Sabtu, 07 November 2020

Makalah Tokoh Islam Duniabiografi Ibnu Sina

A. Pendahuluan

Ibnu Sina
Pengaruh ini terwujud bukan cuma alasannya ibnu sina mempunyai metode, namun karena sistem ibnu sina/ miliki itu menampakkan keasliannya dan menawarkan jenis jiwa jenius dalam memperoleh tata cara - metode lalu alasan-argumentasi diharapkan untuk merumuskan kembali aliran rasional murni serta tradisi intelektual Hellenisme lalu diwarisi ibnu sina/avecinna dan lebih jauh lagi dalam tata cara keagamaan Islam.

Ide ide cemerlang ide ibnu sina menawarkan donasi cukup baik bagi semua kelompok ilmuan, baik dari ilmuan Muslim maupun non Muslim. Kepopuleran ibnu sina sudah tidak diragukan lagi, terkhusus dari penemuan ibnu sina di bidang kedokteran, hal tersebut dapat dilihat dari karyanya yang sungguh popular yakni Kitab Qanun fi al-Thib serta banyak menawarkan konstribusi dalam bidang ilmu kedokteran.

B. Biografi intelektual Ibnu Sina

Biografi Ibnu sina
Nama lengkap ibnu sina adalah Abu `Ali al-Husain ibnu `Abdillah ibn Hasan ibnu `Ali Sina.[1] Di Eropa (dunia Barat) ibnu sina lebih diketahui dengan sebutan balasan terjadinya metamorphose Yahudi- Spanyol-Latin. Dari bahasa Spanyol kata Ibnu untuk ibnu sina diucapkan Aben atau Even. Terjadinya perubahan ini berawal dari perjuangan penerjemahan naskah-naskah Arab ke dalam bahasa Latin pada pertengahan era kedua belas di Spanyol.[2] ibnu sina dilahirkan pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, sebuah kota kecil dekat Bukhara, kini wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia),[3] dan wafat pada jum`at pertama Ramadhan tahun 428 H/1037 M dalam usia 57 tahun, jasad ibnu sina dikebumikan di Hamadzan (Tehran).[4]

Ayah ibnu sina bernama Abdullah dari Balkh merupakan seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khurasan, pada dikala kelahiran putranya adalah ibnu sina, ayah ibnu sina menjabat selaku gubernur suatu tempat di salah satu pemukiman Nuh Ibnu Mansur, sekarang kawasan Afghanistan (Persia). Ibu ibnu sina/ berjulukan Satarah berasal dari tempat Afshana.[5]

Nama ibnu sina semakin populer ketika ibnu sina mampu menyembuhkan penyakit Raja Bukhara berjulukan Nuh ibn Manshur, saat itu umur ibnu sina gres 17 tahun. Sebagai penghargaan, raja meminta ibnu sina menetap di Istana selama sang raja dalam proses penyembuhan. Namun ibnu sina menolaknya dengan halus, sebagai imbalannya dia (ibnu sina) hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan terdapat didalamnya buku-buku, buku tersebut sukar didapatkan.

Hal itu dimanfaatkan ibnu sina untuk membaca, mencari aneka macam acuan dasar untuk memperbesar ilmunya biar lebih luas meningkat .[6] Kemampuan ibnu sina dengan cepat menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan menjadikannya menguasai berbagai bahan intelektual dari perpustakaan kerajaan. Karena kejeniusannya itu, ibnu sina menerima gelar ilmiah, diantaranya Syaikh Ra`is serta Galenos Arab. Gelar tersebut diraih oleh ibnu sina saat umurnya masih remaja.[7]

Setelah ayah ibnu sina meninggal saat ia/ibnu sina berusia 22 tahun, ia (ibnu sina) hijrah ke Jurjan, suatu kota di bersahabat maritim kaspia, di sanalah dia (ibnu sina) mulai menulis ensiklopedianya wacana ilmu kedokteran lalu terkenal dengan nama al-Qanun fi al-tibb (the Qanun). Kemudian ibnu sina pindah ke Ray, kota di sebelah Taheran, berikutnya /ibnu sina melakukan pekerjaan terhadap Ratu Sayyedah dan anaknya Majd al-Dawlah. Kemudian Sultan Syams al-Dawlah penguasa di Hamdan (di bahagian Barat dari Iran) mengangkat ibnu sina menjadi Menterinya. Kemudian ibnu sina Hijrah ke Isfahan, ibnu sina meninggal dunia alasannya adalah sakit yang diderita ibnu sina ialah penyakit disentri pada pada tahun 428 Hijrah serempak dengan tahun 103 Masehi di Hamazan ( sekarang wilayah Iran).[8]

D. Guru-Guru Ibnu Sina
Di samping belajar secara otodidak, Ibnu Sina juga menyerap aneka macam ilmu dari beberapa orang Guru, antara lain Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Barqi al-Khawarizmi untuk ilmu bahasa, Ismail al-Zahid untuk ilmu fiqih, Abu Sahl al-Masihi serta Abu Manshur al-Hasan bin Nuh untuk ilmu kedokteran. Beliau/ibnu sina juga berguru Aritmatika dari `Ali Natili seorang sufi ismaili berkebangsaaan India.

E. Metode Ilmiah Ibnu Sina
Ibnu Sina ialah Filosof besar Islam yang sukses membangun system filsafat lengkap dan jelas, suatu system sudah mendominasi tradisi filsafat Muslim beberapa kala. Pengaruh ini terwujud bukan cuma karena ibnu sina memiliki system, tetapi sebab system yang dimilikinya menampakan keaslian juga memperlihatkan jiwa yang jenius dalam menentukan tata cara–metode serta dibutuhkan untuk merumuskan kembali anutan rasional murni dan tradisi intelektual ibnu sina atau untuk mewarisi dan dalam system keagamaan Islam.[13] Diantara sistem – sistem dari anutan ibnu sina paling populer yaitu:

Bidang kedokteran yaitu Penyakit T.B.C juga Chronis
Mengenai penyakit-penyakit berbahaya sangat mengganggu manusia zaman modern ini, sudah didapatkan dan telah dicarikan pengobatannya oleh Ibnu sina pada seribu tahun kemudian. Desmond Stewart menyebutkan penemuan-penemuan gres Ibnu Sina wacana menularnya penyakit T.B.C dan mampu membahayakan kesehatan insan dikala ini, begitu pula dengan penyakit Chrionis.

Di dalam bukunya “ Early Islam”, Stewart menandakan : “ Ibnu Sina is Now credited with such personal contributions as recognizing the contagious nature of tuberculosis and describing certain skin diseases and psychological disorders. Among the latter was love sickness, the effects of which were described as loss of weight and strength, fever and various chronic ailments. The cure was quite simple, once the diagnosis was made to have the sufferer united with the one he or she was pining for. Ibnu Sina also observed that certain diseases can be spread by water and soil, and advanced view for his time. Outside the realm of pure medicine, he invented a saclike precision device that helped to improve the accuracy of instruments used for measuring angles and short lengths. He also made many investigations in the realm of physics, helping to lay the foundations of experimental science that was to develop in the 16 th and 17 th centuries”.[14]

Makna: “ kini Ibnu Sina meninggalkan saham-saham eksklusif perihal pengakuan sifat menular dari penyakit T.B.C, selain itu ibnu sina menulis ihwal cara mengobati penyakit-penyakit kulit dan penyakit gangguan jiwa. Diantara penyakit terakhir ini, ibnu sina sudah mendapatkan sakit cinta (love sicknes), akibat hilangnya keseimbangan serta pengawalan diri, begitu juga dengan sakit demam panas juga penyakit-penyakit chronis. Pengobatannya sungguh sederhana, ialah setelah dikerjakan pemeriksaan, maka si penderita mampu dipertemukan dengan orang yang dirinduinya, dari pria juga wanita

G. Pengaruh Ibnu Sina
Pengaruh pedoman filsafat Ibnu Sina mirip karya aliran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak cuma tertuju pada dunia Islam namun juga merambah ke Eropa. Kontribusi ibnu sina terhadap anutan dan ilmu wawasan amatlah besar, diakui kuat signifikan kepada para ilmuwan, pemikir dan filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis, ibnu sina menemukan julukan “Father of Doctors” (Bapak Para Dokter). Natsir Arsyad[17] menyebutkan bahwa dokter kawakan ibnu sina pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja Dokter”, oleh kaum Latin Skolastik. Julukan lain pernah diberikan terhadap ibnu sina, misalnya, yaitu “Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, ia/ibnu sina dianggap sebagai zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.

George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian lengkap sehingga mengecilkan pemberian lainnya dari seluruh dunia, seolah-olah mereka hanya menciptakan penemuan lebih kecil, dan sementara itu pengusutan orisinal menyusut beberapa periode sehabis era ibnu sina. Sarton juga menguraikan efek Ibnu Sina sungguh besar terhadap ruang lingkup juga pertumbuhan ilmu kedokteran Barat. Karya ilmiah (textbook) ibnu sina merupakan referensi dasar utama ilmu medis di Eropa dalam era waktu lebih panjang dari buku-buku lainnya .[18]

Sepertinya bantuan paling penting dari ibnu sina dan diwariskan ibnu sina kepada dunia kedokteran ialah dalam ilmu medisnya, adalah Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine, Konstitusi Ilmu Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr[19] menyebutkan bahwa karya besar Qanun itu yakni karya paling banyak dibaca juga besar pengaruhnya pada ilmu medis Islam dan Eropa. Karya besar ini ialah satu dari buku yang paling sering dicetak di Eropa pada abad Renaisans dalam terjemahan Latinnya oleh Gerard dari Cremona. Buku teks persyaratan ini terdiri dari lima bagian pokok: prinsip-prinsip biasa , obat-obatan, penyakit organ-organ tertentu, penyakit setempat bertendensi menjalar mengawali pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhara. Pengetahuan yang pertama kali yang beliau pelajari yaitu membaca al-Qur ke seluruh badan, seumpama demam, dan obat-obatan beragam.

Arsyad juga menyebutkan bahwa buku Qanun ibnu sina semenjak zaman dinasti Han di Cina sudah menjadi buku tolok ukur karya-karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah besar karya ibnu sina telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Hebrew, karya ibnu sina dalam bidang bahasa tersebut ialah bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan abad itu.[20]

Di bidang filsafat, ibnu sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. ibnu sina otodidak, genius asli bukan hanya dunia Islam menyanjungnya, ia/ibnu sina memang ialah satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, bukan dukungan sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam -nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak mampu memberi pengaruh di Barat, alasannya adalah kitabnya tersembunyi entah dimana,kendatipun ada, sangat sulit sekali didapatnya dan sangat sukar dipahami dan digemari orang karena peperangan-pertempuran yang meraja lela di sebelah Timur, hingga saatnya ibnu sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain menunjukan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan informasi yang luas.[21]

Selain kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmu-ilmu pengetahuan mirip ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada ditulisnya dalam bentuk syair, dapat didapatkan lewat buku-buku dikarangnya untuk ilmu akal dengan syair. Kebanyakan buku-bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang-orang Eropa diabad tengah, mulai memanfaatkan buku-buku itu sebagai textbook, di berbagai universitas. Oleh alasannya adalah itu nama ibnu sina dalam masa pertengahan di Eropa sungguh besar lengan berkuasa.[22] Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan namun sebab bahasanya baik diiringi caranya menulis sungguh terperinci. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku -bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.

Dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya imbas dari Ibnu Sina tentang anutan yang dia/ibnu sina tuangkan kepada kita. Ide-pandangan baru cemerlang dari ibnu sina menunjukkan dampak signifikan dalam ilmu wawasan, untuk itulah mari kita memperbanyak syukur alasannya adalah kita dapat mengetahui ilmu-ilmu dari Ibnu Sina lewat karya-karyanya.

H. Pelajaran dari abjad personal Ibnu Sina
Pelajaran penting mampu diambil dari dongeng ibnu sina diatas dari mulai era kecil, kala akil balig cukup akal sampai kala tuanya yakni bahwa hidup ini memang penuh usaha serta kerja keras dalam hal menimba ilmu biar ilmu itu mampu berkhasiat untuk diri sendiri dan orang lain. Keseimbangan iktikad juga takwa ibnu sina, dibuktikan dengan mencar ilmu alquran dari kecil pertanda bahwa jiwanya dari kecil sudah diisi dengan ruh yang suci sehingga dalam perjalanan hidupnya senantiasa mengharap ridho dan tawakkal kepada Allah untuk mencapai cita-cita, disamping berusaha dengan mempelajari ilmu dengan gurunya dan mencar ilmu secara belajar sendiri.

Dengan membaca Al-Qur’an sedari dini manusia mampu menggali ilmu pengetahuan didalamnya, sebab bahwasanya Quran yaitu ilmunya dan kehidupan di alam ini yaitu prakteknya. Ibnu Sina dengan seksama menggabungkan itu semua yakni antara Alquran dan praktek di alam raya ini, sehingga muncullah wangsit-pandangan baru atau pemikiran belum ada di Barat pada dikala itu. Dengan hasil karya pada waktu itu bisa mengganti dunia dalam bidang kedokteran sungguh menakjubkan juga luar biasa, pantaslah ibnu sina menjadi ide banyak orang, baik muslim maupun non muslim kemudian ingin berguru tentang ilmu pengetahuan terutama kedokteran, filsafat dan ilmu alam.

Sebagai orang renta dan selalu ingin anak keturunanya menjadi anak pandai dalam segala bidang, pastinya diusulkan mengikuti cerita hidup Ibnu Sina di atas. Yaitu menyeimbangkan pelajaran antara ilmu agama dan ilmu lazim atau ilmu pengetahuan sebagai prakteknya. Sehingga bila dalam perjalanan menuju impian yang ingin dicapai, di tengah jalan mengalami kendala atau kerikil-batu, maka anak tersebut tidak mudah putus asa. Tetapi mampu berhenti sejenak dari hiruk pikuk kesibukan duniawi, lalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta kehidupan, maka insyaAllah segala kesusahan, rintangan akan secepatnya teratasi karena kita selalu mengenang kepada Sang Pencipta. Walaupun sebenarnya tidak pada dikala menghadapi kesusahan saja meminta dukungan, namun setiap waktu menginggat kita harus ingat terhadap Allah SWT, sehingga segala pekerjaan untuk dilakukan senantiasa diberi Ridho oleh-Nya, biar diberi kemudahan meskipun segala kendala pasti ada, tetapi jika dari permulaan sudah diniatkan untuk kepentingan baik dan untuk orang banyak, niscaya senantiasa dibimbing oleh-Nya.

I. Karir Ibnu Sina selaku Ilmuan
Mengawali karirnya pertama Ibnu Sina mengikuti kiprah orang tuanya, ialah membantu peran-peran amir Nuh bin Mansur. ibnu sina contohnya diminta menyusun kumpulan anutan filsafat oleh Abu al-Husain al-Arudi. Untuk ini ibnu sina menyusun buku al-Majmu’. Setelah itu ibnu sina menulis buku al-Hashil wa al-Mashul dan al-Birr wa al-Ism atas seruan Abu Bakar al-Barqy al-Hawarizmy[23].

Setelah usia ibnu sina atau memasuki dua puluh dua tahun, ayahnya meninggal dunia, lalu terjadi kemelut politik di badan pemerintahan Nuh bin Mansur. Kedua orang putera kerajaan, yakni Mansur, Abd Malik saling berebut kekuasaan, kemudian dimenangkan oleh Abdul Malik. Selanjutnya dalam pemerintahan yang belum stabil ketika itu terjadi serbuam dilakukan oleh kesultanan Mahmud al-Ghaznawi, sehingga seluruh daerah kerajaan Samani berpusat di Bukhara jatuh ke tangan Mahmud al-Ghaznawi tersebut[24].

Dalam kondisi suasana politik yang bagitu ricuh, Ibnu Sina memutuskan untuk meninggalkan tempat asalnya. ibnu sina pergi ke Karkang ibukota al-Khawarizm, di daerah tersebut Ibnu Sina menerima penghormatan juga perlakuan baik. Di kota ini pula Ibnu Sina banyak berkenalan dengan sejumlah pakar para ilmuwan mirip, Abu al-Khir al-Khamar, Abu Sahl ‘Isa bin Yahya al-Masity al-Jurjani, Abu Rayhan al-Biruni serta Abu Nash al-Iraqi. Setelah itu ibnu sina melanjutkan perjalanan ke Nasa, Abiwarud, Syaqan, Jajarin selanjutnya ke Jurjan. Setelah kota yang disinggahi ibnu sina terakhir ini juga kurang aman, ibnu sina menetapkan pindah ke Rayi, bekerja pada As-Sayyidah dan putranya Madjid al-Daulah, waktu itu terjangkit penyakit, dan membantu menyembuhkannya. Sejarah serta perjalanan hidupnya dari segi keilmuannya mampu dibahagi terhadap dua fasa. pertama adalah fasa pembentukan (al-tahsil) dan fasa produktif (al-intaj al-ilmi).

Fase pertama adalah fase belajar ibnu sina memulai dari usia lima tahun sehingga sepuluh tahun dalam mempelajari ilmu juga dasar Quran serta ilmu-ilmu agama. Ibnu Sina mengalami kala yang lebih didominasi oleh masa belajarnya, ibnu sina lebih banyak melaksanakan absorpsi; di mana kegiatan Ibnu Sina lebih banyak kepada reseptif dan retentif. Fase keduanya, ialah fase produktif, semasa ibnu sina berumur dua puluh satu tahun.Waktu ini ibnu sina mulai melaksanakan acara bersifat produktif. Ibnu Sina melaksanakan acara lebih produktif yakni menghasilkan karya-karya secara produktif dan sintesis. ibnu sina mulai mengarang kitab-kitab tentang metafisika, nalar, kedoktoran, psikologi, fisika.

F. Karya–karya utama Ibnu Sina
Dalam sejarah kehidupannya, Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang ilmuwan yang sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya buku. Buku-buku karangannya nyaris meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan, diantarannya ilmu kedokteran, filsafat, ilmu jiwa, fisika, logika, politik dan sastra arab. Adapun karya-karyanya selaku berikut :

Kitab Qanun fi al-Thib, ialah karya ibnu sina dalam bidang ilmu kedokteran. Buku ini pernah menjadi satu-satunya tumpuan dalam bidang kedokteran di Eropa selama lebih kurang lima kurun. Buku ini ialah iktisar pengobatan Islam juga diajarkan hingga sekarang di Timur.

Kitab As-Syifa, ialah karya ibnu sina dalam bidang filsafat. Kitab ini antara lain terdiri dari wacana uraian filsafat dengan segala aspeknya

Kitab An-Najah, ialah kitab ihwal ringkasan dari kitab As-Syifa, kitab ini ditulis oleh ibnu sina untuk para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu pesan tersirat, selain itu buku ini juga secara lengkap membahas tentang pedoman Ibnu Sina ihwal ilmu Jiwa.

Kitab Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah, merupakan karya Ibnu Sina dalam bidang ilmu fisika. Buku ini ditulis dalam bahasa Arab juga masih tersimpan dalam berbagai perpustakaan di Istanbul, penerbitannya pertama kali dijalankan di Kairo pada tahun 1910 M, sedangkan terjemahannya dalam bahasa Yahudi dan Latin masih terdapat hingga sekarang.

Kitab al- Isyarat wa al-Tanbihat, isinya mengandung uraian perihal nalar dan pesan tersirat[15].

Selain kitab-kitab tersebut masih banyak karya ibnu sina berjumlah cukup besar, tetapi untuk mengetahui berapa jumlah buku karya-karya ibnu sina/ tersebut secara pasti sangatlah susah, mengingat perbedaan wacana sedikit banyaknya data yang dipakai. Namun untuk menjawab hal ini, setidaknya ada dua pendapat. Pertama, dari pengusutan yang dijalankan oleh Father dari Domician di Kairo kepada karya-karya Ibnu Sina, ia mencatat sebanyak 276 (dua ratus tujuh puluh enam) buah. Kedua, Phillip K.Hitti dengan menggunakan daftar dan dibuat al-Qifti menyampaikan bahwa karya-karya tulis Ibnu Sina sekitar 99 (sembilan puluh sembilan) buah[16].

Pengaruh aliran filsafat Ibnu Sina seperti karya fatwa juga telaahnya di bidang kedokteran tidak cuma tertuju pada dunia Islam namun juga merambah ke Eropa. Kontribusi Ibnu Sina kepada anutan serta ilmu pengetahuan amatlah besar dan diakui besar lengan berkuasa signifikan terhadap para ilmuwan, pemikir, filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis, Ibnu Sina mendapatkan julukan “Father of Doctors” (Bapak Para Dokter). Natsir Arsyad[17] menyebutkan bahwa dokter kawakan Ibnu Sina pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja Dokter”, oleh kaum Latin Skolastik. Julukan lain juga diberikan kepada Ibnu Sina, mirip, “Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, ibnu sina dianggap selaku zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.

George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian lengkap sehingga mengecilkan bantuan yang lain dari seluruh dunia, seakan-akan mereka cuma membuat inovasi kecil, sementara itu pengusutan orisinal berkurang beberapa era sehabis masa Ibnu Sina. Sarton juga menguraikan pengaruh Ibnu Sina sangat besar terhadap ruang lingkup juga kemajuan ilmu kedokteran Barat. Karya ilmiah (textbook) Ibnu Sina ialah referensi dasar utama ilmu medis di Eropa dalam abad waktu yang lebih panjang dari buku-buku yang lain yang pernah ditulis.[18]

Sepertinya bantuan terpenting Ibnu Sina diwariskan untuk dunia kedokteran yaitu dalam ilmu medisnya, ialah Qanun fi al-Thibb (Canon of Medicine, Konstitusi Ilmu Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr[19] menyebutkan bahwa karya besar Qanun itu yakni karya paling banyak dibaca, hal ini besar pengaruhnya pada ilmu medis Islam dan Eropa. Karya besar ini ialah satu dari buku yang paling kerap dicetak di Eropa pada periode Renaisans dalam terjemahan Latin-nya oleh Gerard dari Cremona. Buku teks patokan ini terdiri dari lima bagian pokok: prinsip-prinsip lazim, obat-obatan, penyakit organ-organ tertentu, penyakit setempat bertendensi menjalar ke seluruh badan, seumpama demam,juga obat-obatan beragam. Arsyad juga menyebutkan bahwa buku Qanun Ibnu Sina sejak zaman dinasti Han di Cina telah menjadi buku patokan karya-karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah besar karya Ibnu Sina sudah diterjemahkan dalam bahasa Latin juga Hebrew, yang ialah bahasa-bahasa pengirim ilmu pengetahuan era itu.[20]

Di bidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina belajar sendiri juga genius orisinil, bukan hanya dunia Islam menyanjung (ibnu sina) selaku satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, juga bukan tunjangan, sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan nbsp; filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis, Ibnu Sina mendapatkan julukan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tidak dapat memberi pengaruh di Barat, alasannya kitabnya tersembunyi entah dimana, kendatipun ada, sangat sukar sekali didapatnya serta sungguh susah diketahui kemudian disenangi orang alasannya adalah peperangan - pertempuran yang meraja lela di sebeleah Timur, sampai saatnya Ibnu Sina, Ibnu Rusyd juga pujangga Timur lain menandakan kembali falsafah Aristoteles diikuti dengan penerangan dan keterangan yang luas.[21]

Selain kepandaiannya selaku flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmu – ilmu wawasan mirip ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ditulisnya dalam bentuk syair, mampu ditemukan melalui buku-buku karya ibnu sina untuk ilmu logika dengan syair. banyak buku-buku ibnu sina telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang–orang Eropa diabad tengah, mulai memanfaatkan buku - buku itu sebagai textbook, di banyak sekali universitas. Oleh karena itu nama Ibnu Sina dalam abad pertengahan di Eropa sangat kuat.[22]

Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja sebab kepadatan ilmunya, akan namun karena bahasanya yang bagus dan caranya menulis sangat terperinci. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku -bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.

Dapat disimpulkan bahwa begitu besarnya pengaruh dari sosok Ibnu Sina tentang fatwa yang dia tuangkan kepada kita. Ide-pandangan baru cemerlang dari ibnu sina memperlihatkan dampak signifikan dalam ilmu wawasan, untuk itulah mari kita memperbanyak syukur karena kita mampu mengetahui ilmu-ilmu dari karya-karya Ibnu Sina.

DAFTA PUSTAKA
  • Athif al- `Iraqy, Muhammad, al-Falsafat al-Islamiyyat, (Kairo: Dar al-Ma`berakal, 1978).
  • Arsyad, Natsir, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah (Bandung: Mizan, 1989).
  • Haque, M. Atiqul, Wajah Peradaban: Menelusuri Jejak Pribadi-Pribadi Besar Islam, Terj. Budi Rahmat et.al, (Bandung: Zaman, 1998).
  • Hasyimsyah, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pertama, 2002), Cet. VI.
  • Hoesin, Oemar Amin, Filsafat Islam , (Jakarta : Bulan Bintang, 1975).
  • Madjid , Nurcholis, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta:Paramadina, 1997).
  • Munawir, Imam, Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikir Islam dari periode ke periode , (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1985).
  • Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1996).
  • Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000).
  • Nasr, Seyyed Hossein, Science and Civilization in Islam (Cambridge, 1968).
  • o’Leary, De Lacy, Al-Fikr al-‘Arabi wa Makanuhu fi al-Tarikh, (Mesir : al- Muassasah al-‘Ammah,1401 H).
  • Rahman, fazlur, ’s Psychology, (London : Oxford University Press, 1959)
  • Riswanto, Arif Munandar, Buku Pintar Islam, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010)
  • Sarton, George , A History of Science (New York: Harvard University Press,1952)
  • Ushaibah, Ibn,Uyun al-Anba, Juz II, (Mesir : Al-Mathba’ah al-Wahabiyyah, 1299 H)
  • Zaenal Abidin, Ahmad, Ibnu Siena (Avecenna) Sarjana dan Filosuf Dunia, (Bulan Bintang, 1949)
  • Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam Filosof of Filsafatnya, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009).

Lihat Footnote di sini

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon