Jumat, 08 Januari 2021

NASEHAT MBAH SUCIPTO...2

Malam Jum.at Legi, menurut penanggalan jawa di sasi suro, hujan gerimis tiada henti sejak saat menginjak magrib, saya berjalan seiring dengan mbah Cip, pulang dari langgar selesai mengikuti itstighotsah dan pengajian rutin jum'at legian, desa Muneng, Kecamatan Purwoasri, Kota Kediri, sampai diteras disambut suara kodok yang menyanyi sambung menyambung dengan suara tonggeret, menambah mirisnya hati dimalam ini.

'Ngantuk le' suara mbah Cip memecah kebekuan diantara kami, ' mboten mbah' jawaban terlontar dari bibir saya, yang sebenarnya bertolak belakang dari hati dan fisik saya yang sudah lelah, karena seharian mengerjakan tugas kantor yang menumpuk, tapi sebagai orang yang di didik dilingkungan aturan jawa, kadang ajaran jujur yang telah ditanamkan terpaksa harus dilanggar, hanya dikarenakan rasa sungkan dengan adanya unggah ungguh dalam hubungan antara wong sepuh dengan wong enom, dimana ada aturan dikeluarga kami ojo' sok mbantah wong tuwo sebagai orang muda saya hanya bisa berharap Mbah Cip lebih waskita melihat kondisi saya

"Yen ngantuk nggaweo kopi kono lho, mengko nek arep turu tak pijeti dhisik" lha..lha... betul kan! ternyata mbah Cip lebih waskita melihat kondisi saya, dengan semangat saya pergi ke dapur untuk membuat kopi, sedang Mbah masuk kamar, pasti ganti baju dengan seragam rumah, kaos oblong tipis cap swan dan sarung, saya sendiri heran kondisi cuaca apapun panas atau dingin pakaian beliau pasti ya... tetap itu, kelihatannya beliau tidak terpengaruh dengan kondisi cuaca.

Kopi panas tersaji, duduk berdua bersila diatas amben bambu, Mbah Cip mengawali prosesi jagongan malam ini dengan mencicipi kopi buatanku, "Alhamdullillah.. enak tenan kopine le, seperti ceramahe pak ustad tadi, sungguh mudah dicerna dan menghangatkan sanubari, mestine ceramah agama iku kudune yo ngono, wong ibadah iku ra' usah didendeni lan ora usah di iming-imingi pahala, ibadah iku kudune yo sarwa iklas lahir batin, Gusti Allah ora sare.....'"

Dalam hati saya coba merespon yang disampaikan mbah Cip, begitu sederhana ulasan beliau, tetapi mengandung makna yang luas, banyak orang yang datang ke pengajian dengan tujuan yang paling mendalam yaitu mencari pencerahan hidup, dan yang datang khususnya masyarakat pedesaan yang mempunyai kapasitas pengetahuan yang heterogen, maka pada posisi seperti ini sang ustad seharusnya tidak 'gebyah uyah' menyampaikan ceramahnya, karena kadang saya masih menemui sang ustad yang ceramahnya 'ngarab bles' artinya ceramahnya 80% memakai bahasa arab, bukan berarti saya bersikap dikotomis, tetapi saya hanya merasakan fakta yang ada bahwa kalau itu terjadi banyak peserta yang 'manggut-manggut' tapi tidak mengerti apa-apa... entah kenapa dia 'manggut-manggut'
"kok nglamun le..." suara mbah Cip, membangunkan saya yang tenggelam dalam pemikiran sendiri, ':mboten mbah.. saya sedang "nggulawentah ngendikan njenengan"
"ya... namanya orang hidup itu ya seperti itu, berpikir, berpikir dan berpikir, selama perut masih butuh makan pikiran juga butuh makan, mangkane yen weteng di isi sembarangan wetenge yo mesti loro, pikiran yo ngono le... yen di isi sembarangan yo..iso loro malah..malah iso gendheng..he...he..he"
"Tapi mbah perut pada saat tertentu kan harus puasa, apakah pikiran juga harus puasa ? lha kalau pikiran kosong......itu kan namanya 'ngengleng', alias genheng to..mbah'" saya agak sedikt membantah, senyum mbah cip semakin melebar mendengar pertanyaan saya.
"wah.. pancen pinter tenan kowe le...., yen pikiran kosong blong yo bener kandamu, tapi sing tak maksud kosong iku ra mikir babagan ndonya tapi mikiro babagan akherat, begitu juga kalau perut kosong blong yo.. dadine loro, wong poso iku kan ada batasnya, kamu ingat tidak waktu kecil sering nembang lagu sluku-sluku bathok ?" mbah cip balik bertanya. "itu kan lagu dolanan mbah" jawabku
"Begini....le" mbah Cip mulai agak serius, 'tembang Sluku-sluku bathok itu bukan sembarangan lagu....rungokno iki tak wedhar piwulang sing dikandhut saka tembang kuwi, sepisan Sluku-sluku Bathok, Bathoke ela-elo sluku itu artinya duduk posisi istirahat, bathok iku kepala sing biso diartikan otak utowo pikiran, ela-elo utowo gela-gelo artinya kepala bergerak kiri-kanan"
"Orang muda sekarang bilang gedhek, sehabis minum pil koplo itu ya...mbah" aku menyela penjelasan mbah Cip.

