Selasa, 01 September 2020

Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang persoalan

Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sesungguhnya mereka telah kadang kala menghadapi persoalan-dilema kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh aspek-aspek lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka mirip benda mati, mahkluk hidup, etika istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun oleh alasannya adalah kekurangan ilmu wawasan mereka pada dikala itu, maka setiap kejadian yang hebat dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat gaib, mirip wabah penyakit sampar yang berjangkit di sebuah tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan dewata.

Masalah kesehatan ialah dilema yang sangat penting yang di hadapi oleh masyarakat kita ketika ini . Semakin maju teknologi di bidang kedokteran ,bertambah banyak pula macam penyakit yang mendera penduduk . Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh aspek tingkah laris insan itu sendiri. Tapi apakah benar cuma faktor tingkah laku saja yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat? Sebelum membahas perihal dilema kesehatan penduduk pastinya lebih baik bila kita mengetahui desain dari kesehatan masyarakat itu apalagi dahulu.


BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat


A. Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan selaku seorang dokter pertama yang ganteng dan cerdik walaupun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang sudah ditempuhnya tetapi diceritakan bahwa beliau sudah mampu mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan mekanisme-mekanisme tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higeia, seorang asistennya, yang lalu diceritakan sebagai isterinya juga sudah melaksanakan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan dilema kesehatan adalah, Asclepius melaksanakan pendekatan (pengobatan penyakit), sesudah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan persoalan kesehatan lewat “hidup seimbang”, menyingkir dari kuliner / minuman beracun, makan masakan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.

Apabila orang yang sudah jatuh sakit Higeia lebih merekomendasikan melaksanakan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan kuliner yang baik ketimbang dengan pengobatan / pembedahan.

Dari kisah mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, risikonya muncul 2 pemikiran atau pendekatan dalam menanggulangi masalah-persoalan kesehatan. Kelompok atau pedoman pertama condong menunggu terjadinya penyakit (sesudah sakit), yang berikutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya berisikan dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.

Sedangkan kalangan kedua, mirip halnya pendekatan Higeia, condong melaksanakan upaya-upaya pencegahan penyakit dan memajukan kesehatan (penawaran khusus) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam kelompok ini tergolong para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari aneka macam jenjang. Dalam kemajuan berikutnya maka seakan-akan timbul garis pemisah antara kedua kalangan profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini mampu dilihat perbedaan pendekatan yang dikerjakan antara lain selaku berikut :

Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilaksanakan kepada sasaran secara perorangan, kontak kepada target (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau target condong jauh.Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien yakni masyarakat (bukan individual) problem-duduk perkara yang dikerjakan pada umumnya juga duduk perkara-masalah yang menjadi persoalan penduduk , bukan persoalan individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan tidak mirip antara dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif condong bersifat reaktif, artinya kalangan ini pada umumnya cuma menunggu dilema tiba. Seperti contohnya dokter yang menanti pasien tiba di Puskesmas atau kawasan praktek. Kalau tidak ada pasien datang, memiliki arti tidak ada persoalan, maka selesailah peran mereka, bahwa persoalan kesehatan yakni adanya penyakit.Sedangkan kalangan preventif lebih memprioritaskan pendekatan proaktif, artinya tidak menanti adanya problem namun mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak cuma menanti pasien tiba di kantor atau di daerah praktek mereka, namun harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melaksanakan langkah-langkah.

Ketiga, pendekatan kuratif condong menyaksikan dan menanggulangi klien atau pasien lebih terhadap sistem biologis manusia atau pasien cuma dilihat secara parsial, padahal manusia berisikan kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang tampakantara faktor satu dengan yang lainnya.

Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata alasannya terganggunya tata cara biologi individual namun dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial tetapi mesti secara menyeluruh atau holistik.


B. Defenisi Kesehatan Masyarakat

Sudah banyak para hebat kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat ini. Secara kronologis batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sungguh sempit hingga batas-batas yang luas mirip yang kita anut saat ini mampu diringkas sebagai berikut. Batasan yang paling tua, dibilang bahwa kesehatan penduduk adalah upaya-upaya untuk menanggulangi persoalan-problem sanitasi yang mengusik kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat yaitu sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan memajukan sanitasi lingkungan yaitu ialah acara kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir kurun ke-18 dengan diketemukan bakter-basil penyebab penyakit dan beberapa macam imunisasi, kegiatan kesehatan penduduk ialah pencegahan penyakit yang terjadi dalam penduduk lewat perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit lewat imunisasi.

Pada permulaan abad ke-19, kesehatan penduduk telah meningkat dengan baik, kesehatan penduduk diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri ialah integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam pertumbuhan selanjutnya, kesehatan penduduk diartikan selaku aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau penduduk .


C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

1. Faktor Genetik

Faktor ini paling kecil pengaruhnya kepada kesehatan perorangan atau penduduk daripada faktor lainnya. Pengaruhnya pada status kesehatan individual terjadi secara evolutif dan paling sulit di deteksi. Untuk itu perlu dijalankan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga, aspek genetik perlu menerima perhatian dibidang pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang bau tanah bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadai aspek genetik yang diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya, beliau mesti mengatur dietnya, terencana berolahraga dan upaya pencegahan yang lain sehingga tidak ada potensi aspek genetiknya menjelma faktor resiko terjadinya DM pada dirinya. Makara mampu di umpamakan, genetik ialah peluru (bullet) tubuh insan adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia ialah pelatuknya (trigger).

Semakin besar masyarakatyang memiliki resiko penyakit bawaan akan kian sukar upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh alasannya adalah itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang bantu-membantu dapat dicegah hadirnya. Akhir-tamat ini teknologi kesehatan dan kedokteran kian maju. Teknologi dan kemampuan tenaga hebat mesti diarahkan untuk mengembangkan upaya merealisasikan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang bermutu akan kuat terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan fasilitas /prasarana, dan dana akan menjamin mutu pelayanan kesehatan. Pelayanan seperti ini akan bisa meminimalkan atau menangani problem kesehatan yang meningkat di sebuah kawasan atau golongan penduduk . Misalnya, acara imunisasi yang terstruktur dan penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan keperluan, serta gosip perihal pelayanan imunisasi yang mencukupi terhadap penduduk akan mengembangkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi akan menekan angka kesakitan balasan penyakit yang mampu dicegah dengan imunisasi. Saat ini pemerintah telah berupaya menyanggupi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yakni upaya menyanggupi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring yang lain. Pelayanan tumpuan juga ditingkatkan dengan hadirnya rumah sakit-rumah sakit gres di setiap Kab/Kota

3. Faktor Prilaku Masyarakat

Faktor ini utamanya di negara berkembang paling besar pengaruhnya kepada munculnya gangguan kesehatan atau duduk perkara kesehatan penduduk .Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa dibarengi pergantian tingkah laku (peran serta) masyarakat akan menyebabkan dilema kesehatan tetap berpeluang berkembang di penduduk . Misalnya, Penyediaan kemudahan dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya jika ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah tersedia adalah balasan kurangnya wawasan ibu-ibu wacana faedah imunisasi dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat sebab adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan. Perilaku individu atau golongan masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada aspek lingkungan yang mempermudah timbulnya suatu penyakit.

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini mampu dilihat dari banyaknya penyakit berbasis sikap dan pola hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga mampu menghindarkan kita dari penyakit kanal cerna mirip diare dan yang lain.



DAFTAR PUSTAKA
  • Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika
  • Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) jilid I cetakan keenam; Jakarta; 2011
  • Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
  • Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.

Website
  • er.com/search?q=ilmu-kesehatan-penduduk .
  • http://Mengenal Ilmu Kesehatan Masyarakat.Wandy’s Weblog.htm.
  • er.com/search?q=ilmu-kesehatan-masyarakat

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon