Pendahuluan
Jika kita mengatakan ihwal seorang cendekiawan yang satu ini, memang cukup unik dan fantastis. Sebenarnya, dialah yang pantas dibilang selaku pendiri ilmu sosial. Ia lahir dan wafat di saat bulan suci bulan berkat. Nama lengkapnya ialah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang lalu masyhur dengan istilah Ibnu Khaldun.
Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang bisa memberikan dampak besar bagi cendekiawan-cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim maupun non-Muslim. Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun dipenuhi dengan aneka macam kejadian, pengembaraan, dan perubahan dengan sejumlah peran besar serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Perlawatannya antara Maghrib dan Andalusia, lalu antara Maghrib dan negara-negara Timur memperlihatkan nasihat yang cukup besar. Ia yakni keturunan dari teman Rasulullah saw. berjulukan Wail bin Hujr dari kabilah Kindah.
Biografi Ibnu Khaldun
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 bulan mulia 732 H./27 Mei 1332 M. yaitu diketahui selaku sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Quran sejak usia dini. Sebagai hebat politik Islam, beliau pun diketahui selaku bapak Ekonomi Islam, karena aliran-pemikirannya ihwal teori ekonomi yang logis dan kongkret jauh sudah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan saat memasuki usia cukup umur, tulisan-tulisannya telah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan ajaran Ibnu Khaldun terlahir alasannya adalah studinya yang sungguh dalam, pengamatan kepada berbagai penduduk yang dikenalnya dengan ilmu dan wawasan yang luas, serta beliau hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam peran-tugas yang diembannya sarat dengan aneka macam peristiwa, baik suka dan murung. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah dia melahirkan karya-karya yang monumental hingga ketika ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di aneka macam penjuru dunia. Panjang sekali jikalau kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, tetapi ada tiga kala yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup ia. Periode pertama, era dimana Ibnu Khaldun menuntut aneka macam bidang ilmu wawasan. Yakni, dia mencar ilmu Quran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sungguh membuat puas dari para gurunya. Namun studinya terhenti sebab penyakit pes sudah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat aneka macam posisi penting kenegaraan mirip qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akhir fitnah dari musuh-musuh politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah era ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yakni berfokus pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang sudah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang sudah beliau revisi dan ditambahnya bagian-bagian baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’kafe ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni ketika usulan-usulan Ibnu Khaldun dikaji dan diubahsuaikan oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memperlihatkan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sungguh tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (suatu kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab perihal masalah dan usulan-pendapat teologi, yang ialah ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari perihal karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-goresan pena sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun cuma satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, utamanya hebat-hebat sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sungguh mencolokdan terkenal ialah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku paling penting ihwal ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk logika yang dapat kita lihat bahwa beliau menguasai dan mengetahui akan gejala-tanda-tanda sosial tersebut. Pada bagian ke dua dan ke tiga, beliau mengatakan perihal tanda-tanda-tanda-tanda yang membedakan antara penduduk primitif dengan penduduk moderen dan bagaimana metode pemerintahan dan persoalan politik di penduduk .
Bab ke dua dan ke empat mengatakan ihwal gejala-tanda-tanda yang berhubungan dengan cara berkumpulnya manusia serta membuktikan efek aspek-aspek dan lingkungan geografis terhadap gejala-tanda-tanda ini. Bab ke empat dan ke lima, menerangkan ihwal ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam mengatakan wacana paedagogik, ilmu dan wawasan serta alat-alatnya. Sungguh fantastis sekali sebuah karya di era ke-14 dengan lengkap membuktikan hal wacana sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan wawasan. Ia sudah menerangkan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa intinya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kesejahteraan yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang berkembang menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akhir kelemahan internal maupun alasannya adalah serangan musuh-lawan yang berpengaruh dari luar yang selalu memantau kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil materi pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia yaitu seorang peneliti yang tak kenal letih dengan dasar ilmu dan wawasan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas penduduk . Selain seorang pejabat penting, dia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan goresan pena-tulisannya yang telah dia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya dia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan ketekunan. Sehingga karyanya sungguh-sungguh bermutu, yang di pembiasaan oleh suasana dan keadaan.
Karena aliran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Quran yang dipraktekkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti ihwal Islam, dan ulet mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Quran, dia menjunjung tinggi akan kehebatan Quran. Sebagaimana dibilang olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Quran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran mampu meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun layak diutamakan sebelum menyebarkan ilmu-ilmu lainnya.”
Kaprikornus, nilai-nilai spiritual sangat di prioritaskan sekali dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu yang lain. Kehancuran suatu negara, penduduk , atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menyebabkan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, beliau wafat di Kairo Mesir pada dikala bulan suci bulan berkat tepatnya pada tanggal 25 bulan rahmat 808 H./19 Maret 1406 M.[1]
B. Ibnu Khaldun: Bapak Ekonomi Islam
Marak dan berkembangnya ekonomi Islam pada tiga dasawarsa dewasa ini, telah mendorong dan mengarahkan perhatian para ilmuwan modern kepada anutan ekonomi Islam klasik. Telah ada lebih dari 2000-an judul buku dan goresan pena tentang ekonomi Islam semenjak abad klasik sampai ketika ini.
Yang paling disayangkan lagi yakni sikap para intelektual muslim atau ulama dalam dua periode dewasa ini yang tidak melanjutkan dan mengembangkan kajian ekonomi Islam yang telah dirintis dan dibangun oleh para ulama terdahulu. Intelektual dan ulama kita di masa kekinian ini, lebih banyak konsentrasi pada kajian pengembangan bahan fikih ibadah, munakahat, teologi (ilmu kalam), pemkiran Islam dan tasawuf, di samping ilmu-ilmu tafsir dan hadits. Maka tak heran bila mereka dangkal sekali pengetahuannya wacana ilmu ekonomi Islam, termasuk soal bunga bank dan dampaknya kepada inflasi, investasi, produksi dan pengangguran juga spekulasi dan stabilitas moneter. Mereka mengabaikan kajian-kajian ekonomi Islam yang ilmiah dan empiris yang sudah dilakukan ilmuwan Islam klasik. Fenomena itulah yang disesalkan Prof Dr Muhammad Nejatyullah Ash-Shiddiqy, guru besar ekonomi Univ King Abdul Aziz Saudi.[2]
Kejayaan peradaban Islam dan pengaruhnya atas panggung sejarah dunia untuk 1000 tahun, tidak mungkin tanpa diiringi dengan pandangan baru-inspirasi ekonomi dan sejenisnya. Dari Abu Yusuf pada masa ke 2 Hijriyah hingga ke Thusi dan Waliullah (kala 18), kita memiliki kesinambungan dari serentetan pembahasan yang benar-benar tentang perpajakan, pengeluaran pemerintah, ekonomi rumah tangga, uang dan jual beli, pembagian kerja, monopoli, pengawasan harga dan sebagainya. Tapi sangat disayangkan, tidak ada perhatian yang sungguh-sungguh yang diberikan atas khazanah intelektual yang berharga ini oleh sentra-sentra riset akademik di bidang ilmu ekonomi.
Di periode klasik Islam, yang sejak era 2 Hijrah s/d 9 Hijriyah, banyak lahir ilmuwan Islam yang membuatkan kajian ekonomi (bukan fikih muamalah), tetapi kajian ekonomi empiris yang menerangkan fenomena konkret kegiatan ekonomi secara riil di masyarakat dan negara, mirip mekanisme pasar (supply and demand), public finance, kebijakan fiskal dan moneter, aliran ulama ihwal ekonomi Islam di era klasik sungguh maju dan cemerlang, jauh mendahului pemikir Barat terbaru mirip Adam Smith, Keynes, Ricardo, dan Malthus.
Bapak ekonomi Di antara sekian banyak pemikir abad lampau yang mengaji ekonomi Islam, Ibnu Khaldun ialah salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut selaku raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak Sosiologi namun juga Bapak Ilmu ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, dia lebih dari tiga masa mendahului para pemikir Barat terbaru tersebut. Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis suatu karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun. Artinya Bapak ekonomi: Ibnu Khaldun. Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif, adakalanya dikaji dari perspektif aturan, etika dan adapula dari perspektif filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, alasannya pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian watak dan aturan. Sedangkan Ibnu Khaldun mengaji persoalan ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia menerangkan fenomena ekonomi secara nyata.
Ibnu Khaldun membicarakan aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk anutan ihwal tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, aturan penawaran dan seruan, konsumsi dan buatan, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan jual beli, hak milik dan kesejahteraan, dan sebagainya. Ia juga membahas aneka macam tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang bermetamorfosis dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur.
Ibnu Khaldun sudah memperoleh sejumlah besar pandangan baru dan pedoman ekonomi fundamental, beberapa abad sebelum kelahiran resminya (di Eropa). Ia memperoleh keutamaan dan keperluan suatu pembagian kerja sebelum didapatkan Smith dan prinsip perihal nilai kerja sebelum Ricardo. Ia sudah mengolah sebuah teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari itu, Ibnu Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun sebuah sistem dinamis yang gampang dipahami dimana mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi terhadap fluktuasi jangka panjang.[3]
Lafter, Penasehat ekonomi Presiden Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter Curve, berterus terang bahwa ia mengambil desain Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan obat resesi ekonomi, adalah mengecilkan pajak dan mengembangkan pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah yaitu pasar terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya pemasukan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, maka yakni wajar kalau pasar yang lainpun akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup besar.
Oleh karena besarnya bantuan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka Boulakia mengatakan, Sangat mampu dipertanggung jawabkan bila kita menyebut Ibnu Khaldun selaku salah seorang Bapak ilmu ekonomi. Shiddiqi juga menyimpulkan bahwa Ibnu Khaldun secara sempurna dapat disebut sebagai andal ekonomi Islam paling besar.
C. Ibnu Khaldun dan Teori Ekonomi
Ibnu Khaldun dalam buku karyanya “Muqaddimah” mengemukakan suatu teori “Model Dinamika” yang memiliki pandangan jelas bagaimana faktor-aspek dinamika sosial, watak, ekonomi, dan politik saling berlainan tetapi saling berafiliasi satu dengan lainnya bagi perkembangan maupun kemunduran suatu lingkungan masyarakat atau pemerintahan suatu daerah (negara). Ibnu Khaldun telah menyumbangkan teori produksi, teori nilai, teori penjualan, dan teori siklus yang dipadu menjadi teori ekonomi lazim yang koheren dan disusun dalam kerangka sejarah.
Dalam penentuan harga di pasar atas sebuah bikinan, aspek yang sangat berpengaruh adalah ajakan dan penawaran. Ibnu Khaldun menekankan bahwa peningkatan penawaran atau penurunan permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya penurunan penawaran atau peningkatan ajakan akan mengakibatkan penurunan harga. Penurunan harga yang sungguh drastis akan merugikan pengrajin dan pedagang serta mendorong mereka keluar dari pasar, sedangkan kenaikan harga yang drastis akan menyulitkan konsumen. Harga “damai” dalam kasus mirip ini sangat diharapkan oleh kedua belah pihak, alasannya beliau tidak
saja memungkinkan para pedagang menerima tingkat pengembalian yang ditolerir oleh pasar dan juga bisa menciptakan kegairahan pasar dengan meningktakan penjualan untuk memperoleh tingkat laba dan kemakmuran tertentu. Akan tetapi, harga yang rendah dibutuhkan pula, alasannya menawarkan kelapangan bagi kaum miskin yang menjadi secara umum dikuasai dalam suatu populasi.
Dengan demikian, tingkat harga yang stabil dengan biaya hidup yang relatif rendah menjadi pilihan bagi masyarakat dengan sudut pandang kemajuan dan keadilan dalam perbandingan era inflasi dan deflasi. Inflasi akan menghancurkan keadilan, sedangkan deflasi mengurangi insentif dan efisiensi. Harga rendah untuk kebutuhan utama sebaiknya tidak diraih lewat penetapan harga baku oleh negara alasannya hal itu akan menghancurkan insentif bagi buatan. Faktor yang menetapkan penawaran, menurut Ibnu Khaldun, yaitu permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat perjuangan manusia, besarnya tenaga buruh tergolong ilmu wawasan dan kemampuan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan, dan kesanggupan teknik serta pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Jika harga turun dan menimbulkan kebangkrutan modal menjadi hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan mendorong munculnya resesi, sehingga pedagang dan pengrajin menderita. Pada sisi lain, aspek-aspek yang memilih ajakan yakni pemasukan, jumlah penduduk, kebiasaan dan adat istiadat penduduk , serta pembangunan dan kemakmuran penduduk secara lazim.
Menurut Ibnu Khaldun, seorang individu tidak akan dapat menyanggupi seluruh keperluan ekonominya seorang diri, melainkan mereka mesti berafiliasi dengan pembagian kerja dan keutamaan. Apa yang dapat dipenuhi melalui kerjasama yang saling menguntungkan jauh lebih besar ketimbang apa yang diraih oleh individu-individu secara sendirian. Dalam teori terbaru, pertimbangan ini mirip dengan teori comparative advantage.
Negara merupakan faktor penting dalam buatan, yakni melalui pembelanjaannya yang mau mampu meningkatkan produksi dan melalui pajaknya akan mampu melemahkan produksi. Pemerintah akan membangun pasar terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama bagi semua pembangunan. Penurunan belanja negara tidak hanya mengakibatkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya laba, namun juga menyebabkan penurunan dalam penerimaan pajak. Semakin besar belanja pemerintah, makin baik perekonomian alasannya adalah belanja yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan hal-hal yang dibutuhkan bagi masyarakatdan menjamin stabilitas hukum, peraturan, dan politik. Oleh sebab itu, untuk mempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada erat dengan penduduk dan mensubsidi modal bagi mereka mirip layaknya air sungai yang membuat hijau dan mengaliri tanah di sekitarnya, sementara di kejauhan segalanya tetap kering.
Faktor paling penting untuk kesempatan usaha yakni merenggangkan seringan mungkin beban pajak bagi usahawan untuk menggairahkan acara bisnis dengan menjamin laba yang lebih besar (setelah pajak). Pajak dan bea cukai yang ringan akan menciptakan rakyat mempunyai dorongan untuk lebih aktif berusaha sehingga bisnis akan mengalami pertumbuhan. Pajak yang rendah akan menjinjing kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak yang berkembangsecara total dari keseluruhan penghitungan pajak.
Kemudian, dengan berlalunya waktu, kebutuhan-keperluan negara akan meningkat dan nilai pajak naik untuk memajukan hasil. Apabila peningkatan ini berlangsung perlahan-lahan rakyat akan terbiasa, namun pada kesannya ada akibat kurang baik terhadap insentif sehingga aktivitas usaha mengalami kelesuhan dan penurunan, demikian pula terhadap hasil perpajakannya.
Perekonomian yang sejahtera di permulaan sebuah pemerintahan menciptakan penerimaan pajak yang lebih tinggi dari tarif pajak yang lebih rendah, sementara perekonomian yang mengalami frustasi akan menghasilkan penerimaan pajak yang lebih rendah dengan tarif yang lebih tinggi. Alasan terjadinya hal tersebut ialah rakyat yang menerima perlakuan tidak adil dalam kemakmuran mereka akan meminimalisir cita-cita mereka untuk menghasilkan dan mendapatkan kemakmuran.[4]
Apabila keinginan itu hilang, maka mereka akan berhenti melakukan pekerjaan karena kian besar pembebanan maka akan kian besar efek kepada usaha mereka dalam berproduksi. Akhirnya, jikalau rakyat enggan menghasilkan dan melakukan pekerjaan , maka pasar akan mati dan keadaan rakyat akan makin memburuk serta penerimaan pajak juga akan menurun. Oleh alasannya itu, Ibnu Khaldun mengusulkan keadilan dalam perpajakan. Pajak yang adil sungguh kuat kepada kemakmuran sebuah negara. Kemakmuran cenderung bersirkulasi antara rakyat dan pemerintah, dari pemerintah ke rakyat, dan dari rakyat ke pemerintah, sehingga pemerintah tidak dapat menjauhkan belanja negara dari rakyat karena akan menimbulkan rakyat menjauh dari pemerintah.
Kontribusi Ibnu Khaldun dalam pengembangan ilmu wawasan cukup signifikan, namun sayang dia lahir pada dikala dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Kemunduran umat Islam dimulai semenjak era ke 12 ditandai dengan kemerosoatan moralitas, hilangnya dinamika dalam Islam sehabis hadirnya dogmatisme dan kekakuan berfikir, kemunduran dalam kegiatan intelektual dan keilmuan, pemberontakan-pemberontakan lokal dan perpecahan di antara umat, peperangan dan serangan dari pihak luar, terciptanya ketidakseimbangan keuangan dan kehilangan rasa kondusif kepada kehidupan dan kekayaan, dan faktor-faktor yang lain yang meraih puncaknya pada periode ke 16 pada era Dinasti Mamluk Ciscassiyah yang penuh korupsi sehingga mempercepat proses kemunduran tersebut.
Kemajuan dan kemunduran yang dialami oleh umat Islam itu, bukanlah mirip suatu garis lurus, namun naik-turun dan berlangsung beberapa kala lamanya. Berbagai upaya dan perjuangan sudah dilaksanakan guna menghentikan kemunduran itu, namun sebab alasannya adalah utama tetap ada, maka kemerosotan terus berjalan sampai dikala ini. Faktor utama untuk menghindari kemunduran tersebut yakni dengan kembali kepada aliran Islam yang sebetulnya yang berorientasi kepada falah oriented, adalah menuju kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di alam baka.
-----------------
[1] “Biografi Ibnu Khaldun” dalam http://www.google.com/search?q=cache: lbGK9jP1v_IJ:jacksite.wordpress.com/2007/04/17/biografi-ibnu-khaldun didownload pada 23 November 2007.
[2] Muhammad Nejatyullah Ash-Shiddiqy, Muslim Economic Thingking, Islamic Fondation (United Kingdom: t.p., , 1976), h. 264
[3] Agustianto, “Ibnu Khaldun Bapak Ekonomi” dalam www.hupelita.com didownload pada 23 November 2007
[4] Merza Gamal, Ibnu Khaldun dan Teori Komunikasi dalam www.hupelita.com didownload pada 23 November 2007.
Jika kita mengatakan ihwal seorang cendekiawan yang satu ini, memang cukup unik dan fantastis. Sebenarnya, dialah yang pantas dibilang selaku pendiri ilmu sosial. Ia lahir dan wafat di saat bulan suci bulan berkat. Nama lengkapnya ialah Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Abi Bakar Muhammad bin al-Hasan yang lalu masyhur dengan istilah Ibnu Khaldun.
Pemikiran-pemikirannya yang cemerlang bisa memberikan dampak besar bagi cendekiawan-cendekiawan Barat dan Timur, baik Muslim maupun non-Muslim. Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun dipenuhi dengan aneka macam kejadian, pengembaraan, dan perubahan dengan sejumlah peran besar serta jabatan politis, ilmiah dan peradilan. Perlawatannya antara Maghrib dan Andalusia, lalu antara Maghrib dan negara-negara Timur memperlihatkan nasihat yang cukup besar. Ia yakni keturunan dari teman Rasulullah saw. berjulukan Wail bin Hujr dari kabilah Kindah.
Biografi Ibnu Khaldun
Lelaki yang lahir di Tunisia pada 1 bulan mulia 732 H./27 Mei 1332 M. yaitu diketahui selaku sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Quran sejak usia dini. Sebagai hebat politik Islam, beliau pun diketahui selaku bapak Ekonomi Islam, karena aliran-pemikirannya ihwal teori ekonomi yang logis dan kongkret jauh sudah dikemukakannya sebelum Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823) mengemukakan teori-teori ekonominya. Bahkan saat memasuki usia cukup umur, tulisan-tulisannya telah menyebar ke mana-mana. Tulisan-tulisan dan ajaran Ibnu Khaldun terlahir alasannya adalah studinya yang sungguh dalam, pengamatan kepada berbagai penduduk yang dikenalnya dengan ilmu dan wawasan yang luas, serta beliau hidup di tengah-tengah mereka dalam pengembaraannya yang luas pula.
Selain itu dalam peran-tugas yang diembannya sarat dengan aneka macam peristiwa, baik suka dan murung. Ia pun pernah menduduki jabatan penting di Fes, Granada, dan Afrika Utara serta pernah menjadi guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo yang dibangun oleh dinasti Fathimiyyah. Dari sinilah dia melahirkan karya-karya yang monumental hingga ketika ini. Nama dan karyanya harum dan dikenal di aneka macam penjuru dunia. Panjang sekali jikalau kita berbicara tentang biografi Ibnu Khaldun, tetapi ada tiga kala yang bisa kita ingat kembali dalam perjalan hidup ia. Periode pertama, era dimana Ibnu Khaldun menuntut aneka macam bidang ilmu wawasan. Yakni, dia mencar ilmu Quran, tafsir, hadis, usul fikih, tauhid, fikih madzhab Maliki, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, fisika dan matematika.
Dalam semua bidang studinya mendapatkan nilai yang sungguh membuat puas dari para gurunya. Namun studinya terhenti sebab penyakit pes sudah melanda selatan Afrika pada tahun 749 H. yang merenggut ribuan nyawa. Ayahnya dan sebagian besar gurunya meninggal dunia. Ia pun berhijrah ke Maroko selanjutnya ke Mesir; Periode kedua, ia terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat aneka macam posisi penting kenegaraan mirip qadhi al-qudhat (Hakim Tertinggi). Namun, akhir fitnah dari musuh-musuh politiknya, Ibnu Khaldun sempat juga dijebloskan ke dalam penjara.
Setelah keluar dari penjara, dimulailah era ketiga kehidupan Ibnu Khaldun, yakni berfokus pada bidang penelitian dan penulisan, ia pun melengkapi dan merevisi catatan-catatannya yang sudah lama dibuatnya. Seperti kitab al-’ibar (tujuh jilid) yang sudah beliau revisi dan ditambahnya bagian-bagian baru di dalamnya, nama kitab ini pun menjadi Kitab al-’Ibar wa Diwanul Mubtada’ awil Khabar fi Ayyamil ‘Arab wal ‘Ajam wal Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawis Sulthan al-Akbar.
Kitab al-i’kafe ini pernah diterjemahkan dan diterbitkan oleh De Slane pada tahun 1863, dengan judul Les Prolegomenes d’Ibn Khaldoun. Namun pengaruhnya baru terlihat setelah 27 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1890, yakni ketika usulan-usulan Ibnu Khaldun dikaji dan diubahsuaikan oleh sosiolog-sosiolog German dan Austria yang memperlihatkan pencerahan bagi para sosiolog modern.
Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sungguh tinggi diantaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (suatu kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab perihal masalah dan usulan-pendapat teologi, yang ialah ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).
DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Scotland dalam artikelnya “The Islamic Review & Arabic Affairs” di tahun 1970-an mengomentari perihal karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan, “Tulisan-goresan pena sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun cuma satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, utamanya hebat-hebat sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sungguh mencolokdan terkenal ialah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku paling penting ihwal ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.
Bahkan buku ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut dengan ‘gejala-gejala sosial’ dengan metoda-metodanya yang masuk logika yang dapat kita lihat bahwa beliau menguasai dan mengetahui akan gejala-tanda-tanda sosial tersebut. Pada bagian ke dua dan ke tiga, beliau mengatakan perihal tanda-tanda-tanda-tanda yang membedakan antara penduduk primitif dengan penduduk moderen dan bagaimana metode pemerintahan dan persoalan politik di penduduk .
Bab ke dua dan ke empat mengatakan ihwal gejala-tanda-tanda yang berhubungan dengan cara berkumpulnya manusia serta membuktikan efek aspek-aspek dan lingkungan geografis terhadap gejala-tanda-tanda ini. Bab ke empat dan ke lima, menerangkan ihwal ekonomi dalam individu, bermasyarakat maupun negara. Sedangkan bab ke enam mengatakan wacana paedagogik, ilmu dan wawasan serta alat-alatnya. Sungguh fantastis sekali sebuah karya di era ke-14 dengan lengkap membuktikan hal wacana sosiologi, sejarah, ekonomi, ilmu dan wawasan. Ia sudah menerangkan terbentuk dan lenyapnya negara-negara dengan teori sejarah.
Ibnu Khaldun sangat meyakini sekali, bahwa intinya negera-negara berdiri bergantung pada generasi pertama (pendiri negara) yang memiliki tekad dan kekuatan untuk mendirikan negara. Lalu, disusul oleh generasi ke dua yang menikmati kestabilan dan kesejahteraan yang ditinggalkan generasi pertama. Kemudian, akan datang generasi ke tiga yang berkembang menuju ketenangan, kesenangan, dan terbujuk oleh materi sehingga sedikit demi sedikit bangunan-bangunan spiritual melemah dan negara itu pun hancur, baik akhir kelemahan internal maupun alasannya adalah serangan musuh-lawan yang berpengaruh dari luar yang selalu memantau kelemahannya.
Ada beberapa catatan penting dari sini yang dapat kita ambil materi pelajaran. Bahwa Ibnu Khaldun menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan tidak meremehkan akan sebuah sejarah. Ia yaitu seorang peneliti yang tak kenal letih dengan dasar ilmu dan wawasan yang luas. Ia selalu memperhatikan akan komunitas-komunitas penduduk . Selain seorang pejabat penting, dia pun seorang penulis yang produktif. Ia menghargai akan goresan pena-tulisannya yang telah dia buat. Bahkan ketidaksempurnaan dalam tulisannya dia lengkapi dan perbaharui dengan memerlukan waktu dan ketekunan. Sehingga karyanya sungguh-sungguh bermutu, yang di pembiasaan oleh suasana dan keadaan.
Karena aliran-pemikirannya yang briliyan Ibnu Khaldun dipandang sebagai peletak dasar ilmu-ilmu sosial dan politik Islam. Dasar pendidikan Quran yang dipraktekkan oleh ayahnya menjadikan Ibnu Khaldun mengerti ihwal Islam, dan ulet mencari ilmu selain ilmu-ilmu keislaman. Sebagai Muslim dan hafidz Quran, dia menjunjung tinggi akan kehebatan Quran. Sebagaimana dibilang olehnya, “Ketahuilah bahwa pendidikan Quran termasuk syiar agama yang diterima oleh umat Islam di seluruh dunia Islam. Oleh kerena itu pendidikan Alquran mampu meresap ke dalam hati dan memperkuat iman. Dan pengajaran Alquran pun layak diutamakan sebelum menyebarkan ilmu-ilmu lainnya.”
Kaprikornus, nilai-nilai spiritual sangat di prioritaskan sekali dalam kajiannya, disamping mengkaji ilmu-ilmu yang lain. Kehancuran suatu negara, penduduk , atau pun secara individu dapat disebabkan oleh lemahnya nilai-nilai spritual. Pendidikan agama sangatlah penting sekali sebagai dasar untuk menyebabkan insan yang beriman dan bertakwa untuk kemaslahatan umat. Itulah kunci keberhasilan Ibnu Khaldun, beliau wafat di Kairo Mesir pada dikala bulan suci bulan berkat tepatnya pada tanggal 25 bulan rahmat 808 H./19 Maret 1406 M.[1]
B. Ibnu Khaldun: Bapak Ekonomi Islam
Marak dan berkembangnya ekonomi Islam pada tiga dasawarsa dewasa ini, telah mendorong dan mengarahkan perhatian para ilmuwan modern kepada anutan ekonomi Islam klasik. Telah ada lebih dari 2000-an judul buku dan goresan pena tentang ekonomi Islam semenjak abad klasik sampai ketika ini.
Yang paling disayangkan lagi yakni sikap para intelektual muslim atau ulama dalam dua periode dewasa ini yang tidak melanjutkan dan mengembangkan kajian ekonomi Islam yang telah dirintis dan dibangun oleh para ulama terdahulu. Intelektual dan ulama kita di masa kekinian ini, lebih banyak konsentrasi pada kajian pengembangan bahan fikih ibadah, munakahat, teologi (ilmu kalam), pemkiran Islam dan tasawuf, di samping ilmu-ilmu tafsir dan hadits. Maka tak heran bila mereka dangkal sekali pengetahuannya wacana ilmu ekonomi Islam, termasuk soal bunga bank dan dampaknya kepada inflasi, investasi, produksi dan pengangguran juga spekulasi dan stabilitas moneter. Mereka mengabaikan kajian-kajian ekonomi Islam yang ilmiah dan empiris yang sudah dilakukan ilmuwan Islam klasik. Fenomena itulah yang disesalkan Prof Dr Muhammad Nejatyullah Ash-Shiddiqy, guru besar ekonomi Univ King Abdul Aziz Saudi.[2]
Kejayaan peradaban Islam dan pengaruhnya atas panggung sejarah dunia untuk 1000 tahun, tidak mungkin tanpa diiringi dengan pandangan baru-inspirasi ekonomi dan sejenisnya. Dari Abu Yusuf pada masa ke 2 Hijriyah hingga ke Thusi dan Waliullah (kala 18), kita memiliki kesinambungan dari serentetan pembahasan yang benar-benar tentang perpajakan, pengeluaran pemerintah, ekonomi rumah tangga, uang dan jual beli, pembagian kerja, monopoli, pengawasan harga dan sebagainya. Tapi sangat disayangkan, tidak ada perhatian yang sungguh-sungguh yang diberikan atas khazanah intelektual yang berharga ini oleh sentra-sentra riset akademik di bidang ilmu ekonomi.
Di periode klasik Islam, yang sejak era 2 Hijrah s/d 9 Hijriyah, banyak lahir ilmuwan Islam yang membuatkan kajian ekonomi (bukan fikih muamalah), tetapi kajian ekonomi empiris yang menerangkan fenomena konkret kegiatan ekonomi secara riil di masyarakat dan negara, mirip mekanisme pasar (supply and demand), public finance, kebijakan fiskal dan moneter, aliran ulama ihwal ekonomi Islam di era klasik sungguh maju dan cemerlang, jauh mendahului pemikir Barat terbaru mirip Adam Smith, Keynes, Ricardo, dan Malthus.
Bapak ekonomi Di antara sekian banyak pemikir abad lampau yang mengaji ekonomi Islam, Ibnu Khaldun ialah salah satu ilmuwan yang paling menonjol. Ibnu Khaldun sering disebut selaku raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak Sosiologi namun juga Bapak Ilmu ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam Smith dan Ricardo. Artinya, dia lebih dari tiga masa mendahului para pemikir Barat terbaru tersebut. Muhammad Hilmi Murad secara khusus telah menulis suatu karya ilmiah berjudul Abul Iqtishad: Ibnu Khaldun. Artinya Bapak ekonomi: Ibnu Khaldun. Dalam tulisan tersebut Ibnu Khaldun dibuktikannya secara ilmiah sebagai penggagas pertama ilmu ekonomi secara empiris. Karya tersebut disampaikannya pada Simposium tentang Ibnu Khaldun di Mesir 1978.
Sebelum Ibnu Khaldun, kajian-kajian ekonomi di dunia Barat masih bersifat normatif, adakalanya dikaji dari perspektif aturan, etika dan adapula dari perspektif filsafat. Karya-karya tentang ekonomi oleh para imuwan Barat, seperti ilmuwan Yunani dan zaman Scholastic bercorak tidak ilmiah, alasannya pemikir zaman pertengahan tersebut memasukkan kajian ekonomi dalam kajian watak dan aturan. Sedangkan Ibnu Khaldun mengaji persoalan ekonomi masyarakat dan negara secara empiris. Ia menerangkan fenomena ekonomi secara nyata.
Ibnu Khaldun membicarakan aneka ragam masalah ekonomi yang luas, termasuk anutan ihwal tata nilai, pembagian kerja, sistem harga, aturan penawaran dan seruan, konsumsi dan buatan, uang, pembentukan modal, pertumbuhan penduduk, makro ekonomi dari pajak dan pengeluaran publik, daur perdagangan, pertanian, indusrtri dan jual beli, hak milik dan kesejahteraan, dan sebagainya. Ia juga membahas aneka macam tahapan yang dilewati masyarakat dalam perkembangan ekonominya. Kita juga menemukan paham dasar yang bermetamorfosis dalam kurva penawaran tenaga kerja yang kemiringannya berjenjang mundur.
Ibnu Khaldun sudah memperoleh sejumlah besar pandangan baru dan pedoman ekonomi fundamental, beberapa abad sebelum kelahiran resminya (di Eropa). Ia memperoleh keutamaan dan keperluan suatu pembagian kerja sebelum didapatkan Smith dan prinsip perihal nilai kerja sebelum Ricardo. Ia sudah mengolah sebuah teori tentang kependudukan sebelum Malthus dan mendesak akan peranan negara di dalam perekonomian sebelum Keynes. Bahkan lebih dari itu, Ibnu Khaldun telah menggunakan konsepsi-konsepsi ini untuk membangun sebuah sistem dinamis yang gampang dipahami dimana mekanisme ekonomi telah mengarahkan kegiatan ekonomi terhadap fluktuasi jangka panjang.[3]
Lafter, Penasehat ekonomi Presiden Ronald Reagan, yang menemukan teori Laffter Curve, berterus terang bahwa ia mengambil desain Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun mengajukan obat resesi ekonomi, adalah mengecilkan pajak dan mengembangkan pengeluaran (ekspor) pemerintah. Pemerintah yaitu pasar terbesar dan ibu dari semua pasar dalam hal besarnya pemasukan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, maka yakni wajar kalau pasar yang lainpun akan ikut turun, bahkan dalam agregate yang cukup besar.
Oleh karena besarnya bantuan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi, maka Boulakia mengatakan, Sangat mampu dipertanggung jawabkan bila kita menyebut Ibnu Khaldun selaku salah seorang Bapak ilmu ekonomi. Shiddiqi juga menyimpulkan bahwa Ibnu Khaldun secara sempurna dapat disebut sebagai andal ekonomi Islam paling besar.
C. Ibnu Khaldun dan Teori Ekonomi
Ibnu Khaldun dalam buku karyanya “Muqaddimah” mengemukakan suatu teori “Model Dinamika” yang memiliki pandangan jelas bagaimana faktor-aspek dinamika sosial, watak, ekonomi, dan politik saling berlainan tetapi saling berafiliasi satu dengan lainnya bagi perkembangan maupun kemunduran suatu lingkungan masyarakat atau pemerintahan suatu daerah (negara). Ibnu Khaldun telah menyumbangkan teori produksi, teori nilai, teori penjualan, dan teori siklus yang dipadu menjadi teori ekonomi lazim yang koheren dan disusun dalam kerangka sejarah.
Dalam penentuan harga di pasar atas sebuah bikinan, aspek yang sangat berpengaruh adalah ajakan dan penawaran. Ibnu Khaldun menekankan bahwa peningkatan penawaran atau penurunan permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya penurunan penawaran atau peningkatan ajakan akan mengakibatkan penurunan harga. Penurunan harga yang sungguh drastis akan merugikan pengrajin dan pedagang serta mendorong mereka keluar dari pasar, sedangkan kenaikan harga yang drastis akan menyulitkan konsumen. Harga “damai” dalam kasus mirip ini sangat diharapkan oleh kedua belah pihak, alasannya beliau tidak
saja memungkinkan para pedagang menerima tingkat pengembalian yang ditolerir oleh pasar dan juga bisa menciptakan kegairahan pasar dengan meningktakan penjualan untuk memperoleh tingkat laba dan kemakmuran tertentu. Akan tetapi, harga yang rendah dibutuhkan pula, alasannya menawarkan kelapangan bagi kaum miskin yang menjadi secara umum dikuasai dalam suatu populasi.
Dengan demikian, tingkat harga yang stabil dengan biaya hidup yang relatif rendah menjadi pilihan bagi masyarakat dengan sudut pandang kemajuan dan keadilan dalam perbandingan era inflasi dan deflasi. Inflasi akan menghancurkan keadilan, sedangkan deflasi mengurangi insentif dan efisiensi. Harga rendah untuk kebutuhan utama sebaiknya tidak diraih lewat penetapan harga baku oleh negara alasannya hal itu akan menghancurkan insentif bagi buatan. Faktor yang menetapkan penawaran, menurut Ibnu Khaldun, yaitu permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat perjuangan manusia, besarnya tenaga buruh tergolong ilmu wawasan dan kemampuan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan, dan kesanggupan teknik serta pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Jika harga turun dan menimbulkan kebangkrutan modal menjadi hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan mendorong munculnya resesi, sehingga pedagang dan pengrajin menderita. Pada sisi lain, aspek-aspek yang memilih ajakan yakni pemasukan, jumlah penduduk, kebiasaan dan adat istiadat penduduk , serta pembangunan dan kemakmuran penduduk secara lazim.
Menurut Ibnu Khaldun, seorang individu tidak akan dapat menyanggupi seluruh keperluan ekonominya seorang diri, melainkan mereka mesti berafiliasi dengan pembagian kerja dan keutamaan. Apa yang dapat dipenuhi melalui kerjasama yang saling menguntungkan jauh lebih besar ketimbang apa yang diraih oleh individu-individu secara sendirian. Dalam teori terbaru, pertimbangan ini mirip dengan teori comparative advantage.
Negara merupakan faktor penting dalam buatan, yakni melalui pembelanjaannya yang mau mampu meningkatkan produksi dan melalui pajaknya akan mampu melemahkan produksi. Pemerintah akan membangun pasar terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama bagi semua pembangunan. Penurunan belanja negara tidak hanya mengakibatkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya laba, namun juga menyebabkan penurunan dalam penerimaan pajak. Semakin besar belanja pemerintah, makin baik perekonomian alasannya adalah belanja yang tinggi memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan hal-hal yang dibutuhkan bagi masyarakatdan menjamin stabilitas hukum, peraturan, dan politik. Oleh sebab itu, untuk mempercepat pembangunan kota, pemerintah harus berada erat dengan penduduk dan mensubsidi modal bagi mereka mirip layaknya air sungai yang membuat hijau dan mengaliri tanah di sekitarnya, sementara di kejauhan segalanya tetap kering.
Faktor paling penting untuk kesempatan usaha yakni merenggangkan seringan mungkin beban pajak bagi usahawan untuk menggairahkan acara bisnis dengan menjamin laba yang lebih besar (setelah pajak). Pajak dan bea cukai yang ringan akan menciptakan rakyat mempunyai dorongan untuk lebih aktif berusaha sehingga bisnis akan mengalami pertumbuhan. Pajak yang rendah akan menjinjing kepuasan yang lebih besar bagi rakyat dan memiliki pengaruh terhadap penerimaan pajak yang berkembangsecara total dari keseluruhan penghitungan pajak.
Kemudian, dengan berlalunya waktu, kebutuhan-keperluan negara akan meningkat dan nilai pajak naik untuk memajukan hasil. Apabila peningkatan ini berlangsung perlahan-lahan rakyat akan terbiasa, namun pada kesannya ada akibat kurang baik terhadap insentif sehingga aktivitas usaha mengalami kelesuhan dan penurunan, demikian pula terhadap hasil perpajakannya.
Perekonomian yang sejahtera di permulaan sebuah pemerintahan menciptakan penerimaan pajak yang lebih tinggi dari tarif pajak yang lebih rendah, sementara perekonomian yang mengalami frustasi akan menghasilkan penerimaan pajak yang lebih rendah dengan tarif yang lebih tinggi. Alasan terjadinya hal tersebut ialah rakyat yang menerima perlakuan tidak adil dalam kemakmuran mereka akan meminimalisir cita-cita mereka untuk menghasilkan dan mendapatkan kemakmuran.[4]
Apabila keinginan itu hilang, maka mereka akan berhenti melakukan pekerjaan karena kian besar pembebanan maka akan kian besar efek kepada usaha mereka dalam berproduksi. Akhirnya, jikalau rakyat enggan menghasilkan dan melakukan pekerjaan , maka pasar akan mati dan keadaan rakyat akan makin memburuk serta penerimaan pajak juga akan menurun. Oleh alasannya itu, Ibnu Khaldun mengusulkan keadilan dalam perpajakan. Pajak yang adil sungguh kuat kepada kemakmuran sebuah negara. Kemakmuran cenderung bersirkulasi antara rakyat dan pemerintah, dari pemerintah ke rakyat, dan dari rakyat ke pemerintah, sehingga pemerintah tidak dapat menjauhkan belanja negara dari rakyat karena akan menimbulkan rakyat menjauh dari pemerintah.
Kontribusi Ibnu Khaldun dalam pengembangan ilmu wawasan cukup signifikan, namun sayang dia lahir pada dikala dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Kemunduran umat Islam dimulai semenjak era ke 12 ditandai dengan kemerosoatan moralitas, hilangnya dinamika dalam Islam sehabis hadirnya dogmatisme dan kekakuan berfikir, kemunduran dalam kegiatan intelektual dan keilmuan, pemberontakan-pemberontakan lokal dan perpecahan di antara umat, peperangan dan serangan dari pihak luar, terciptanya ketidakseimbangan keuangan dan kehilangan rasa kondusif kepada kehidupan dan kekayaan, dan faktor-faktor yang lain yang meraih puncaknya pada periode ke 16 pada era Dinasti Mamluk Ciscassiyah yang penuh korupsi sehingga mempercepat proses kemunduran tersebut.
Kemajuan dan kemunduran yang dialami oleh umat Islam itu, bukanlah mirip suatu garis lurus, namun naik-turun dan berlangsung beberapa kala lamanya. Berbagai upaya dan perjuangan sudah dilaksanakan guna menghentikan kemunduran itu, namun sebab alasannya adalah utama tetap ada, maka kemerosotan terus berjalan sampai dikala ini. Faktor utama untuk menghindari kemunduran tersebut yakni dengan kembali kepada aliran Islam yang sebetulnya yang berorientasi kepada falah oriented, adalah menuju kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di alam baka.
Penutup
Paparan di atas menunjukkan bahwa tak disangsikan lagi Ibnu Khaldun yakni Bapak ekonomi yang sebetulnya. Dia bukan cuma Bapak ekonomi Islam, namun Bapak ekonomi Dunia. Dengan demikian, bekerjsama beliaulah yang lebih patut disebut Bapak ekonomi dibanding Adam Smith yang diklaim Barat sebagai Bapak ekonomi melalui buku The Wealth of Nation.. Karena itu sejarah ekonomi perlu diluruskan kembali supaya umat Islam tidak sesat dalam mengerti sejarah intelektual umat Islam. Tulisan ini tidak bisa menguraikan ajaran Ibnu Khaldun secara detail, alasannya adalah ruang yang terbatas dan lagi pula pemikirannya terlalu ilmiah dan teknis bila dipaparkan di sini. Daftar Pustaka
- Agustianto, “Ibnu Khaldun Bapak Ekonomi” dalam www.hupelita.com didownload pada 23 November 2007.
- Gamal, Merza Ibnu Khaldun dan Teori Komunikasi dalam www.hupelita.com didownload pada 23 November 2007.
- Penulis,“Biografi Ibnu Khaldun” dalam http://www.jacksite.wordpress.com /2007/04/17/biografi-ibnu-khaldun didownload pada 23 November 2007.
- Shiddiqy, Muhammad Nejatyullah, Muslim Economic Thingking, Islamic Fondation. United Kingdom: t.p., 1976.
-----------------
[1] “Biografi Ibnu Khaldun” dalam http://www.google.com/search?q=cache: lbGK9jP1v_IJ:jacksite.wordpress.com/2007/04/17/biografi-ibnu-khaldun didownload pada 23 November 2007.
[2] Muhammad Nejatyullah Ash-Shiddiqy, Muslim Economic Thingking, Islamic Fondation (United Kingdom: t.p., , 1976), h. 264
[3] Agustianto, “Ibnu Khaldun Bapak Ekonomi” dalam www.hupelita.com didownload pada 23 November 2007
[4] Merza Gamal, Ibnu Khaldun dan Teori Komunikasi dalam www.hupelita.com didownload pada 23 November 2007.
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com
EmoticonEmoticon