BAB I
PENDAHULUAN
Setiap masyarakat bahasa mempunyai ihwal cara yang dipakai untuk mengungkapkan ide dan perasaan atau untuk menyebutkan atau mengacu ke benda-benda di sekitarnya. Hingga pada suatu titik waktu, kata-kata yang dihasilkan melalui kesepakatan penduduk itu sendiri biasanya memadai keperluan itu, namun manakala terjadi hubungan dengan penduduk bahasa lain, sungguh mungkin timbul pemikiran , konsep, atau barang baru yang datang dari luar budaya penduduk itu. Dengan sendirinya juga dibutuhkan kata gres. Salah satu cara memenuhi kebutuhan itu--yang sering dianggap lebih mudah--yaitu mengambil kata yang dipakai oleh masyarakat luar yang menjadi asal hal tentang baru itu.
Salah satu bentuk kemajuan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa aneh pemberi imbas. Penyerapan kata-kata ajaib ke dalam bahasa Indonesia ini melahirkan permasalahan-masalah kebahasaan yang dapat disoroti dari perspektif analogi dan anomali bahasa. Perdebatan tentang analogi dan anomali bahasa telah berjalan sejak zaman Yunani antik, dan hingga sekarang masih ada penunjang-pendukungnya. Pendapat masing-masing penunjang didasarkan pada realita realita bahasa yang serupa-sama akuratnya dan dengan argumen yang serupa kuatnya. Perdebatan ini nampaknya seperti rel kereta api yang tidak mempunyai ujung temu, masing-masing berpijak pada kutub yang berbeda.
Kalaupun perdebatan analogi dan anomali ini telah berkembang semenjak sekian waktu yang lama namun dalam realita kenyataan bahasa hal ini masih saja merupakan issu yang berkaitan dan faktual dengan kemajuan zaman. Issu analogi dan anomali memang ialah issu yang menyangkut ihwal kemajuan bahasa. Selagi bahasa masih berkembang, maka issu analogi and anomali masih senantiasa menyertainya.
A. Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia ialah bahasa asing yang dinamis, yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu balasan dari sifat dinamis tersebut adalah masuknya berbagai komponen kebahasaan dari bahasa abnormal, baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang lalu dikenal dengan Unsur Serapan.
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil komponen atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa kawasan atau bahasa gila. Sudah banyak kosa kata dari bahasa abnormal dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu diadaptasi dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Asal BahasaJumlah Kata
Arab1.495 kata
Belanda3.280 kata
Tionghoa290 kata
Hindi7 kata
Inggris1.610 kata
Parsi63 kata
Portugis131 kata
Sanskerta-Jawa Kuna677 kata
Tamil83 kata
Proses absorpsi itu dapat diperhitungkan jikalau salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yakni :
1. Istilah serapan yang diseleksi cocok konotasinya
2. Istilah yang diseleksi lebih cepat ketimbang terjemahan Indonesianya
3. Istilah serapan yang dipilih mampu mempermudah tercapainya janji kalau istilah Indonesia terlalu banyak sinonimya
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
1. Cara Adopsi
Terjadi jika pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata abnormal itu secara
keseluruhan.
Contoh : swalayan, plaza, mall
2. Cara Adaptasi
Terjadi jika pemakai bahasa cuma mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization > pluralisasi
Acceptability > akseptabilitas
3. Penerjemahan
Terjadi jika pemakai bahasa mengambil rancangan yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
Overlap > tumpang tindih
Try out > uji coba
4. Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa cuma mengambil desain dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini seperti dengan cara penerjemahan, akan namun mempunyai perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang seperti seperti penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective > berhasil guna
Spare parts > sparepart
Selain kata serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai beberapa afiks atau imbuhan serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a - [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab - [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele - [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini - [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super - [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni - [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo - [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub - [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans - [= seberang, melalui] ; transisi, tranfusi
10. Semi - [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
B. Kata Serapan Sebagai Bagian Perkembangan Bahasa Indonesia
Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa ialah ialah suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa melalui pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi dampak bahasa lain. Tertutup memiliki arti sukar mendapatkan dampak, terbuka mempunyai arti mudah menerima efek.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan komponen bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling dampak, saling meminjarn atau menyerap bagian gila. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham kepada bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis terlebih bahasa yang berbeda rumpun. Dalam proses absorpsi dari bahasa pemberi efek terhadap bahasa akseptor imbas akan terjadi perubahan-pergantian. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses perembesan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa verbal maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergantian baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan akseptor pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya hingga sekarang telah banyak menyerap komponen-bagian ajaib terutarna dalam hal kosa kata. Bahasa asing yang memberi dampak kosa kata dalam bahasa Indonesia antara lain : bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Masuknya bagian-unsur ajaib ini secara historis juga sejalan dengan kontak budaya antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa pemberi pengaruh. Unsur-komponen aneh ini sudah menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia mengalami kemajuan sesuai dengan tuntutan zaman. Dan sejalan dengan kemajuan itu muncullah duduk perkara-persoalan kebahasaan. Ada kosa kata yang diserap secara utuh tanpa mengalami perubahan dan pembiasaan. Dan ada kosa kata yang diserap dengan mengalami penyesuaian-adaptasi. Kata-kata serapan ini ternyata tidak lepas dari masalah analogi dan anomali bahasa yang secara khusus akan diuraikan dalam bagian berikut.
C. Perspektif Analogi Dan Anomali Kata Serap-An Dalam Bahasa Indonesia
Analogi adalah keteraturan bahasa dan anomali adalah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Di dalam bab III ini akan dilihat perspektif analogi dan anomali di dalam kata-kata serapan bahasa Indonesia. Di depan telah dikemukakan bahwa kata serapan yakni merupakan bagian kemajuan bahasa Indonesia, sebagaimana sudah kita ketahui bahwa dimana ada pertumbuhan pasti selalu disertai dengan issu analogi dan anomali.
1. PERSPEKTIF ANALOGI
Analogi adalah keteraturan bahasa, sebuah satuan bahasa dapat dibilang analogis jika satuan tersebut sesuai atau tidak menyimpang dengan konvensi-konvensi yang telah berlaku. Pembicaraan tentang kata serapan apabila bermaksud untuk mengenali pergantian-perubahan atau penyesuaian-adaptasi yang terjadi tentu dilaksanakan dengan memperbandingkan antara bahasa pemberi efek dengan bahasa akseptor pengaruh. Untuk membahas kata serapan ke dalam bahasa Indonesia tentu dilaksanakan dengan memperbandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan sehabis masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi dalam pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi bahasa justru dikerjakan dengan memperbandingkan unsur-komponen intern bahasa akseptor efek itu sendiri. Artinya sebuah kata serapan perlu dilihat aslinya hanya sekedar untuk mengenali bahwa kata tersebut sungguh-sungguh kata serapan, tanpa mesti mengenali bagaimana proses pergantian atau adaptasi yang terjadi, yang lebih proporsional perlu dilihat adalah bagaimana keadaan sesudah masuk ke dalam bahasa Indonesia, lalu diperbandingkan dengan konvensi-konvensi yang lazim yang berlaku sekarang ini. Karena analogi mengatakan tentang keteraturan bahasa yang berkaitan dengan konvensi bahasa, pastinya disini lebih banyak berhubungan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, tata cara ejaan atau struktur bahasa.
1.1 Analogi Dalam Sistem Fonologi
Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia yang tenyata sudah sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia baik melalui proses adaptasi atau tanpa lewat proses pembiasaan. Di antara kata-kata tersebut misalnya :
Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada realita yang mempesona untuk dicermati adalah misal fonem /kh/ dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai fonem umum dalam tata cara fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:15). Namun bila diselidiki lebih seksama secara historis, ternyata kedua fonem ini bukan fonem orisinil Indonesia, ini mampu dibuktikan bahwa semua kata-kata yang menggunakan fonem /kh/ dan /sy/ masih mampu dilacak aslinya berasal dari bahasa Arab.
Kalau kedua fonem /kh/ dan /sy/ ini bukan asli Indonesia pastinya pada awal munculnya dalam bahasa Indonesia mampu dianggap selaku gejala penyimpangan atau gejala yang anomalis, namun sehabis demikian usang berlangsung serta dengan frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, usang-kelamaan akan dianggap sebagai gejala yang masuk akal, tidak lagi dianggap tanda-tanda penyimpangan dengan demikian dapat dikatakan sebagi tanda-tanda yang analogis.
Dari realita historis ini memperlihatkan bahwa ada sebuah kejadian perubahan-pergeseran dimana sebuah gejala bahasa yang pada awalnya kemungkinan dianggap anomalis, sehabis berjalan terus menerus dengan frekuensi yang tinggi maka hal yang dianggap anomalis tersebut bisa berganti kondisinya sehingga dianggap analogis. Fonem-fonem yang lain yang juga ialah fonem serapan- serapan lain yaitu : /f /, /q/, /v/, dan /x/.
1.2 Analogi Dalam Sistem Ejaan
Sistem ejaan adalah hal yang berafiliasi dengan pembakuan. tentu saja pembicaraan tentang analogi bahasa disini disandarkan pada ejaan yang berlaku sekarang yakni ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Mengenai hal ini ada obrolan yang khusus yakni perihal penulisan unsur serapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Menurut taraf integrasinya komponen perlindungan ke dalam bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam dua golongan besar. Pertama bagian derma yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia .mirip kata : reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur seperti ini digunakan dalam konteks bahasa Indonesia namun penulisan dan pengucapannya masih :mengikuti cara abnormal. Kedua komponen derma yang pengucapan dan tulisannya sudah diubahsuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Tentu saja yang termasuk persyaratan analogi bahasa yakni klasifikasi kedua yaitu unsur serapan yang telah diubahsuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baik dalam pengucapan maupun dalam penulisan. Di dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah tersusun kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan. Contohnya :
2. PERSPEKTIF ANOMALI
Anomali ialah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Suatu satuan mampu dikatakan anomalis apabila satuan tersebut tidak cocok atau menyimpang dengan konvensi-konvensi yang berlaku.
Metode yang digunakan untuk memilih anomali bahasa pada kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia disini ialah sama dengan tata cara yang dipakai untuk memutuskan analogi bahasa ialah dengan memperbandingkan unsur intern dari bahasa penerima dampak, sebuah kata yang terlihat sebagai kata serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Apabila kata tersebut ternyata tidak memberikan kesesuaian dengan kaidah yang berlaku berarti kata tersebut masuk kata yang anomalis. Sama seperti pada kata yang analogis, kata-kata yang anomalis juga mampu dalam bentuk fonologi, ejaan maupun struktur.
2.1 Anomali Dalam Sistem Fonologi
Kata-kata gila yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami pergeseran penulisan mempunyai kemungkinan untuk dibaca bagaimana aslinya, sehingga menyebabkan timbulnya anomali dalam Fonologi.
Contoh-pola anomali dalam fonologi antara lain yakni :
Export asalanya export Expose asalanya expose
Exodus asalanya exodus
2.2 Anomali Dalam Sistem Ejaan
Semua kata-kata yang abnormal yang masih diserap secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di dalam penulisan, kebanyakan merupakan kata-kata yang anomalis di dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata tersebut antara lain yakni :
, , <'> dan . Ejaan-ejaan ini tidak sesuai dengan ejaan dalam bahasa Indonesia.
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.comSalah satu bentuk kemajuan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa aneh pemberi imbas. Penyerapan kata-kata ajaib ke dalam bahasa Indonesia ini melahirkan permasalahan-masalah kebahasaan yang dapat disoroti dari perspektif analogi dan anomali bahasa. Perdebatan tentang analogi dan anomali bahasa telah berjalan sejak zaman Yunani antik, dan hingga sekarang masih ada penunjang-pendukungnya. Pendapat masing-masing penunjang didasarkan pada realita realita bahasa yang serupa-sama akuratnya dan dengan argumen yang serupa kuatnya. Perdebatan ini nampaknya seperti rel kereta api yang tidak mempunyai ujung temu, masing-masing berpijak pada kutub yang berbeda.
Kalaupun perdebatan analogi dan anomali ini telah berkembang semenjak sekian waktu yang lama namun dalam realita kenyataan bahasa hal ini masih saja merupakan issu yang berkaitan dan faktual dengan kemajuan zaman. Issu analogi dan anomali memang ialah issu yang menyangkut ihwal kemajuan bahasa. Selagi bahasa masih berkembang, maka issu analogi and anomali masih senantiasa menyertainya.
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia
A. Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia ialah bahasa asing yang dinamis, yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pemakai dan penuturnya. Salah satu balasan dari sifat dinamis tersebut adalah masuknya berbagai komponen kebahasaan dari bahasa abnormal, baik yang berupa afiks (imbuhan, awalan, akhiran) maupun berupa kata. Inilah yang lalu dikenal dengan Unsur Serapan.
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengambil komponen atau kata dari bahasa lain, seperti bahaa kawasan atau bahasa gila. Sudah banyak kosa kata dari bahasa abnormal dan daerah yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Terlebih dahulu kata-kata itu diadaptasi dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, baik itu dalam hal pengucapan maupun penulisannya. Kata-kata sepeerti itulah yang dinamakan dengan Kata-Kata Serapan.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak menyerap kata-kata dari bahasa lainnya.
Asal BahasaJumlah Kata
Arab1.495 kata
Belanda3.280 kata
Tionghoa290 kata
Hindi7 kata
Inggris1.610 kata
Parsi63 kata
Portugis131 kata
Sanskerta-Jawa Kuna677 kata
Tamil83 kata
Proses absorpsi itu dapat diperhitungkan jikalau salah satu syarat dibawah ini terpenuhi, yakni :
1. Istilah serapan yang diseleksi cocok konotasinya
2. Istilah yang diseleksi lebih cepat ketimbang terjemahan Indonesianya
3. Istilah serapan yang dipilih mampu mempermudah tercapainya janji kalau istilah Indonesia terlalu banyak sinonimya
Kata Serapan Masuk Ke Dalam Bahasa Indonesia Dengan 4 Cara Yaitu :
1. Cara Adopsi
Terjadi jika pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata abnormal itu secara
keseluruhan.
Contoh : swalayan, plaza, mall
2. Cara Adaptasi
Terjadi jika pemakai bahasa cuma mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia
Contoh :
Pluralization > pluralisasi
Acceptability > akseptabilitas
3. Penerjemahan
Terjadi jika pemakai bahasa mengambil rancangan yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut dicari padanannya dalam Bahasa Indonesia
Contohnya :
Overlap > tumpang tindih
Try out > uji coba
4. Kreasi
Terjadi apabila pemakai bahasa cuma mengambil desain dasar yangada dalam bahasa Indonesia. Cara ini seperti dengan cara penerjemahan, akan namun mempunyai perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang seperti seperti penerjemahan. Boleh saja kata yang ada dalam bahasa aslinya ditulis dalam 2 atau 3 kata, sedangkan bahasa Indonesianya hanya satu kata saja.
Contoh :
Effective > berhasil guna
Spare parts > sparepart
Selain kata serapan, ternyata bahasa Indonesia juga memunyai beberapa afiks atau imbuhan serapan. Imbuhan serapan dalam bahasa Indonesia ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Beberapa imbuhan serapan itu antara lain :
1. An -, a - [= tidak] ; anarki, amoral, anorganik
2. Ab - [= dari] ; abrasi, abnormal
3. Tele - [= jauh] ; televisi, telepon
4. Mini - [= kecil] ; miniatur, mini bus
5. Super - [= di atas] ; supersonik, super power, supervisi
6. Uni - [= satu] ; unilateral, universitas
7. Nomo - [= satu] ; monoton, monogami, ,monofobia
8. Sub - [= dibawah] : subversi, subsidi, subordinasi
9. Trans - [= seberang, melalui] ; transisi, tranfusi
10. Semi - [= setengah, sebagian] ; semiautomatis, semiformal, semifinal.
B. Kata Serapan Sebagai Bagian Perkembangan Bahasa Indonesia
Soal kata serapan dalam bahasa atau lebih tepatnya antar bahasa ialah ialah suatu hal yang lumrah. Setiap kali ada kontak bahasa melalui pemakainya pasti akan terjadi serap menyerap kata. Unit bahasa dan struktur bahasa itu ada yang bersifat tertutup dan terbuka bagi dampak bahasa lain. Tertutup memiliki arti sukar mendapatkan dampak, terbuka mempunyai arti mudah menerima efek.
Bunyi bahasa dan kosa kata pada umumnya merupakan komponen bahasa yang bersifat terbuka, dengan sendirinya dalam kontak bahasa akan terjadi saling dampak, saling meminjarn atau menyerap bagian gila. Peminjaman ini dilatar belakangi oleh berbagai hal antara lain kebutuhan, prestise kurang faham kepada bahasa sendiri atau berbagai latar belakang yang lain.
Tidak ada dua bahasa yang sama persis terlebih bahasa yang berbeda rumpun. Dalam proses absorpsi dari bahasa pemberi efek terhadap bahasa akseptor imbas akan terjadi perubahan-pergantian. Ada proses penyerapan yang terjadi secara utuh, ada proses perembesan yang terjadi dengan beberapa penyesuaian baik yang terjadi dalam bahasa verbal maupun bahasa tulis. Dalam penyesuaian itu akan terjadi, pergantian baik dalam ucapan maupun ejaan antar bahasa pemberi dan akseptor pengaruh maupun pergeseran sistematis.
Bahasa Indonesia dari awal pertumbuhannya hingga sekarang telah banyak menyerap komponen-bagian ajaib terutarna dalam hal kosa kata. Bahasa asing yang memberi dampak kosa kata dalam bahasa Indonesia antara lain : bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Masuknya bagian-unsur ajaib ini secara historis juga sejalan dengan kontak budaya antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa pemberi pengaruh. Unsur-komponen aneh ini sudah menambah sejumlah besar kata ke dalam bahasa Indonesia sehingga bahasa Indonesia mengalami kemajuan sesuai dengan tuntutan zaman. Dan sejalan dengan kemajuan itu muncullah duduk perkara-persoalan kebahasaan. Ada kosa kata yang diserap secara utuh tanpa mengalami perubahan dan pembiasaan. Dan ada kosa kata yang diserap dengan mengalami penyesuaian-adaptasi. Kata-kata serapan ini ternyata tidak lepas dari masalah analogi dan anomali bahasa yang secara khusus akan diuraikan dalam bagian berikut.
C. Perspektif Analogi Dan Anomali Kata Serap-An Dalam Bahasa Indonesia
Analogi adalah keteraturan bahasa dan anomali adalah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Di dalam bab III ini akan dilihat perspektif analogi dan anomali di dalam kata-kata serapan bahasa Indonesia. Di depan telah dikemukakan bahwa kata serapan yakni merupakan bagian kemajuan bahasa Indonesia, sebagaimana sudah kita ketahui bahwa dimana ada pertumbuhan pasti selalu disertai dengan issu analogi dan anomali.
1. PERSPEKTIF ANALOGI
Analogi adalah keteraturan bahasa, sebuah satuan bahasa dapat dibilang analogis jika satuan tersebut sesuai atau tidak menyimpang dengan konvensi-konvensi yang telah berlaku. Pembicaraan tentang kata serapan apabila bermaksud untuk mengenali pergantian-perubahan atau penyesuaian-adaptasi yang terjadi tentu dilaksanakan dengan memperbandingkan antara bahasa pemberi efek dengan bahasa akseptor pengaruh. Untuk membahas kata serapan ke dalam bahasa Indonesia tentu dilaksanakan dengan memperbandingkan kata-kata sebelum masuk ke dalam bahasa Indonesia dan sehabis masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Akan tetapi dalam pembicaraan kata serapan yang dikaitkan dengan analogi bahasa justru dikerjakan dengan memperbandingkan unsur-komponen intern bahasa akseptor efek itu sendiri. Artinya sebuah kata serapan perlu dilihat aslinya hanya sekedar untuk mengenali bahwa kata tersebut sungguh-sungguh kata serapan, tanpa mesti mengenali bagaimana proses pergantian atau adaptasi yang terjadi, yang lebih proporsional perlu dilihat adalah bagaimana keadaan sesudah masuk ke dalam bahasa Indonesia, lalu diperbandingkan dengan konvensi-konvensi yang lazim yang berlaku sekarang ini. Karena analogi mengatakan tentang keteraturan bahasa yang berkaitan dengan konvensi bahasa, pastinya disini lebih banyak berhubungan dengan kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, tata cara ejaan atau struktur bahasa.
1.1 Analogi Dalam Sistem Fonologi
Banyak sekali kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia yang tenyata sudah sesuai dengan sistem fonologi dalam bahasa Indonesia baik melalui proses adaptasi atau tanpa lewat proses pembiasaan. Di antara kata-kata tersebut misalnya :
- Aksi - action (Inggris)
- Dansa - dance (Inggris)
- Derajat - darrajat (Arab)
- Ekologi - ecology (Inggris)
- Fajar - fajr (Arab)
- Galaksi - galaxy (Inggris)
- Hikmah - hikmat (Arab)
- Insan - manusia (Arab)
Apabila dikaitkan dengan kenyataan historis ternyata ada realita yang mempesona untuk dicermati adalah misal fonem /kh/ dan /sy/ kedua fonem ini diakui sebagai fonem umum dalam tata cara fonologi bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:15). Namun bila diselidiki lebih seksama secara historis, ternyata kedua fonem ini bukan fonem orisinil Indonesia, ini mampu dibuktikan bahwa semua kata-kata yang menggunakan fonem /kh/ dan /sy/ masih mampu dilacak aslinya berasal dari bahasa Arab.
Kalau kedua fonem /kh/ dan /sy/ ini bukan asli Indonesia pastinya pada awal munculnya dalam bahasa Indonesia mampu dianggap selaku gejala penyimpangan atau gejala yang anomalis, namun sehabis demikian usang berlangsung serta dengan frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, usang-kelamaan akan dianggap sebagai gejala yang masuk akal, tidak lagi dianggap tanda-tanda penyimpangan dengan demikian dapat dikatakan sebagi tanda-tanda yang analogis.
Dari realita historis ini memperlihatkan bahwa ada sebuah kejadian perubahan-pergeseran dimana sebuah gejala bahasa yang pada awalnya kemungkinan dianggap anomalis, sehabis berjalan terus menerus dengan frekuensi yang tinggi maka hal yang dianggap anomalis tersebut bisa berganti kondisinya sehingga dianggap analogis. Fonem-fonem yang lain yang juga ialah fonem serapan- serapan lain yaitu : /f /, /q/, /v/, dan /x/.
1.2 Analogi Dalam Sistem Ejaan
Sistem ejaan adalah hal yang berafiliasi dengan pembakuan. tentu saja pembicaraan tentang analogi bahasa disini disandarkan pada ejaan yang berlaku sekarang yakni ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Mengenai hal ini ada obrolan yang khusus yakni perihal penulisan unsur serapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Menurut taraf integrasinya komponen perlindungan ke dalam bahasa lndonesia dapat dibagi ke dalam dua golongan besar. Pertama bagian derma yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia .mirip kata : reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur seperti ini digunakan dalam konteks bahasa Indonesia namun penulisan dan pengucapannya masih :mengikuti cara abnormal. Kedua komponen derma yang pengucapan dan tulisannya sudah diubahsuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994:38).
Tentu saja yang termasuk persyaratan analogi bahasa yakni klasifikasi kedua yaitu unsur serapan yang telah diubahsuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia baik dalam pengucapan maupun dalam penulisan. Di dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah tersusun kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan. Contohnya :
- Kaustik - caustic
- Sentral - central
- Akomodasi - accomodation
- aksen – accent
- kolera – cholera
- efek – effect
2. PERSPEKTIF ANOMALI
Anomali ialah penyimpangan atau ketidak teraturan bahasa. Suatu satuan mampu dikatakan anomalis apabila satuan tersebut tidak cocok atau menyimpang dengan konvensi-konvensi yang berlaku.
Metode yang digunakan untuk memilih anomali bahasa pada kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia disini ialah sama dengan tata cara yang dipakai untuk memutuskan analogi bahasa ialah dengan memperbandingkan unsur intern dari bahasa penerima dampak, sebuah kata yang terlihat sebagai kata serapan dibandingkan atau dilihat dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Apabila kata tersebut ternyata tidak memberikan kesesuaian dengan kaidah yang berlaku berarti kata tersebut masuk kata yang anomalis. Sama seperti pada kata yang analogis, kata-kata yang anomalis juga mampu dalam bentuk fonologi, ejaan maupun struktur.
2.1 Anomali Dalam Sistem Fonologi
Kata-kata gila yang diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh tanpa mengalami pergeseran penulisan mempunyai kemungkinan untuk dibaca bagaimana aslinya, sehingga menyebabkan timbulnya anomali dalam Fonologi.
Contoh-pola anomali dalam fonologi antara lain yakni :
Export asalanya export Expose asalanya expose
Exodus asalanya exodus
2.2 Anomali Dalam Sistem Ejaan
Semua kata-kata yang abnormal yang masih diserap secara utuh tanpa melalui penyesuaian dengan kaidah di dalam penulisan, kebanyakan merupakan kata-kata yang anomalis di dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata tersebut antara lain yakni :
- Bank - bank (Inggris)
- Intern - intern (Inggris)
- Modem - modem (Inggris)
- qur'an - qur'an (Arab)
- jum'at - jum'at (Arab)
- fardhu - fardhu (Arab)
Kadang-kadang juga didapatkan kata-kata ajaib yang diserap kedalam bahasa Indonesia dan ditulis sebagaimana aslinya, akan namun untuk timbul sebagai gejala anomalis alasannya adalah secara kebetulan kata-kata tersebut tidak rnenyimpang dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.
Contoh kata-kata ini antara lain yakni :
Indonesia aslinya
- abad - kala (Inggris)
- label - label (Inggris)
- formal - formal (Inggris)
- edit - edit (Inggris)
2.3 Anomali Dalam Struktur
Karena pembicaraan kita yaitu ihwal kata maka yang dimaksud disini yaitu juga struktur ihwal kata. Kata adakalanya berisikan satu morfem, namun adakalanya tersusun dari dua morfem atau lebih.
Kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia ialah kata-kata sebagai satu satuan utuh baik berisikan satu morfem, dua morfem atau lebih.
Misalnya :
Indonesia aslinya
- federalisme - federalism (Inggris)
- bilingual - bilingual (Inggris)
- dedikasi - dedication (Inggris)
- edukasi - education (Inggris)
- eksploitasi - exploitation (Inggris)
Kata-kata seperti tersebut dalam contoh, proses penyerapannya dilakukan secara utuh sebagaii satu satuan. Jadi kata "Federalisme" tidak diserap secara terpisah yaitu "Federal" dan "isme". Kata "bilingual" tidak diserap "bi", "lingua" dan "aI". Kata dedikasi tidak diserap dari "dedicate" dan "tion" demikian seterusnya kata "edukasi" tidak diserap dari "educate" dan "tion".
Kata serapan dari bahasa Inggris yang aslinya selsai dengan "tion” yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan mengalami pembiasaan sehingga bermetamorfosis "si" diakhir kata berlangsung dengan frekwensi sangat tinggi. realita ini melahirkan persoalan kebahasaan yakni hadirnya akhiran sasi yang melekat pada kata-kata yang tidak berasal dari bahasa Inggris sehingga timbul kata-kata seperti :
- Islamisasi - islam + sasi
- kristenisasi - kristen + sasi
- neonisasi - neon + sasi
- polarisasi - acuan + sasi
- jawanisasi - jawa + sasi
Proses pembentukan mirip ini dalam linguistik biasa disebut “anologi" (bedakan ungkapan analogi dalam linguistik dengan istilah dalam filsafat bahasa). Penggunaan istilah anologis ini memang wajar alasannya tujuannya yaitu menggunakan bentuk yang cocok dengan bentuk yang sudah ada. artinya penggunaan struktur neonisasi didasar kata pada kata: mekanisasi dan sejenisnya yang sudah ada.
Akan namun jika kita bandingkan dengan kaidah gramatikal khususnya yang berhubungan dengan struktur morfologi kata, sebenanya akhiran (sasi) di dalam bahasa Indonesia tidak ada. Dengan demikian hal ini termasuk gejala anomali bahasa. Namun duduk perkara selanjutnya yakni tinggal problem akreditasi dari para ahli yang memiliki legalitas di dalam bahasa. Apakah akhiran (sasi) ini dianggap resmi atau tidak di dalam bahasa Indonesia, jika dianggap tidak resmi memiliki arti akhiran (sasi) ini benar murupakan tanda-tanda anomali. Tetapi jika akhiran (sasi) inii sudah bisa diterima sebagai akhiran yang umum dalam bahasa Indonesia maka Ada perubahan dari anomali menjadi anologi.
Kasus mirip ini tidak cuma terjadi pada proses absorpsi dari bahasa Inggris, namun ternyata terjadi juga pada bahasa Arab, ialah adanya akhiran (i), (wi), (ni). Pada mulanya akhiran ini memang melekat langsung pada kosa kata bahasa Arab yang diserap secara utuh ke dalam bahasa ldonesia. Kata kata mirip :
Indonesia aslinya
- insani - insani
- duniawi - dunyawi
- ruhani - ruhani
Diserap secara utuh dari bahasa Arab, kesudahannya akhiran (i), (wi) dan (ni) ini dipakai di dalam bahasa Indonesia, dilekatkan pada kata-kata yang tidak berasal dari bahasa Arab, mirip :
aslinya
- ragawi - raga + wi
Kasus akhiran (ni) dan (wi) dalam bahasa Indonesia ini sama seperti perkara akhiran (sasi) hanya saja berlawanan dari sudut frekwensinya yakni frekwensi akhiran (wi) dan (ni) lebih jarang ketimbang akhiran (sasi).
BAB II
KESIMPULAN
Analogi dan anomali bahasa terjadi di dalam bahasa Indonesia dan secara khusus terjadi di dalam kata-kata serapan ke dalam bahasa Indonesia. Suatu tanda-tanda bahasa pada mulanya bisa dianggap anomali, tetapi setelah berlangsung terus menerus dengan frekwensi yang tinggi bisa menjelma analogi. Suatu gejala bahasa apakah termasuk ke dalam standar analogi atau anomali bahwasanya tergantung pada keberteriman penduduk khususnya mereka yang mempunyai legalitas wacana bahasa. Penyimpangan bahasa dari konvensi dengan frekwensi yang kecil condong dibilang selaku tanda-tanda yang anomalis.
DAFTAR PUSTAKA
- Darmawati, Uti. 2009. Detik Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia. Klaten: PT Intan Prawira
- Taufik, Imam. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga
EmoticonEmoticon