Mbah CIip, panggilan untuk mbah Sucipto, adalah seorang lelaki tua dari sisi umur, 79 th, dari sisi fisik beliau masih bugar dan sehat, dengan segala kesederhanaannya beliau sering menasehati, . 'Hidup ndak perlu neko-neko' nasehat beliau menanggapi hiruk pikuk dan keaneragaman kehidupan masa kini, kemajuan zaman dan teknologi seakan tidak mempengaruhi prinsip hidup beliau, bahwa hidup ini harus 'sak madyo, anakku, putuku, buyutku elingo kowe kabeh, pituture wong luhur raden ngabehi ronggowarsito, jamane iki jaman edan, yen ra edan yo ra keduman, begja-begjane wong lali isih bejo wong kang kelingan" dengan fasih beliau menyampaikan nasehatnya untuk mengingatkan, agar anak, cucu dan cicitnya tidak terhempas oleh kekejaman zaman dan selalu ingat tentang hakekat kebenaran yang dilandasi pedoman kehidupan dan tidak lepas dari sendi-sendi agama serta tatanan hidup bermasyarakat dan ber negara
Mbah Cip, yang mudanya dulu seorang guru pencak silat didesanya, yang terkenal 'dugdeng' setiap kali diiminta anak cucunya untuk mengajari ilmu kanuragan selalu tersenyum sebelum menjawab permintaan tersebut, ;O..alaah..le, wis ora jamane, buat apa ilmu semacam itu, yen pingin sakti, mung loro modale, yaiku sekolah sing pinter lan jujur tingkah lakune, wis iku wae lakonono" memang sederhana sekali nasehat beliau, tapi kalu dipikir lebih mendalam memang jaman sekarang pendidikan sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga perlu lebih mendalami arti 'long live education' yang sering didengung-dengungkan, oleh orang-orang pinter tapi kenyataan yang ada di negara tercinta ini masalah pendidikan malah sering membikin masalah, sekolah gratis contohnya dimanipulasi menjadi kampanye kesuksesan sebagian golongan tertentu untuk kemakmuran golongannya sendiri, guru yang mempunyai peran utama dalam pembangunan manusia seutuhnya justru terpuruk, untuk sejahtera saja harus berjuang mati-matian, mulai dari demo untuk meng'goal'kan UU Guru dan Dosen, setelah berhasilpun untuk mendapatkan sekedar upahpun masih harus berjuang dengan sertifikasi segala ! lebih parah sertifikasi lulus, upahnya masih harus nunggu keputusan dari para 'petinggi negara' yang katanya banyak orang pinter.......wooalah piye to mbah iki ?
Dengan senyum khasnya Mbah Cip mengawali nasehatnya ' Yo.. ora piye-piye to le...sing sabar.. gusti Allah ora sare, sudah mbah katakan orang itu pintar saja tidak cukup, masih butuh modal kejujuran, jujur dengan diri sendiri termasuk jujur terhadap Gusti Allah SWT dan jujur terhadap sesama, 'insya Allah uripmu tansah tentrem donya akherat' Aminn mbah, para kerabat Mbah Cip mengamini, saya jadi teringat nasehat dari seorang bijak, Haji Djoko Adi Waluyo, yang lebih suka dipanggil sebagai 'Kaji Orong-orong' pernah mengatakan bahwa mata uang yang bersifat universal artinya mata uang yang bisa laku dan diterima diseluruh permukaan bumi adalah mata uang kejujuran, memamng dapat dibayangkan alangkah indahnya bila manusia penghuni bumi ini memiliki 'harta kejujuran'
Alam sendiri sebenarnya telah memberi pengajaran tentang kejujuran, kita ambil contoh hewan tidak akan makan melebihi kapasitas perutnya, tidak ada ceriteranya hewan melakukan manipulasi atau korupsi untuk diri sendiri, terserah bagaimana manusia menyikapi fenomena ini, yang jelas Allah telah memberi karunia kepada manusia berupa Akal budi yang seharusnya mampu untuk bersikap bijaksana.
'dos pundi mbah, menawi mekaten' anak cucu Mbah Cip serempak bertanya ingin mencari rujukan tentang masalah kejujuran tersebut. Kali ini senyum mbah Cip semakin melebar, ' wah..wah alhamdulillah ... anak putuku kok yo wis pinter kabeh, pancen bener sing di dawuhke Kaji orong-orong kuwi, jujur iku yen di omongke yo gampang nanging yen dilakoni yo butuh kesabaran, mulo jujur lan sabar dalaning dadi wong kang pinilih, Ngaji Al Qur'an iku becik le.. nanging ngajine Al Qur'an yen diterusne ngaji manungso iku luwih utomo, dadi anak putuku kabeh, yen sinau kepinteran iku yo kudu diamalke marang sapadha-padha, ojo d lek dewe, mengko wetenge iso tambah mblendung....he...he..he..he...'
Mbah Cip terkekeh tertawa menpakan beberap giginya yang sudah copot,melihat anak cucunya ribut berdiskusi tentang proses pembelajaran menambah ilmu pengetahuan dengan masalah kejujuran, dimana mbah Cip menambahkan tentang hubungan antara manusia dengan sang pencipta dan hubungan manusia dengan manusia, yang merrupakan pencerminan dari kejujuran terhadap diri sendiri an kejujuran terhadap sesama.
'Wis kono ndang pada turu, iki wis bengi.... sesuk wae diteruske' Mbah Cip menyela diskusi kami, setelah melihat salah satu cucunya sudah ada yang terkantuk-kantuk, kami semua mulai beranjak masuk kekamar masing-masing. 'Mbah Cip mboten sare' saya menawari beliau supaya juga ikut istirahat, beliau tersenyum sambil menjawab ' Mbahmu iki yen melek wis podo karo turu, tapi yen turu mbahmu iki mesti melek' saya terhenti melangkah mendengar jawaban beliau, dan bertanya 'Nopo malih niku mbah' penasaran ingin lebih tahu dengan ucapan beliau
'Wis ojo takon maneh, sesuk wae tak terusne, istirahat dulu biar bangun tidur bisa sehat' Mbah Cip menasehati setengah memerintah, saya melangkahkan kaki dengan tanda tanya tentang filsafat terakhir yang dikatakan beliau...................................
bersambung.........
Sumber https://roda-ilmu.blogspot.com
EmoticonEmoticon