Selasa, 21 Juli 2020

Makalah Permainan Untuk Anak Selaku Peningkatan Kebugaran Jasmani Pada Sekolah Dasar

Makalah Permainan Untuk Anak 
Sebagai Peningkatan Kebugaran Jasmani Pada Sekolah Dasar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan selaku sebuah proses pelatihan manusia yang berlangsung seumur hidup. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1) dinyatakan bahwa pendidikan yaitu usaha secara sadar dan bersiklus untuk merealisasikan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran semoga peserta didik secara aktif menyebarkan peluangdirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keahlian yang diperlukan dirinya, penduduk , bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan salah satu upaya insan untuk memajukan derajat kehidupan. Melalui pendidikan manusia bisa berkreasi dan mengeksplorasi anutan untuk menuju kualitas hidup menjadi lebih baik.. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan insan Indonesia seutuhnya, ialah insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai wawasan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan berdikari serta rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa (Soenarjo, 2002: 1).

Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi insan untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami meningkat searah dengan perkembangan zaman. Kecenderungan dalam memperlihatkan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan dalam berpikir. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah ialah bab integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan faktor kebugaran jasmani, kemampuan gerak, keahlian berfikir kritis, keterampilan sosial, daypikir, stabilitas emosional, langkah-langkah adab, faktor acuan hidup sehat dan pengenalan lingkungan higienis melalui kegiatan jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka meraih tujuan pendidikan nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 5).

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) berperan sangat penting bagi penerima didik. Hal tersebut ialah suatu proses pembentukan jasmani yang sungguh diharapkan siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mensugesti periode depan anak. Pada proses berguru mengajar Penjasorkes, penerima latih diberikan peluang untuk terlibat pribadi dalam kegitan. Hal ini akan menjadi pengalaman belajar yang tak terlewatkan. Pembekalan pengalaman berguru itu diarahkan untuk membina kemajuan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk contoh hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.

Pendidikan jasmani yang dilakukan di SD merupakan tahapan pelatihan kebugaran jasmani bagi manusia. Pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani ialah suatu proses pendidikan dan pembudayaan untuk memelihara kebugaran jasmani yang dilakukan melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah. Tujuan yang terkandung dalam pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani antara lain peningkatan kemampuan untuk mendukung peningkatan produktivitas kerja, dan prestasi belajar. Apabila pelatihan dikerjakan dan disokong oleh pemenuhan gizi yang bagus pasti hasil training akan mampu tercapai. Berhasilnya training kebugaran jasmani di SD akan menenteng efek yang bagus bagi kebugaran jasmani penduduk , contohnya kenaikan prestasi berguru. Melalui pendidikan jasmani di SD acara jasmani anak akan tersalurkan. Sebut saja pendidikan jasmani adalah selaku wadah anak beraktivitas jasmani di lingkungan sekolah. Melalui aktivitas jasmani yang bagus kebugaran jasmani anak akan meningkat . Melihat dalam acara jasmani anak di sekolah terbatas, cuma pada saat istirahat dan pada jam pelajaran olahraga. Pendidikan jasmani mengambil peran untuk memberikan atau menyalurkan kegiatan jasmani anak di Sekolah Dasar.

Pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar memiliki tujuan untuk menyebarkan keahlian gerak anak dan kebugaran jasmani anak. Kebugaran jasmani anak merupakan salah satu indikator guru untuk evaluasi peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga kebugaran jasmani penerima latih merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar dan didukung oleh faktor-aspek yang lain. Mengingat karakteristik penjasorkes ialah pembelajaran fisik, maka kebugaran jasmani akseptor latih menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan hasil pembelajaran.

Kebugaran jasmani yang bagus ialah modal dasar utama bagi seseorang untuk melaksanakan acara fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif usang tanpa mengakibatkan capek yang berarti. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang bagus maka diperlukan seseorang akan mampu bekerja dengan produktif dan efisien, tidak terserang penyakit, mencar ilmu lebih semangat serta mampu berprestasi secara optimal, dan handal dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan, baik selaku pelajar, mahasiswa, karyawan, ataupun olahragawan. Dengan kebugaran jasmani yang bagus maka tubuh juga akan sehat. Tidak boleh dihilangkan semboyan “didalam badan yang kuat, terdapat jiwa yang sehat”, dapat diasumsikan jikalau tubuh merasakan sehat dan bugar maka anak relatif berpikir faktual dalam memecahkan masalah. Jadi secara tidak eksklusif akan mendukung dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah.

Pengembangan kebugaran jasmani di SD dilakukan dalam banyak sekali macam kegiatan jasmani. Salah satu dari usaha tersebut yakni melalui acara permainan. Aktivitas permainan ialah salah satu bentuk aktivitas jasmani untuk pembentukan kebugaran jasmani di SD pada khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Permainan pada dasarnya merupakan unsur yang menempel bersahabat pada kehidupan belum dewasa. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengembangkan diri berdasarkan keterlibatan mereka dalam permainan dan aktivitas ritmik, baik secara disadari ataupun tidak disadari. Pada periode anak-anak, bermain ialah bab yang tidak mampu dipisahkan dari kehidupan dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para jago pendidikan mengatakan bahwa bawah umur identik dengan bermain, alasannya hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Bermain dapat menyebabkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi, sehingga seseorang cenderung agresif. Kegairahan dapat memudahkan timbulnya pandangan baru, sehingga anak-anak dapat dengan gampang melakukannya, tanpa harus ada paksaan dan kendala (Syamsir, 2001: 24).

B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebugaran jasmani?
2. Apa yang dimaksud dengan permainan?
3. Apa keterkaitannya permainan dengan kebugaran jasmani?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kebugaran Jasmani
a. Hakikat Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan modal utama bagi semua kehidupan insan. Olahragawan membutuhkan tingkat Kebugaran jasmani yang bagus untuk dapat menolong tercapainya prestasi olahraga yang tinggi, para pekerja, karyawan membutuhkan kebugaran jasmani yang cukup untuk bekerja dengan baik, sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktifitas yang tinggi tak terkecuali para manusia lanjut usia juga memerlukan Kebugaran jasmani untuk kesehatannya. Demikian juga para anak balita maupun bawah umur sekolah memerlukan tingkat Kebugaran jasmani yang lebih baik untuk perkembangannya dan untuk mampu belajar dengan baik. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang bagus dibutuhkan bisa untuk berfungsinya tubuh secara efektif dan efisien untuk tahan kepada penyakit kurang gerak (hipokinesis).

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 10) bahwa, “kebugaran jasmani yaitu kesanggupan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa muncul kelelahan yang berlebihan sehingga dapat menikmati waktu luangnya”. Sedangkan Sadoso Sumosardjuno (1989: 42) menyatakan bahwa, “kebugaran jasmani adalah kesanggupan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan mendadak”. Dari sumber lain Rusli Lutan (2002: 7) mengemukakan bahwa, “makna kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang membutuhkan kekuatan, daya tahan, dan keleluasaan.” Kebugaran itu dicapai lewat sebuah variasi dari latihan terorganisir dan kesanggupan yang menempel pada seseorang. Menurut Sharkey (2003: 3) bahwa, “kebugaran jasmani ialah bab dalam pemeliharaan kesehatan, makin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang, maka akan kian baik tingkat kesehatan seseorang”.

Kebugaran jasmani (physical fitness) ialah satu aspek dari kebugaran menyeluruh (total fitness). Kebugaran jasmani penting bagi siapa pun untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik orang akan bisa melaksanakan acara kesehariannya dengan waktu yang lebih usang dibanding dengan orang yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah (Suharjana, 2004: 3) Pada dasarnya kebugaran jasmani menyangkut kemampuan adaptasi tubuh seseorang terhadap pergeseran faal badan yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat sehat seseorang untuk berbagai tingkat kesehatan fisik. Sedangkan Mikdar (2006: 45) beropini bahwa, “kebugaran jasmani memberikan kemampuan seseorang untuk menjalankan peran secara fisik pada tingkat moderat tanpa letih yang berlebihan”.

Berdasarkan pertimbangan diatas, jelaslah bahwa setiap kegiatan fisik (fisik mendapat pembebanan) dibutuhkan sebuah tingkat kebugaran jasmani yang disokong oleh faal tubuh yang selanjutnya akan mengganti kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani menunjukkan kemampuan kepada seseorang untuk melaksanakan kehidupan yang produktif dan mampu menyesuaikan diri pada tiap-tiap aktivitas fisik. Dapat dikenali bahwa untuk dapat melakukan suatu kerja diperlukan kondisi jiwa raga yang tepat dengan tingkat kerja tersebut. Merujuk pada pertimbangan para ahli diatas dapat disimpulkan kebugaran jasmani yakni kemampuan untuk menyelesaikan peran sehari-hari dengan gampang, tanpa kelelahan yang bermakna dan masih dapat menikmati waktu luangnya serta dalam kondisi darurat masih mampu melaksanakan pekerjaan yang tidak disangka-sangka. Kebugaran jasmani (physical fitness) merupakan satu aspek dari Kebugaran jasmani menyeluruh (total fitness). Kebugaran jasmani memberikan kesanggupan terhadap seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif sehari-hari tanpa adanya kecapekan berlebihan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang secara tiba-tiba.

b. Komponen Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani terdiri atas beberapa komponen. Mengetahui dan memahami unsur kebugaran jasmani sangatlah penting, sebab unsur tersebut penentu baik buruknya keadaan fisik atau tingkat kebugaran jasmani seseorang. Menurut Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun 2003, menjelaskan komponen-unsur kebugaran jasmani atau kondisi fisik ada sepuluh bagian, yaitu: (1) daya tahan, (2) kekuatan otot, (3) tenaga ledak otot, (4) kecepatan, (5) daya elastis, (6) ketangkasan, (7) kerjasama, (8) keseimbangan, (9) ketepatan, (10) kecepatan reaksi.

a. Daya tahan
Daya tahan yaitu unsur kubugaran jasmani yang sangat penting. Daya tahan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Daya Tahan Umum (General endurance), adalah kesanggupan seseorang dalam memanfaatkan tata cara jantung, paru-paru dan sistem peredaran darahnya secara efektif dan efisiensi untuk menjalankan kerja otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.

2) Daya Tahan Otot (Local Endurance), yaitu kesanggupan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu relatif usang serta dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1988 : 16). Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2004: 35) mengartikan bahwa, “daya tahan otot yaitu kesanggupan sekelompok otot melaksanakan serangkaian kerja dalam waktu lama”.

Makara mampu ditarik kesimpulan dari keduanya yakni daya tahan adalah kualitas komponen jantung dan otot untuk melaksanakan kerja dalam waktu yang cukup usang. Hal ini mampu bermanfaat bagi penerima asuh untuk melakukan acara pembelajaran di sekolah. Contohnya dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari peserta ajar tidak mengalami capek yang mempunyai arti dan tetap bersemangat dalam menuntaskan proses pembelajaran.

b. Kekuatan otot
Kekuatan otot yaitu kesanggupan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja dengan dengan menahan beban yang diangkatnya (Mochamad Sajoto, 1988: 45). Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 35) bahwa, “kekuatan otot yaitu kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha”. Kekuatan otot ialah kemampuan otot-otot untuk memakai tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban (Kravitz, 2001: 6).

Dari beberapa pertimbangan andal dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot yakni kemampuan sekelompok otot dalam melakukan kerja atau melawan beban untuk menggunakan tenaga optimal dalam satu perjuangan. Dapat dicontohkan dalam melakukan sebuah pekerjaan mengangkat beban.

c. Tenaga ledak otot
Tenaga ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif (Dangsina Moeloek, 1984: 7). Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan (force) x kecepatan (velocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat explosive (M. Sajoto, 1988 : 17). Aplikasi di lapangan adalah pada ketika penerima bimbing melaksanakan kegiatan bermain dan berlari.

d. Kecepatan
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) bahwa, “kecepatan selaku kesanggupan seseorang dalam melaksanakan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya”. Kecepatan memiliki kegunaan untuk peserta bimbing untuk berpindah kawasan dengan waktu yang cepat. Contohnya pada ketika melaksanakan lari cepat atau sprint.

e. Daya elastis (Kelentukan)
Kelentukan ialah kesanggupan persendian, ligamen, dan tendo di sekitar persendian, alasannya jika seseorang mengalami kurang gerak dalam persendiannya dapat menjadikan gangguan gerak dan mudah menimbulkan cedera (Mochamad Sajoto, 1988: 51). Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 9) berpendapat bahwa, “Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang mampu dikerjakan oleh sebuah persendian jadi meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen, dan sekeliling persendian.”

Dari pertimbangan di atas mampu ditarik kesimpulan daya lentur atau kelentukan adalah kinerja otot atau persendian untuk mengoptimalkan kerja biar dapat mengakibatkan pekerjaan lebih efektif. Contohnya anak akan merasa tenteram dalam melaksanakan gerakan berjalan, berlari, melompat, dan meloncat.

f. Ketangkasan atau kelincahan
Ketangkasan adalah kemampuan mengganti secara cepat arah badan atau bab badan tanpa hambatan pada keseimbangan. (Dansigna Moeloek, 1984: 8). Seseorang akan bisa mengganti satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang bagus, mempunyai arti kelincahan baik. Menurut Mochamad Sajoto (1988: 59) kelincahan ialah kemampuan seseorang dalam merubah arah dari posisi satu ke suatu posisi yang berlainan dengan kecepatan tinggi dan koordinasi yang bagus.

g. Koordinasi
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada sebuah gerakan. Misalnya dalam olahraga tenis, seseorang pemain akan kelihatan memiliki kordinasi yang baik, kalau dapat bergerak kearah bola sambil mengayunkan raket, kemudian menghantam dengan teknik yang benar (Dangsina Moeloek, 1984: 11). Sedangkan Mochamad Sajoto (1988, 54) mengartikan bahwa, “koordinasi dengan kemampuan untuk menyatukan banyak sekali sistem saraf gerak yang terpisah ke dalam satu acuan gerak yang efisien”.

Dari pertimbangan jago di atas dapat disimpulkan koordinasi ialah kesanggupan tubuh untuk menyatukan metode saraf gerak dan mengharmoniskan dari beberapa gerakan untuk melaksanakan gerakan. Contohnya anak mampu melaksanakan dua atau lebih gerakan yang berbeda dalam waktu tertentu.

h. Keseimbangan
Mochamad Sajoto (1988: 58) beropini bahwa, “keseimbangan sebagai kesanggupan seseorang mengendalikan organ-organ saraf ototnya, selama melaksanakan gerak-gerak yang cepat, dengan pergantian letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis”. Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 11) beropini bahwa

“Keseimbangan adalah kesanggupan menjaga perilaku tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Bergantung pada kesanggupan intregasi antara kerja indera penglihatan (kanalis semisirkularis) pada telinga dan reseptor pada otot.yang diharapkan tidak cuma pada olahraga namun dalam kehidupan sehari-hari.

Dari pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keseimbangan adalah kemampuan manusia dalam mempertahankan sikap tubuh dalam bergerak cepat dengan pergeseran titik-titik badan yang berganti dalam keadaan yang statis maupun dinamis. Contohnya dalam berlari dan berjalan anak tidak akan mengalami kesulitan dalam merubah arah.

i. Ketepatan
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 59) bahwa, “ketepatan sebagai kemampuan seseorang dalam mengontrol gerak-gerak bebas terhadap sebuah sasaran”. Ketepatan berkhasiat untuk anak dalam melaksanakan acara yag berhubunga dengan sasaran. Contohnya dalam melempar bola ke target.

j. Kecepatan reaksi
Kecepatan Reaksi adalah waktu tersingkat yang diperlukan untuk memberi balasan kinetis sehabis menerima suatu rancangan. Hal ini berafiliasi serta dengan waktu refleks, waktu gerakan, dan waktu respon (Dangsina Moeloek, 1984: 10).

Dari kesepuluh bagian kebugaran jasmani diatas, tidaklah bermakna seseorang mesti mampu membuatkan secara keseluruhan. Tiap-tiap manusia memiliki kesanggupan yang berlawanan-beda, alasannya adalah kesanggupan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti keturunan, jenis kelamin, lingkungan, aktivitas latihan, struktur anatomi dan lain-lain, dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa bagian tersebut sungguh berbeda perkembangannya antara individu yang satu dengan lainnya.

c. Faktor-faktor Kebugaran Jasmani
Menurut Suharjana (2008: 14) bahwa, “ faktor-aspek yang mensugesti tingkat kebgaran jasmani seseorang adalah sebagai berikut: (1) umur, (2) jenis kelamin, (3) masakan, (4) tidur dan istirahat, (5) kegiatan jasmani dan olahraga.” Sedangkan menurut Engkos Kosasih (1983: 141) beropini bahwa, “Faktor kebugarab jasmani yang dapat mensugesti tingkat kesejukan jasmani seseorang, ialah: (1) masakan, (2) olahraga, (3) usia, (4) kebiasaan hidup, (5) faktor lingkungan.

d. Macam-macam Tes Kebugaran Jasmani
Dalam mengukur tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dikerjakan dengan memakai beberapa tes kesejukan jasmani antara lain:
1) Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).
Kegunaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ini adalah untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ini merupakan tes tergolong ialah TKJI untuk anak umur 6-9 tahun, TKJI untuk anak umur 10-12 tahun, TKJI untuk anak umur 13-15 tahun, dan TKJI untuk anak umur 16-19 tahun. Kegunaan dari Tes kesejukan Jasmani Indonesia ini yaitu untuk mengukur dan memilih tingkat kebugaran jasmani anak. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk anak pria dan perempuan berupa serangkaian tes yang berisikan Lari 30/40/50, Gantung siku tekuk, Baring duduk 30/60, dan Lari 600/1000. - Selain itu ada TKJI untuk murid taman kanak-kanak pria dan wanita yang berisikan 6 item ialah: (1) memindahkan beban 2 x 10 Kg, (2) lompat kangguru 2 x 10 meter, (3) lari bolak-balik, (4) lompat terobos 2 x 10 meter, (5) lari zig-zag 2 x 10 meter, (6) meniti balok titian. TKJI untuk umur 6-9 tahun yang terdiri dari lari 30 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. TKJI untuk 10-12 tahun yakni lari 40 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegakdan lari 600 meter. TKJI untuk dewasa umur 13-15 tahun berisikan lari 50 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 60 detik, loncat tegak dan lari 800 meter. TKJI untuk remaja usia 16-19 tahun terdiri dari test kekuatan otot, test anaerobic power, tes daya tahan kardiovaskuler.

2) Harvard Step Test
Tes ini bertujuan untuk megukur fungsi kardiovaskuler dengan naik kursi Harvard. Hampir sama dengan Step Test dan Kasch Pulse Recovery Test. Tetapi Harvard Step Test lebih berat karena itu penerima tes harus benar-benardalam keadaan sehat yang dinyatakan oleh dokter.

3) Multi Stage Fitness Test/Bleep Test
Cara yang tepat untuk mengetahui komponen daya tahan dengan lewat tes. Salah satubentuk tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui VO2max adalah Multi Stage Fitness Test. Dibanding dengan tes Cooper dan Blake, pelaksanaan tes ini relatif lebih gampang dan menggunakan areal yang tidak terlampau luas. Tes ini dapat diakukan secara massal.

4) Lari 12 menit
Melakukan lari 12 menit dilarang berhenti, akan namun jika lelah boleh diselingi dengan jalan. Jarak yang ditempuh selama 12 menit tadi diukur berapa kilometer yang ditempuh. Untuk mengetahui seseorang dalam kategori baik atau sedang mampu dilihat dalam daftar/tabel. Tabel tersebut dibagi menjadi kalangan umur, perempuan atau pria dan klasifikasi kesejukan jasmaninya dikategorikan menjadi lima klasifikasi adalah: sungguh kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali. (Mulyana, 2011:30)

5) Tes A.C.S.P.F.T
Tes ini diperuntukkan bagi putera dan puteri yang berumur 6-32 tahun. Adapun rangkaian tes tersebut ialah:
a) Lari cepat 50 meter (dash sprint)
b) Lompat jauh tanpa awalan (standing brost jump)
c) Lari jauh (distance run). Jaraknya yakni: 600 m (untuk putra dan putri yang berumur kurang dari 12 tahun), 800 m (untuk putri yang berumur dari 12 tahun ke atas), 1000 m (untuk putra yang berumur 12 tahun ke atas)
d) Bergantung angkat badan (pull-up untuk putra berumur 12 tahun ke atas). Bergantung siku tekuk (flexed arm hang, untuk putri dan untuk putra yang berumur kurang dari 12 tahun.
e) Kekuatan peras (grip strength)
f) Lari hilir-pulang kampung (shuttle run) 4 X 10 meter.
g) Baring duduk (sit-up) selama 30 detik.
h) Lantuk togok ke tampang (Forward flexion of trunk) (Aip Sarifudin dan J. Matakupan, 1979: 34)

B. Definisi Permainan
1. Hakikat Bermain
Dunia anak ialah dunia bermain, dalam kehidupan bawah umur sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain ialah hal yang penting bagi bawah umur sebagai media berguru. Tadkiroatun Musfiroh (2008: 1) menyatakan bahwa bermain yaitu kegiatan yang dikerjakan atas dasar kesenangan dan tanpa mempertimbagkan hasil selesai. Bermain sangat penting buat penerima latih dimana usia sekolah dasar masih masuk kategori usia anak-anak. Para ahli sependapat akseptor ajar mesti bermain biar dapat berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan yang ditemukan dilingkungan sekolah.

Berdasarkan pertimbangan diatas maka ditarik kesimpulan bahwa bermain ialah suatu kegiatan jasmani yang dikerjakan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk menerima rasa senang selaku akibat dari kegiatan tersebut.

2. Teori Bermain
Teori bermain pada umumnya dibeadakan menjadi dua, yaitu teori klasik dan teori terbaru. Terdapat perbedaan yang mendasara pada kedua teori tersebut. Masing-masing teori mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan bermain dan penyebabnya. Johnson (Tedjasaputra, 2005: 6) menciptakan dua perbandingan perihal teori bermain adalah teori bermain klasik dan teori bermain modern.

3. Jenis-jenis Permainan
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dikerjakan di sekolah, terutama sekolah dasar, berisikan beberapa jenis acara. Salah satu di antaranya adalah permainan. Terdapat jenis-jenis permainan anak yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori terkait dengan cara melakukannya dan bahan/peralatan yang digunakan untuk bermain. Jenis-jenis permainan tersebut yaitu quiet play, creative play, active play, cooperative play, dramatic play, dan manipulative play (http://www.nncc.org/Curriculum/better.play.html).

a. Quiet play
Quiet play ialah kegiatan permainan yang tidak membutuhkan banyak energi atau ruang. Anak lazimnya menikmati jenis permainan ini saat letih. Contohnya adalah membaca buku, menyimak musik yang menenangkan, bermain puzzle, bermain boneka, dan mewarnai. Permainan ini menolong memajukan keterampilan kognitif anak dengan memperlihatkan kesempatan, ruang dan waktu untuk mencar ilmu tentang dunia dan mencerminkan pada penemuannya.

b. Creative play
Creative play yakni ungkapan yang dipakai untuk mendeskripsikan acara seperti akting, menggambar, melukis, mengecat, dan memahat. Kadang permainan ini yaitu permainan imajiner, seperti saat anak bermain dengan sobat imajiner, yang memiliki arti bahwa kemampuan kognitifnya meningkat saat anak membuat dunia untuk dirinya sendiri.

c. Active play
Active play mencakup kegiatan yang memerlukan gerak fisik dan menciptakan anak membakar energinya. Permainan ini akan memajukan pertumbuhan fisik anak karena anak mendapat potensi untuk memakai otot serta berbagi kemampuan motorik bernafsu, keterampilan motorik halus, koordinasi umum, dan keseimbangan. Permainan ini juga menyebarkan keterampilan sosial anak, misalnya bermain sebuah permainan olahraga atau bermain dengan tim yang juga menolong mengembangkan kemampuan sosial dan emosionalnya.

d. Cooperative play
Cooperative play selalu melibatkan lebih dari satu orang, sehingga anak harus menggunakan kemampuan sosial dikala bermain dengan melakukan pekerjaan sama. Jenis permainan ini juga menolong anak mengembangkan keahlian kognitif dan sosialnya. Dalam mempelajari peraturan baru, anak mesti berpikir perihal harapan penduduk biasa dan menyesuaikannya dengan pandangannya. Anak juga mesti belajar untuk menjaga perasaan atas kekalahan dan besar hati atas kemenangan dalam tingkat yang patut, sehingga memajukan pengembangan keterampilan emosionalnya.

e. Dramatic play
Dramatic play yakni jenis permainan di mana anak memakai imajinasinya untuk menjadi aksara yang berbeda atau tinggal dalam dunia yang dibuatnya. Dramatic play yaitu bentuk canggih permainan yang melibatkan kemampuan kognitif, sosial dan emosional yang mensyaratkan anak untuk bermain denggan orang lain, tergolong sobat imajiner, dan bentuk-bentuk benda lain mirip boneka dan mainan. Permainan ini mungkin melibatkan orang lain atau dikerjakan sendiri oleh anak.

f. Manipulative play
Manipulative play yakni permainan yang melibatkan penggunaan tangan, otot, dan mata. Jenis permainan ini menolong mengembangkan koordinasi dan banyak sekali macam kemampuan. Misalnya bermain dengan puzzle, mengecat, menggunting, bermain boneka, dan membangun balok.

Selanjutnya Belka (2000: 22-30) menerangkan bahwa bentuk/jenis permainan dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis permainan yaitu: (1) permainan sentuh (tag games), (2) permainan target (target games), (3) permainan net dan dinding (net and wall games), (4) permainan serangan (invasion games), dan (5) permainan lapangan (Fileding Games).

a. Permainan Sentuh (Tag Games)
Permainan sentuh merupakan suatu bentuk permainan strategis yang sederhana namun sangat berguna untuk menyebarkan dasar-dasar seni manajemen. Tujuan permainan ini yaitu untuk bergerak, mengubah arah, dan mengecoh, yang bermaksud biar dapat: (a) menyentuh musuh atau dapat menyebabkan lawan kehilangan kendali terhadap objeknya, (b) menghindari sentuhan lawan atau menghindari gangguan lawan terhadap objek yang sedang dikendalikannya. Beberapa teladan bentuk permainan sentuh yakni kucing-kucingan, hijau-hitam, katak-bangau, ular-ularan dan sebagainya.

b. Permainan Target (Target Games)
Permainan target merupakan sebuah bentuk permainan akurasi penyampaian objek pada target atau sasaran. Tujuan permainan ini yaitu akurasi penyampaian objek pada target. Skill yang dilibatkan dalam permainan ini kebanyakan dilakukan secara pasif atau condong bersifat close skill. Contoh dari bentuk permainan sasaran ini adalah bowling, golf, panahan, menghantam, menendang, dan melempar bola pada target.

c. Permainan Net dan Dinding (Net and Wall Games)
Permainan net dan dinding ialah sebuah permainan yang melibatkan kemampuan gerak dan mengendalikan objek biar sukar dimiliki lawan atau sukar dikembalikan lawan ke dinding. Pemain pada permainan ini mesti mampu mengendalikan daerahnya. Bergerak di dalam wilayahnya untuk menempatkan dirinya pada posisi yang strategis yang dapat mengusir kembali pukulan atau lemparan lawan. Contoh bentuk permainan ini yakni tenis, squash, bulu tangkis, bola volli dan tenis meja.

d. Permainan Serangan (Invasion Games)
Permainan ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengendalian objek pada tempat tertentu. Permainan ini mencakup permainan yang sederhana mirip permainan merebut bola. Bentuk permainan ini mampu dianggap lebih komplek. Pada permainan lebih komplek ini, satu tim berupaya mengatur bola bergerak menuju sasaran (contohnya menciptakan gol), menyerang atau melewati musuh. Contoh bentuk permainan serangan ini adalah sepak bola, rugby, American Football dan sebagainya.

e. Permainan Lapangan (Fileding Games)
Permainan ini umumnya sebuah objek diantarkan pada suatu tempat atau tempat tertentu dan pengantarberusaha lari ke kawasan tertentu dan bahkan mungkin terus lari hingga kembali lagi ke daerah semula sebelum pemain penangkap bola mampu menangkap bola dan mengirimkannya lagi ke daerah semula. Beberapa teladan permainan lapangan ialah soft ball, base ball, kasti, ronders, dan bola bakar.

Selain dari pengertian di atas sering diketahui juga permainan tradisional, permainan modern. Permainan tradisional yakni tindakan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak memanfaatkan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional yakni segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang renta atau nenek moyang. Kaprikornus permainan tradisional yakni segala tindakan baik memanfaatkan alat atau tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, selaku fasilitas hiburan atau untuk menyenangkan hati (Atik Soepandi, dkk, 1986: 24). Contoh permainan tradisional yaitu engklek, bakiak, bentengan, bekelan, gatheng, egrang, petak umpet, benthik, jamuran. Sedangkan permainan modern ialah kebalikan dari permainan tradisional, adalah permainan memakai peralatan yang diciptakan secara canggih. Contoh permainan modern yakni game online, playstation, otopet, mobile remote kontrol.

4. Fungsi Permainan
Tadkiroatun Musfirah (2008: 6-14), menerangkan bahwa bermain mampu mengembangkanaspek kemajuan peserta ajar, diantaranya yakni:
1) Bermain untuk pekembangan kognitif peserta latih, meliputi (a) bermain membantu peserta asuh membangun rancangan dan wawasan, (b) bermain menolong akseptor asuh mengembagkan kesanggupan berpikir absurd, dan (c) bermain mendorong penerima latih untuk berpikir untuk berpikir inovatif.

2) Bermain untuk pengembangan kesadaran diri, mencakup (a) bermain menyebarkan kesanggupan bantu-diri (self-help), (b) bermain memungkinkan penerima ajar bereksperimen dengan aturan nonstereotif, (c) bermain memperlihatkan pelajaran perihal keamanan dan kesehatan diri, dan (d) bermain berbagi kesanggupan akseptor asuh membuat keputusan mampu berdiri diatas kaki sendiri.

3) Bermain untuk mengembangkan sosio-emosional, meliputi (a) bermain membantu akseptor asuh mengembangkan kesanggupan mengorganisasi dan menuntaskan masalah, (b) bermain meningkatkan kompetensi akseptor asuh, (c) bermain membantu penerima bimbing mengekspresikan diri dan menghemat rasa takut, (d) bermain membantu penerima ajar menguasai konflik dan stress berat sosial, dan (e) bermain membantu penerima didik mengenali diri mereka.

4) Bermain untuk pertumbuhan motorik, meliputi (a) bermain menolong penerima asuh mengendalikan keahlian motorik kasar penerima bimbing, dan (b) bermain menolong peserta ajar menguasai kemampuan motorik halus.

5) Bermain untuk pengembangan bahasa/komunikasi, meliputi (a) bermain membantu akseptor asuh meningkatkan kesanggupan berkomunikasi, dan (b) bermain menawarkan konteks yang aman dan memotivasi peserta ajar belajar bahasa kedua.

Permainan yang melibatkan acara fisik akan berfaedah bagi terbentuknya kebugaran jasmani anak. Regular physical activity is associated with immediate and long-term health benefits such as easier weght control, lower blood pressure, improved cardiorespiratory function and enhanced psychological well-being. Active children are morew likely to become active adults (Heli Roy, 2010: 3). Aktivitas fisik yang terencana dikaitkan dengan faedah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang seperti kontrol berat badan lebih gampang, menurunkan tekanan darah, memajukan kardio-pernapasan fungsi dan ditingkatkan kesejahteraan psikologis. Anak aktif lebih cenderung menjadi orang akil balig cukup akal yang aktif.

Semua permainan yang ada tidak semua mempunyai nilai yang mendukung proses tumbuh kembang anak, untuk itu guru penjas harus selektif untuk mampu menyaksikan permainan mirip apa yang berguna bagi anak. Djoko Pekik Irianto (Hamid Anwar, 2005: 48) menjelaskan bahwa ciri-ciri permainan yang bermanfaat bagi pertumbuhan anak anrara lain: (1) move, artinya dalam permainan harus ada gerakan yang dilaksanakan secara kontinyu dan ritmis, seperti gerak berlangsung, berlari, merangkak dan sebagainya. Gerak tersebut akan meningkatkan daya tahan jantung paru dan memperbaiki komposisi tubuh; (2) lift, artinya dalam permainan tersebut mesti ada bagian gerak melawan beban. Gerakan tersebut akan melatih kekuatan dan daya tahan otot; dan (3) stretch, artinya dalam permainan tersebut mesti mengandung komponen gerak merengang persendian tergolong mengulur otot. Gerak tersebut akan melatih keleluasaan persendian dan otot. Selain karakteristik tersebut di atas, perlu juga menimbang-nimbang bahwa permainan tersebut haruslah mendatangkan kesenangan (vareatif), menghidupkan semangat bertanding (kompetitif), meningkatkan kemampuan kognisi (seni manajemen/strategi), serta mempunyai arti sosial (berkelompok) dan kondusif bagi anak.

C. Hubungan Permainan dengan Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani ialah kemampuan manusia untuk melakukan suatu kerja dengan efisien tanpa muncul capek yang bermakna. Seperti dari usulan para jago sebelumnya perihal kebugaran jasmani sungguh diperlukan dlam kehidupan sehari-hari. Kebugugaran jasmani sendiri tidaklah semata-mata tercipta dlam tubuh manusa. Melainkan kebugaran jasmani dibuat dari diri manusia. Dalam konsep ini ialah latihan yang berperan dalam pembentuka kebugaran jasmani. Latihan kebugaran jasmani ialah jenis latihan fisik (jasmani) melalui gerakan-gerakan anggota tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan, dengan maksud untuk meingkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani yang di dalamny mencakupi bagian-unsur kekuatan, daya ledak otot, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan jantung. (www.penjasmabali.wordpress.com/bahan/latihan.com).

Bermain adalah suatu aktivitas jasmani yang dikerjakan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk menerima rasa senang selaku akhir dari kegiatan tersebut. Sedangkan permainan meruakan kegiatan yang terkandung dalam makna bermain. Melihat dari pemahaman bermain adalah acara yang dikerjakan tanpa paksaan dan mendapatkan rasa senang, maka untuk peningkatan kebugaran jasmani anak sekolah dasar sangat tepat melaui permainan. Media bermain digunakan untuk mengkatkan kebugaran jasmani anak menjadi salah satu alternatif pembelajaran anak semoga anak tidak memiliki jawaban negatif wacana kebugaran jasmani. Disamping itu bermain ialah karakteristik anak sekolah dasar. Dimana anak seusia sekolah dasar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Jadi lewat permainan anak secara pribadi meningkatkan kebugaran jasmaninya.

Hasil penelitian Yatino 2015 yang meneliti ihwal permainan net terhadap kebugaran jasmani anak sekolah dasar mengambarkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kepada kebugaran jasmani. Hal ini menerangkan bahwa permainan dapat memajukan kebugaran jasmani anak sekolah dasar tanpa harus memaksa anak untuk melakukan latihan yang berat agar kebugaran jasmaninya meningkat.

BAB III
KESIMPULAN

Kebugaran jasmani ialah unsur penting manusia untuk melaksanakan acara jasmaninya. Untuk anak kebugaran jasmani memperlihatkan pengaruh dalam kegiatan kesehariannya tergolong di sekolah. Kebugaran jasmani anak akan memberikan kesuksesan dalam proses mencar ilmu anak di sekolah. Melalui bermain kebugaran anak akan secara tidak pribadi akan meningkat. Karena bermain yaitu aktivitas jasmani yang membutuhkan energi dan komponen-bagian tubuh dalam beraktivtas. Sehingga permainan akan meningkatkan kebugaran jasmani anak.


DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan, Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djoko Pekik Irianto (2002). Panduan Latihan Kebugaran Jasmani yang Efektif dan Efisien. Yogyakarta: Lukman Offset.
------------------------- (2004). Pedoman Mudah Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Rusli Lutan. (2002). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Depdiknas.
Sadoso Sumosardjuno (1989). Petunjuk Mudah Kesehatan Olahraga. Jakarta : Pustaka Karya Grafita Utama.
Sharkey, B.J (2003). Fitness And Health. Alih bahasa Kebugaran dan Kesehatan oleh: Eri Desmarini Nasution. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Suharjana (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY.
Mikdar, U Z. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
M. Sajoto (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Kota Semarang : Dahara Prize.
Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (Ed) (1984). Kesehatan Olahraga. Jakarta : FK UI Jakarta
Engkos Kosasih. (1983). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademi Persindo.
Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Tes Kesegaran Jasmani Untuk Anak Umur 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, 16-19 tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)