'"woooo...ngawur kowe le..!, wis tak teruske maneh.. Sluku-sluku bathok, bathoke ela-elo itu mengandung arti pada saat tertentu manusia harus berhenti memikirkan tentang duniawi, istirahatkan pemikiran kita dari ruwetnya kehidupan sehari-hari nah.... pada saat istirahat itulah kita berusaha berpikir tentang Allah SWT dengan jalan berdzikir dengan mengingat segala kekuasaan Gusti Alloh, yang telah memberikan Rahmat, Barokah dan Hidayahnya kepada kita semua, mensyukuri segala karunianya. Si Romo menyang Solo, ngerti kowe le... artine ukoro iki ?"

'"Ngerti Mbah...Bapak pergi ke kota Solo... " dengan cepat saya menjawab pertanyaan mbah Cip

"Walah..walah.. Solokothok dengkulmu.., jangan diartikan sesederhana itu le... kalimat itu mengandung arti lebih dalam lagi, kalimat sebenarnya adalah sirama menyang Solo, artinya mandilah atau berwudhulah untuk kalimat sirama dari kata siram utowo adus, lalu untuk kalimat menyang solo, merupakan pengganti kalimat menyang sholat artinya berangkatlah sholat, dirikan sholat, dan sholat bukanlah sekedar kewajiban tapi sudah merupakan kebutuhan dari manusia yang merasa dirinya Islam. Bait berikutnya adalah Oleh-olehe payung mutho, iki... le kuncine wong urip, yen wis nglakoni sholat oleh opo? yo...dapat payung mutho, sing dadi perlambang kalau kita akan mendapatkan perlindungan dari Gusti Alloh, lha.. paribasan kalau Gusti Alloh sudah melindungi kita, maka tidak ada yang perlu ditakuti dalam mengarungi kehidupan, tapi juga jangan sembrono kita harus tetap lurus dijalanNya. karena apa yang terjadi nanti kita tidak tahu termasuk kapan kita 'dipanggil, hal ini digambarkan dengan kalimat selanjutnya yaitu mak Jenthit lho..lho..bah, kematian datang nya secara tiba-tiba tidak bisa direncakan, karena ini merupakan kekuasaan Gusti Alloh, maka dalam hidup kita harus benar-benar menyiapkan diri. Sebab kalau sudah mati kita ...sudah ndak bisa opo-opo, yang lalu tinggalah kenangan, untuk pengalaman buruk, menyesalpun tiada guna ! karena tidak ceriteranya orang mati bisa hidup lagi.....tangeh lamun... le...!"
Sayapun manggut- manggut meresapi apa yang dikatakan mbah Cip, beliaupun berhenti sejenak sambil menyeruput kopi kemudian menyalakan lagi sebatang rokok, saya pun sambil mengambil sebatang rokok, menyampaikan kepada pendapat kepada beliau "pitutur yang terakhir tadi di gambarkan pada kalimat wong mati ora obah...... yen obah medeni bocah....begitu ya.. mbah"
Mbah Cip tersenyum" lha...kuwi ...ya wis pinter ngono le... awakmu..betul itu, kalau selanjutnya kira-kira apa artinya...le...coba terangno!"
"Nggih...Nyuwun sewu sak derenge mbah....kalau kalimat berikutnya, yen urip goleko dhuwit, mengandung makna selama kita masih hidup kita harus bekerja, karena bekerja untuk mencukupi keluarga dan diri sendiri, termasuk sebagaian dari ibadah, ini sama dengan yang disampaikan pak ustad di pengajian tadi, saat kita bekerja, bekerjalah seakan kita hidup seribu tahun, tapi pada saat ibadah maka beribadahlah seakan kita besok akan dipanggil oleh Allah SWT, jadi kalau tidak salah mbah....menurut saya dalam hidup ini harus ada keseimbangan antara bekerja dengan ibadah dan keduanya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan agar hidup kita tenteram, pernah saya membaca buku lama tentang olah kejawen yang membahas prisip hidup yang bernuansa jawa, dijelaskan dalam buku tersebut bahwa dalam hidup ini kita harus punya prinsip, Tatag, Teteg, Tutug, Tatag artinya, dalam hidup ini kita harus mempunyai kesiapan mental spiritual, karena dalam hidup kita tidak bisa lepas dari 'masalah' sehingga kemampuan kita menghadapi masalah, merupakan bentuk ketegaran diri, agar kita tidak gampang goyah atau terjatuh karena masalah tersebut, sedang Teteg, dapat dijabarkan sebagai bentuk keyakinan bahwa Alloh pasti melindungi kita seperti tembang sluku-sluku bathok yang diuraikan mbah Cip tadi...dan kita juga harus yakin bahwa segala usaha kita yang diridhoi Allah pasti mempunyai manfaat bagi orang lain, minimal terhadap diri sendiri, dan yang terakhir adalah, Tutug, mempunyai pengertian akhirnya kita sampai pada tujua, dengan penjabaran bahwa kita harus yakin tentang itu dan selalu fokus terhadap sesuatu yang ingin kita capai yaitu tentang kebenaran hidup....sekali lagi nyuwun sewu..mbah dan nyuwun duko kalau uraian saya....agak ngawur !
"Alhamdulillah.....wah..wah..wis pinter..pancen dasare guru, ditanya sedikit saja jawabannya panjang lebar...ora salah yang kamu jelaskan tadi, sing penting iso opo ora kowe nglakoni sing di omongke kuwi....he...he...he....he..." mbah Cip terkekeh-kekeh setelah mendengarkan omongan saya tadi.
Tiba-tiba terdengar suara sapi dikandang belakang rumah melenguh-lenguh, memecahkan kesunyian malam, "Wah.. Sapine ngelak...le...Wis kentekan banyu kiro-kiro, sudah kamu istirahat dulu, mbah Cip ke kandang dulu memberi minum sapinya"
"Nggih mbah ngestokaken dawuh...sak sampunipun ngringkesi gelas kopi, kulo bade istirahat rumiyin"
Mbah Cip Bangkit menuju kandang sapi, sayapun bernajak memberesi gelas kopi dan menaruhnya di dapur dan langsung menuju kamar tidur.... istirahat, lupa sudah harapan untuk dipjat mbah Cip karena mata ini rasanya sudah berat sekali ......................................

Sumber https://roda-ilmu.blogspot.com


EmoticonEmoticon