yang perempuan berlangsung, lalu beliau berkata kepada (keluarga Fir`aun): 'Bolehkah aku menawarkan kepadamu orang yang hendak memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kau pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kau dari kesulitan dan Kami sudah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Mad-yan, kemudian kau datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa,# dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.(QS Thaha: 38-41).

2. Pengulangan Kisah
Bentuk pengulangan merupakan uslb Alquran dalam seluruh objek dab lapangan deskriptif Quran yang tidak hanya dalam mengungkapkan cerita-dongeng saja. Pengulangan itu bermakna memberikan betapa besar perhatian kepada objek-objek yang diulang tersebut, agar kaum mukminin bertambah teguh imannya.

Kisah-kisah yang diulang dapat dilihat pada cerita Nabi Daud yang diulang berulang kali pada surah an-Naml dan surah Shad, atau kisah Nabi Ibrahim as. pada surah al-Anbiya’ dan al-Ankabut, atau cerita Nabi Musa as. pada surah al-Baqarah, Ali Imran, Thaha dan Maryam. Selain itu, ada juga cerita yang diuraikan hanya dalam satu surah saja, mirip cerita Q±run yang termuat dalam surah al-Qasas.

E. Pengulangan Kisah dan Tujuannya
Alquran banyak mengandung banyak sekali dongeng yang diceritakan secara berulang-ulang di aneka macam tempat dan dengan berbagai bentuk ungkapan. Pada suatu ayat, bagian-bab dongeng ada yang didahulukan, sementara di tempat lain bagian itu diakhirkan, ada yang dikemukakan dengan ringkas, ada pula yang lebih rinci.

Pada pembahasan di atas, telah disinggung secara sederhana perihal pengulangan dongeng-kisah dalam Alquran. Meskipun diulang di aneka macam daerah dan dengan berbagai macam istilah, namun intinya dongeng itu dimaksudkan untuk materi pelajaran bagi insan.

Lebih lanjut lagi, al-‘Umar³ memandang bahwa pengulangan merupakan salah satu metode Alquran dalam memaparkan suatu kisah. Menurutnya ada tiga macam bentuk pengulangan cerita dalam Quran:

1. Pengulangan dengan pemusatan kepada peristiwa atau dongeng sepanjang dongeng tersebut menyanggupi tujuan pengulangannya.
2. Pengulangan dengan menyertakan anjuran dan pedoman di antara dongeng tersebut.
3. Pengulangan dongeng semata dengan beberapa tujuan tertentu.

Tapi apakah tujuan pengulangan cerita dalam Quran semata-mata cuma untuk menawarkan nasehat, atau memberikan betapa besar perhatian kepada masalah yang diceritakan ialah kajian yang menciptakan beberapa kesimpulan yang menawan. Mann±’ al-Qa¯¯±n contohnya, beliau mengemukakan bahwa ada empat tujuan pengulangan cerita-cerita dalam Quran, yakni:

1. Untuk memperlihatkan sastra Quran sebagai sastra paling tinggi.
Hal ini mampu dijelaskan bahwa salah satu keutamaan Alquran yakni bahwa Quran dapat mengulangi cerita yang serupa dengan cara pengungkapan yang berlainan yang tetap indah. Pola pengungkapan cerita pada sebuah ayat tidak sama dengan acuan pada ayat lain yang menjadikan para pembaca tidak merasa jenuh. Selain itu, pengulangan dengan pola perumpamaan yang berlainan sehubungan dengan variabel yang berlawanan pula akan menimbulkan makna gres yang berbeda.

2. Untuk menujukkan kedigdayaan mukjizat Quran
Artinya bahwa satu teladan ungkapan cerita Quran saja tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, kemudian dengan demikian pengulangan kisah yang sama dengan pola istilah yang berlawanan bertujuan untuk menegaskan kehebatan Quran dan kelemahan mereka yang tidak mampu menandinginya.

3. Untuk menawarkan perhatian besar pada kisah tersebut.
4. Untuk menunjukkan pesan yang berlawanan atau pengulangan dengan tujuan yang berbeda pula.

Suatu kisah pada sebuah kawasan dalam Quran mampu memiliki pesan dan tujuan, saat diulangi pada tempat lain, kemungkinan pesan yang ingin disampaikan bisa berlawanan dengan pesan yang pertama.

Lebih lanjut lagi, Mann±’ al-Qa¯¯±n mengemukakan bahwa ada enam faedah dongeng di dalam Quran:

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah dan pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ(25)

Dan Kami tidak menyuruh seorang rasulpun sebelum kau, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".(QS al-Anbiya’; 25)

2. Mengokohkan hati nabi Mu¥ammad Saw. dan ummatnya kepada agama Islam dan memperkuat keyakinan kaum mukminin:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَ 606;ْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ(120)

Dan semua cerita dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, yaitu cerita-dongeng yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini sudah tiba kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.(QS Hud: 120)

3. Membenarkan eksistensi nabi-nabi terdahulu.

4. Menyingkap kepalsuan mahir kitab:

كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(93)

Semua kuliner yaitu halal bagi Bani Israil melainkan kuliner yang diharamkan oleh Israil (Ya`qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: "(Jika kamu mengatakan ada masakan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah dia jikalau kau orang-orang yang benar".(QS Ali Imran: 93).

5. Menujukkan kebenaran cerita nabi Mu¥ammad Saw. ihwal keadaan ummat-ummat terdahulu.

6. Memunculkan ketertarikan pembaca, alasannya adalah kisah merupakan salah satu bentuk sastra, dan juga untuk memantapkan pesan yang ada di dalamnya.

F. Kecenderungan Kisah-Kisah Jahiliyah dan Perbedaannya Dengan Kisah Alquran
Bangsa Arab, pada umumnya, ialah pedagang walaupun tidak juga sedikit yang hidup dari pertanian dan profesi yang lain. Perdagangan yang merupakan mayoritas pekerjaan orang Arab direkam dan dijadikan sebagai bahan ungkapan oleh Alquran. Banyak kata dan permisalan yang digunakan oleh Alquran “bersumber” dari istilah-ungkapan jual beli seperti mi£q±l, miz±n, ajr, jaz±’, yattajirn, ¥is±b, robi¥a, khasiro dan lain sebagainya.

Bangsa Arab juga ialah bangsa yang mempunyai minat tinggi terhadap bahasa, mereka mempunyai kebiasaan mengirimkan anak-anak mereka untuk mempelajari bahasa kepedalaman. Mereka menunjukkan apresiasi yang sangat besar bagi seseorang yang fa¡³h dan bal³gh dalam mengatakan. Sastra ialah salah satu bentuk kehormatan bagi mereka, tidak aneh bila beberapa genre sastra meningkat pesat di kalangan bangsa Arab abad itu. Mereka beradu kebolehan dalam menggubah karya sastra termasuk kisah-cerita secara berkala di pasar-pasar atau di tempat berkumpulnya orang-orang, karya yang paling cantik akan menerima kehormatan untuk ditempelkan di dinding ka’bah, seorang sastrawan akan makin populer dengan banyaknya mu’allaq±t yang beliau ciptakan.

Karya sastra Jahiliyah paling favorit lazimnya berkisar pada hal, benda atau insiden yang kasat mata, seperti perempuan, unta, raja atau perang, maka tidak heran kalau puisi yang mereka gubah haruslah memakai kata-kata atau ungkapan hiperbola -yang tentu tidak terlepas dari komponen kebohongan- untuk memperindah karyanya.

Ketika Nabi Mu¥ammad SAW membacakan ayat-ayat suci, yang di dalamnya ada genre dongeng yang indah dari sisi bahasanya untuk ketika itu, sontak saja mereka kaget dan mengakui keindahan susunan kata, fa¡l, ³z±z, ¡rah bay±niyah, bal±ghah, ma’±n³ dan bad³’nya. Selain bahasa yang merupakan keindahan Alquran kala itu juga yaitu kandungannya wacana cerita perihal ummat-ummat terdahulu.

Akan namun dikala keindahan itu disertai dengan pengukuhan Mu¥ammad ihwal risalah dan agama gres, meninggalkan agama usang dan berhala, mereka lantas tidak inginmengakui kebenaran ayat Quran sebagai firman Tuhan.

Perbedaan karya sastra, terutama kisah, Arab Jahiliyah dan kisah-dongeng yang terdapat Alquran pun kemudian terlihat pada tema, objek, pola pengungkapan dan kejujuran dalam bertutur. Perbandingan antara keduanya dapat diuraikan mirip berikut:
  • Tema-tema dongeng-dongeng Arab Jahiliyah berkisar pada kehidupan sehari-hari, sementara Quran tiba dengan tema-tema Abstrak yang relatif baru bagi mereka.
  • Objek-objek dongeng Arab cuma berkisar insiden atau hal-hal yang kasat mata, seperti kuda, perang, perempuan, istana dan taman, semantara itu Quran tiba dengan tema kaum-kaum terdahulu yang tidak tersentuh oleh para sastrawan Arab.
  • Pola pengungkapan kisah Arab Jahiliyah adalah dengan menambahi keindahan karya dengan dongeng-cerita yang menawan yang kemungkinan besar yakni bualan, sementara Alquran, selain objek yang mempesona, bahasanya juga tertata dengan indah.
  • Kisah Arab umumnya hanya ialah hiburan tanpa ada pesan mulia yang ingin disampaikan kepada pembaca, sementara semua cerita dalam Alquran senantiasa menjinjing pesan-pesan nilai mulia.
Daftar Pustaka
  • Al-Khalidi, ¢al±¥ Kisah-Kisah dalam Alquran, jil. 1. Jakarta: GIP, 1999.
  • ______________, Kisah-Kisah dalam Alquran, jil. 2. Jakarta: GIP, 1999.
  • Al-Qa¯¯±n, Mann±’ Kh±lil, Mab±¥³£ f³ Ulm al-Qur’±n. Riyad: Maktabah Ma’±rif, 1988.
  • Al-‘Umar³, A¥mad Jam±l, Dir±s±t f³ al-Qur’±n wa as-Sunnah. Kairo: D±r Ma’±rif, 1982.
  • B±q³, Mu¥ammad Fu’±d ‘Abdul, Taf¡³l Ayat al-Qur’±n al-¦ak³m. Jazirah: ‘Isa al-B±b al-Halab³, 1955.
  • Esposito, John L., Dunia Islam Modern I, terj. Eva dkk. Bandung : Mizan, 2002.
  • ¦asan, Mu¥ammad K±mil, al-Qur’±n wa al-Qi¡¡ah al-Had³£ah. Beirut: D±r Bu’£ al-Ilmiyah, 1970.
  • ¦±kim, M. Baqir, Ulumul Alquran, terj. Jakarta: Al-Huda, 2006.
  • H±sy³m³, A., Jaw±hir Al-Adab. Beirut : D±r Kutub, 1996.
  • Khalil, Munawwar, Al-Qur’an Dari Masa ke Masa. Solo:Ramadhani, 1985.
  • Kh±¯ib, ‘Abd al-Kar³m, Al-Qa¡a¡ f³ al-Qur’±n f³ Man¯qihi wa Mafhmihi. Kairo; D±r F³kri, 1965.
  • Ma’lf, Louis, al-Munjid f³ al-Lughah wa al-A’l±m. Beirut: D±r Masyriq, 1986.
  • S±lim, Mu¥ammad Bah±’i, Al-Qur’±n al-Kar³m wa as-Sulk al-Ins±n³ . Mesir: al-Maktabah al-Hai’ah al-‘²mmah li al-Kit±b, 1987.
  • Shihab, Quraish, Membumikan Alquran. Bandung: Mizan, 1992.
  • ______________, Mu’jizat Quran. Bandung: Mizan, 1998.
  • Tauf³k Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Alquran.Yogyakarta : Forum kajian dan Budaya, 2001.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon