Rabu, 01 Juli 2020

Penyebab Erupsi Gunung Tangkuban Parahu – Efek – Penanggulangannya

Ada banyak sekali macam tipe gunung yang ada di dunia ini. Namun, secara garis besar gunung terbagi atas 2 jenis yakni gunung api aktif dan gunung api tidak aktif atau mati. Di Indonesia eksistensi kedua jenis gunung tersebut cukup banyak jumlahnya. Dari kedua jenis gunung tersebut yang perlu diwaspadai ialah gunung api.


Perlu dikenali juga jika Indonesia berada di atas 3 lempeng tektonik dan salah satunya termasuk lempeng teraktif di dunia. Tidak heran bila Indonesia utamanya di sepanjang kawasan yang akrab dengan Samudra Hindia sering mengalami gempa bumi. Selain itu, konferensi antara lempeng benua dan juga lempeng samudra menyebabkan adanya gaya angkat atau endogen ke atas permukaan bumi. Lapisan bumi yang terangkat itulah jadinya membentuk beberapa gunung berapi di Indonesia. Jika dirangkai pertemuan antar dua lempeng tersebut mampu mencapai panjang sampai ke Amerika Selatan. Rangkaian pegunungan tersebut membentuk cincin sehingga tidak aneh digunakan istilah ring of fire atau cincin gunung api pada tempat pertemuan kedua lempeng tektonik tersebut.


Di Indonesia persebaran gunung api dimulai dari pantai Sumatera bagian barat, selatan Pulau Jawa, Bali, hingga hingga pada Pulau Lombok dan Sumbawa. Salah satu gunung api yang gres – gres ini mengalami erupsi pada tanggal 26 Juli 2019 tidak lain yaitu Gunung Tangkuban Parahu. Pada klarifikasi kali ini akan dibahas perihal penyebab, pengaruh yang diakibatkan Gunung Tangkuban Parahu saat erupsi terjadi sampai bagaimana cara penanggulangannya. Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.


Penyebab Terjadinya Erupsi Gunung Berapi


Gunung Tangkuban Parahu ialah salah satu gunung berapi aktif di Indonesia yang cukup terkenal, tepatnya di Bandung, Jawa Barat. Daya tarik dari Gunung Tangkuban Parahu yaitu memiliki beberapa kawah yang pernah mengalami erupsi sebelumnya, beberapa sumber mata air panas, hingga keadaan udara khas pegunungan yang segar jauh dari polusi udara memberikan nilai tambah tersendiri. Tidak heran kalau dalam keadaan damai, setiap harinya Gunung Tangkuban Parahu akan dikunjungi oleh para turis dari berbagai daerah ketika musim liburan dan akhir pekan tiba.


Sekitar pukul 15:48 WIB tepatnya pada tanggal 28 Juli 2019, Gunung Tangkuban Parahu mengalami erupsi. Tidak heran beberapa pelancong yang sedang berada di sekitar kawasan Gunung Tangkuban Parahu mendadak panik dan secepatnya bergegas untuk keluar dari daerah tersebut demi menyelamatkan diri. Saat erupsi sedang terjadi, nyaris keseluruhan kawasan di Gunung Tangkuban Parahu diselimuti oleh bubuk berwarna hitam yang berasal dari dalam gunung.


Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi atau disingkat dengan istilah PVMBG mengatakan penyebab dari terjadinya erupsi Gunung Tangkuban Parahu di Bandung yang terjadi pada hari Jumat tersebut yaitu alasannya berkurangnya pasokan air yang berada di daerah gunung. Perlu diketahui jika saat peristiwa terjadi, Indonesia sedang mengalami isu terkini kemarau sehingga ketersediaan air di beberapa daerah menyusut jumlahnya. Di sepanjang bulan Juni sampai Juli 2019 sudah terpantau gempa uap air dan juga asap, diduga kejadian tersebut sebagai balasan berkurangnya air tanah sebagai imbas dari pergeseran ekspresi dominan. Akibatnya air tanah tersebut gampang mengalami pemanasan dan berakibat terjadi erupsi pendek. Hal itu mampu dilihat dari material yang dikeluarkan oleh Gunung Tangkuban Parahu berbentuklumpur masbodoh berwarna hitam pekat pada Kawah Ratu. Peristiwa serupa juga pernah terjadi yakni sekitar tahun 2017 dan 2018.


Dampak Erupsi Gunung Tangkuban Parahu


Erupsi Gunung Tangkuban Parahu termasuk ke dalam letusan freatik atau letusan yang bisa kapan saja terjadi dan berjalan secara tiba – datang tanpa memberikan tanda – tandanya apalagi dulu. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api, Gede Suantika menjelaskan bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memprediksi jikalau letusan Gunung Tangkuban Parahu ini nyaris sama ketika terjadi letusan pada bulan Oktober 2013 yang berjalan selama seminggu. Akibatnya adanya larangan untuk memasuki kawasan Gunung Tangkuban Parahu bagi siapapun pada jarah 1,5 km dari radius kawah.


Tercatat jika gunung telah mengalami kenaikan semenjak tanggal 21 Juli hal tersebut telah dibuktikan dari adanya gempa hembusan sebanyak 425 kali. Hingga puncaknya  terjadi pada tanggal 26 Juli, Gunung Tangkuban Parahu erupsi dan menghasilkan asap pekat berwarna debu – abu kehitaman yang meraih ketinggian 200 meter di atas puncak gunung atau sekitar 2.284 meter di atas permukaan laut. Saat erupsi terjadi PVMBG menyampaikan bila bak bubuk berwarna kelabu dan juga erupsi tercatat di seismograf dengan usang durasi sekitar 5 menit 30 detik.


Ada dampak yang diberikan dari erupsi ini yaitu bubuk vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Tangkuban Parahu. Abu tersebut bisa menawarkan bahaya kesehatan cukup serius mirip pada kulit dan jalan masuk pernafasan. Abu vulkanik mengadung silika, mineral dan juga batuan, untuk orang yang memiliki kulit sensitif abu vulkanik dapat menjadikan alergi. Sedangkan jika abu tersebut terhirup bukan mustahil akan menimbulkan iritasi pada jalan masuk pernafasan. Selain mengeluarkan asap berwarna debu – debu pekat dan beberapa material bubuk hitam, pengaruh lain dari erupsinya Gunung Tangkuban Parahu yaitu tidak perlu dikhawatirkan yakni tidak adanya peluanguntuk memicu pergerakan patahan Lembang alasannya adalah erupsi gunung yang terjadi termasuk erupsi kecil.


Cara Penanggulangan Erupsi Gunung Tangkuban Parahu


Bencana alam memang tidak dapat diperkirakan sebelumnya, tergolong ketika erupsi gunung terjadi. Meskipun begitu kita mesti siap siaga bila peristiwa erupsi gunung sedang berjalan. Adapun cara yang mampu dikerjakan saat erupsi gunung, antara lain:



  1. Jika tinggal di daerah erat dengan gunung berapi, selalu tentukan kacamata dan masker dalam posisi yang mudah dijangkau, bersama dengan senter dan radio yang menggunakan daya baterai.

  2. Perlu adanya pengetahuan mengenai rute penyelamatan.

  3. Sebelum melaksanakan evakuasi pastikan untuk selalu memakai busana berlengan panjang, masker, kacamata. Jika tidak memiliki masker gunakan kain lembab untuk menutupi wajah.

  4. Jika berada kalian tinggal di kawasan yang jauh dari titik erupsi, ada baiknya tutup semua jendela dan pintu serta ventilasi. Hal ini bermaksud untuk mencegah masuknya debu vulkanis ke dalam rumah.

  5. Jangan lupa untuk membersihkan debu yang menumpuk di atap rumah.

  6. Bersihkan juga kendaraan, alasannya abu vulkanis mampu menghancurkan mesin dan bab logam kendaraan.


Itulah beberapa hal mengenai erupsi Gunung Tangkuban Parahu. Semoga warga sekitar selalu waspada.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon