Kamis, 20 Agustus 2020

Makalah Pendidikan Dan Training Prajabatan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan good corporate governance dan pemerintahan yang memiliki daya saing global dibutuhkan Sumber Daya Insani yang mumpuni. Pada ketika ini sangat dinikmati kompetisi yang ketat di dunia kerja selaku dampak adanya resesi global. Maka organisasi membutuhkan SDM yang profesional dan mempunyai integritas dalam bekerja. Profesionalisme merupakan sinergi aneka macam kompetensi yang dikendalikan oleh kompetensi spiritual. Kompetensi spiritual mempunyai peran utama dalam mewujudkan integritas sebagai perilaku kunci untuk membangun iman dan budbahasa yang luhur menurut nilai-nilai agama. Dengan kecerdasan spiritual menunjukkan efek utama dalam membangun komitmen kerja PNS yang mahir, bersih dan berwibawa terbebas dari KKN. Untuk itu diperlukan etika yang mulia yang dibangun dari nilai-nilai agama.

Keseimbangan pendidikan umum (Iptek) dan pendidikan agama/ moral spiritual akan melahirkan manusia berkepribadian baik dan pandai-bijaksana dalam merespon serta menghadapi setiap problem dan kreatif mencari solusi terbaik dalam menghadapi persoalan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Orang-orang seperti itu yang diprediksikan bisa menghadapi kompetisi global dalam perang ekonomi berbasis berita (economic information warfare) dan perang info/propaganda (psychologic warfare) yang dikembangkan negara-negara maju, peka serta peduli terhadap kejahatan/kerusakan lingkungan (alam dan sosial).


KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL

A. Pengertian, Hakekat Dan Makna Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian

Kecerdasan spiritual yakni kecerdasan yang menyangkut watak yang bisa menunjukkan pengertian yang menyatu untuk membedakan sesuatu yang benar dengan yang salah (Danah Zohar dalam Taufik Bahaudin, hal. 189) Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual kepada aliran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan Intellectual Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient secara komprehensif.

2. Hakekat

Kecerdasan spiritual pada hakekatnya, ialah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan duduk perkara makna dan nilai menempatkan sikap dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.

Kecerdasan spiritual mengakibatkan insan yang betul-betul utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual ialah fasilitas yang meningkat selama jutaan tahun yang memungkinkan otak untuk menemukan dan memakai makna dalam pemecahan masalah.

Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat menimbulkan seseorang mempunyai “makna” dalam hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki kualitas “menjadi”, yakni suatu modus keberadaan yang dapat menciptakan seseorang merasa bangga, menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia.

3. Makna

Harjani Hefni (2005) menyatakan makna kecerdasan spiritual ialah kemampuan mendengarkan suara hati untuk pintar bekerjasama dengan Tuhan YME dan sesama dalam memperlihatkan yang terbaik dan bermanfaat. Dengan demikian kecerdasan spiritual yakni kecerdasan jiwa dalam memaknai hidup yang mampu menolong seseorang dapat membangun dirinya untuk tumbuh, meningkat dan sebanding.


B. Meta Kecerdasan

Menurut Taufik Bahaudin dibilang seseorang itu Cerdas apabila mempunyai beberapa kecerdasan atau disebut berfungsinya meta kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu antara lain IQ, EQ, SQ, CQ ( creativity Quotient) , AQ (Advercity Quotient).

Definisdi IQ ( intelligent quotient ) : kecerdasan yang berhubungan fisik, aritmatika,
Definisi EQ ( emotional quotient ) : kecderdasan mengorganisir emos
Definisi CQ ( creativity quotient) : kecerdasan untuk mencari penyelesaian

Definisi AQ ( adversity quotient ) : kecerdasan daya tahan dalam penderitaan dan dapat merubah kemalangan menjadi peluang keberuntungan SI ( Spiritual quotient) : kecerdasan spiritual sebagai poros semua kecerdasan lainnya. Danah Zohar menyampaikan IQ dan EQ akan berfungsi efektif apabila SQ bekerja.

Ary ginanjar (2003,) menerangkan meta kecerdasan sinergi merupakan integrasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang berorientasi pada spiritualisme tauhid dan diwujudkan dengan kesanggupan memecahkan duduk perkara dan tantangan dengan radar bunyi hati.

Begitupula yang dikatakan oleh Dadang Hawari (2003), integrasi dari IQ, EQ, CQ dan SQ diperlukan dalam membangun SDM pemimpin yang berkualitas dan bersih dari KKN.


C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM Profesional

Kata kompetensi merupakan saduran dari bahasa Inggris ‘Competence’ yang memiliki arti kemampuan atau kecakapan. Menurut Susanto (2003) definisi ihwal kompetensi yang sering dipakai ialah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga ialah pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang diharapkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi ialah karakteristik diri yang menjadi pembeda antara performance yang sangat bagus dengan performance yang biasa dalam sebuah pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara lazim kompetensi dimaknai sama dengan keahlian-keahlian yang dimiliki oleh seseorang (skills) untuk melaksanakan sebuah pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi ialah seperangkat langkah-langkah pandai penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang selaku syarat untuk dianggap bisa oleh masyarakat dalam melakukan peran-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Sejalan dengan pernyataan Mujiman dari Badan Nasional Sertifikasi Pelatihan ( 2005) kompetensi sesungguhnya adalah sebuah kemampuan untuk menguasai dan menerapkan wawasan, keterampilan/keterampilan, perilaku dan mental kerja tertentu di tempat kerja, sesuai dengan prosedur dan kinerja yang dipersyaratkan.

Profesionalisme yaitu Orientasi dan perilaku kerja kompeten, dalam melaksanakan pekerjaan yang dibarengi dengan tanggung jawab fungsional dan adab sesuai dengan instruksi etik profesi. Untuk menjadi SDM yang profesional perlu kompetensi kompetensi spiritual dan kompetensi sosial serta kompetensi teknis.


1. Kompetensi spiritual

Tiga dimensi kompetensi spiritual berdasarkan Mujiman ( APNI, 2008) :
  • Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai spiritual keagamaan dan iman dalam kaitannya dengan pengabdiannya kepada Tuhan YME. 
  • Membentuk sikap mental bahwa bekerja adalah bab dari amal dan ibadah kepada Tuhan YME.
  • Aplikasinya di pekerjaan tercermin dalam bentuk disiplin, dedikasi, integritas dan loyalitas, ethos kerja, motivasi kerja
  • Harjani Hefni ( 2005) menyebutkan kompetensi spiritual selaku kemampuan dalam membaca dan melakukan perintah Tuhan. 


Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja Pelaksanaan Tugas Jabatannya

A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual

1. Titik Ketuhanan ( God spot )

Para peneliti mencari hubungan antara ilmu pengetahuan dengan dimensi spiritual. Dari eksperimen yang dijalankan para mahir diperoleh pada lobus frontalis (bab otak depan ) ada titik yang menghubungkan dengan jiwa, kalbu dan lalu dengan Tuhan. Titik ini disebut God Spot ( Ramachandran,V.1998; Marshall,I; Johar,D.2002) Bagian otak tersebut kalau diberi rangsangan dengan gelombang mikro elektro maka yang bersangkutan akan merasakan damai, khusyu, dan rasa akrab kepada Tuhan. Pendapat para ahli tersebut sesuai dengan persepsi agama Islam yang menyatakan insan ialah makhluk fitrah yakni makhluk yang berke-Tuhan-an ( QS. Ar Ruum, 30 :30)

Para peneliti mirip Harrington , A. Juthani.N.V. dan Monakow, V. Goldstein dalam Dadang Hawari, 2002 hal.70 mencari kekerabatan antara ilmu dengan dimensi spiritual. Diyakini adanya God Spot pada susunan saraf pusat (otak). Sebagai acuan orang yang menderita kecemasan akan menjadi damai sehabis diberi obat anti cemas. Sementara itu orang yang berdoa dan berdzikir memperoleh pula ketenangan. Hal ini sebagaimana dibilang Christy, J.H. ( dalam Dadang Hawari 2002, hal 71) prayer is medicine. Hal ini di dukung dari penelitian dari Snyderman ( dalam Dadang Hawari,2002 hal 71) terapi medis akan efektif kalau disertai doa dan dzikir.

B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja

1. Pemberdayaan SDM dalam organisasi

Dari hasil penelitian penulis pada salah satu unit kerja di Pusdiklat Hukum dan Ham pada tahun 2005, dengan kompetensi spiritual pimpinan unit kerja itu sukses membangun unit kerja yang dipimpinnya menjadi sebuah tim kerja yang solid. Penelitian mengamati perilaku kepala seksi yang semula kurang peduli, kurang mengamati atribut kerja dan jam kerja. Dengan kecerdasan spiritual beliau mengajak anak buahnya untuk membangun visi melakukan pekerjaan dan membangun kesepakatan bareng . Perubahan terjadi 4 bulan sesudah itu dengan peningkatan pada disiplin, tanggung jawab, motivasi dan prestasi kerja. Ia berhasil merealisasikan tim kerja yang sinergi dimana satu sama lain saling menolong jikalau temannya berhalangan dan baru pulang manakala semua pekerjaan sudah teratasi. Kecerdasan spiritual telah mengembangkan self belonging dan self responsibility pada unit kerja tersebut.

2. PT. Taspen
Kecerdasan spiritual telah membentuk abjad pelayanan prima di PT. Taspen. Subiyanto sudah sukses merubah kinerja pegawainya untuk tidak bekerja berdasarkan ego (kemauannya sendiri) tetapi melakukan pekerjaan ditujukan untuk mencari ridho Allah SWT. Karyawan tidak mau menerima hadiah, tetapi menyalurkan ke kotak amal yang ditawarkan. Seorang hakim yang mengorganisir Taspennya di Cabang Bogor merasa tersentuh hatinya menerima pensiun dan THT yang cukup besar dalam waktu kurang dari 1 jam. Dia sungguh terkesan akan kecepatan pelayanan dan menawarkan duit 1 juta terhadap petugas di depan loket. Namun petugas tersebut menyampaikan ia tidak diperkenankan menerima apapaun dari peserta Taspen. Sang Hakim meneteskan air mata mendengarkan ucapan petugas itu. Hal sama juga terjadi pada petugas counter di kantor Taspen yang lain, yang menolak perlindungan penerima Taspen.

3. Pengaruh pelatihan emotional and spiritual quotient (esq) kepada motif berprestasi pegawai negeri sipil (pns) pada lembaga penjaminan kualitas pendidikan (lpmp) lampung.

4 Penelitian ini dijalankan untuk mengenali efek pembinaan ESQ terhadap otif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung.

Metode yang dipakai dalam observasi ini ialah tata cara survei yang dikerjakan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 46 orang. Pengumpulan datanya dilaksanakan dengan tata cara kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Pengujian hipotesis dijalankan dengan menggunakan Regresi Logistik Binari.

Berdasarkan hasil analisis mampu disimpulkan bahwa variabel Training ESQ kuat kasatmata terhadap motif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penajaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel tersebut yang bernilai aktual yakni 0,290. Selain itu juga diperoleh hasil analisis besarnya koefisien diterminasi R2 = 0,2165, artinya training ESQ mempunyai konstribusi 21,65 % terhadap motif berprestasi pegawai, sedangkan sisanya 78,35 % ditentukan oleh faktor lain.

Faktor kualitas sumber daya manusia sangat mayoritas untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi, sehingga terkait dengan penelitian perihal pengaruh pembinaan ESQ terhadap PNS di LPMP Lampung, maka dianjurkan semoga pimpinan forum melakukan training kepada para alumni pelatihan ESQ secara berkelanjutan dan menawarkan kesempatan pelatihan ESQ kepada pegawai yang belum mengikuti pelatihan, kepada para pegawai alumni pembinaan ESQ hendaknya konsisten terhadap prinsip-prinsip yang telah dijabarkan selama mengikuti training, sehingga tujuh nilai dasar dalam ESQ dapat terlaksana.

4. Perusahaan kosmetik wardah dan zahra

1985 home industri, 1990 - musibah kebakaran, rumah dan aset habis terbakar.Harus mengeluarkan uang hutang – hutang. Semangat berdiri kembali tersentuh dengan nasib karyawan yang kehilangan pekerjaan. Tidak memiliki ilmu penjualan. Modal silaturahmi dan akidah akan tunjangan Allah. Tapi beliau terus kerja keras, tidak frustasi dan berdoa.

Ia menerima pertolongan kawasan dan derma produk. Dengan modal pemasaran silaturahmi dalam 2 ahad mampu menunjukkan THR kepada 30 orang karyawan. Setahun kemudian sukses membangun rumah dan pabrik. Kini nurhayati memimpin lebih dari 300 karyawan dengan omset mencapai milyaran rupiah ( sumber ’nebula’ ESQ).


C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-Orang Sukses Dan Mulia

Peringkat huruf CEO ideal hasil observasi dari The Leadership Challenge th. 1987, 1995 dan 2002 di 6 benua: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Australia. Tujuh abjad Chief Executive Officer ( CEO) :

1. Jujur
2. Berpikiran maju ( forward looking )
3. Kompeten
4. Dapat memperlihatkan inspirasi
5. Cerdas
6. Adil
7. Berpandangan luas ( broad minded )

Menurut hasil pertemuan top ekeskutif internasional pada tahun 2002 di Harvard Business School, ada 5 karakter powerful leader yakni:

1. Kejujuran
2. Semangat
3. Ide atau inisiatif
4. Bijaksana
5. Keberanian mengambil keputusan

Michael E. Hart (2009 ) telah membuat peringkat terhadap 100 orang yang paling kuat di dunia yang telah memberikan dampak terbesar sepanjang sejarah perjalanan dunia. Sebagai peringkat pertama dia menyebutkan Muhammad SAW. Ia memilih Muhammad SAW sebagai tokoh teratas dalam daftar orang yang paling kuat di dunia sebab satu -satunya orang dalam sejarah yang sungguh berhasil, baik dalam keagamaan maupun sekuler. Karakter utama nabi Muhammad SAW yaitu:

1. Jujur
2. Tanggung jawab
3. pandai
4. Mampu memberikan dengan bunyi hati


MENGINTERNALISASI KECERDASAN SPIRITUAL

A. PENYADARAN DIRI

1. Mengenali rancangan diri insan

Perubahan diri insan di mulai sejak proses kejadiannya dari Zygot yang berkembang berkembang dalam rahim ibu sampai terlahir ke dunia. Sejak bayi di pangkuan hingga sampaumur terjadi proses pembentukan nilai-nilai dalam diri insan. Konsep diri seseorang di berdiri oleh nilai-nilai yang diyakininya dan dampak lingkungan yang membentuknya. Untuk mengenal rancangan diri, manusia perlu mengetahui siapa yang menciptakannya, dari apa beliau diciptakan, untuk apa hidup dan kemana akan kembali.

Nanusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang membuat dan menguasai sekalian alam. Tuhan yang membangkitkan dan yang mematikan mahkluk . Tuhan yang hidup baka saat semua tiada. Tuhan yang menguasai dunia dani akherat. Manusia diciptakan dari tanah. Manusia selanjutnya terjadi melalui proses reproduksi adalah bertemunya sperma dan sel telur. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an ”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami kemasan dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta yang Paling Baik ”. ( QS. 23 : 14 ). ” Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (badan) insan ruh (ciptaan ) Nya dan ia menjadikan bagi kamu indera pendengaran, pandangan dan hati, (namun ) kamu sedikit sekali bersyukur ” ( QS. 32 : 9)

Manusia hidup untuk beribadah terhadap Tuhan YME. Sesuai firmanNya dalam Al Qur’an : ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS .51 :56 ).

Setelah kehidupan ini insan akan mati sebagai ketentuan dari Sang Pencipta dan manusia kembali ke alam baka, menghadap Tuhan YME. Di Akhirat segala perbuatan insan di dunia akan diberi ganjaran sesuai dengan amalnya. Bagi orang yang banyak beriman dan berinfak soleh maka akan diberi ganjaran nirwana. Bagi orang yang banyak berbuat dosa diberi ganjaran neraka.

Dengan menjadari manusia sebagai hamba Tuhan, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan tunjangan Tuhan YME. Kita bisa mensyukuri segala lezat yang sudah diberikan untuk memakai dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunanNya untuk bisa menawarkan faedah sebanyak-banyak terhadap orang lain an lingkungan.

Dengan menyadari konsep diri insan akan menumbuhkan kesadaran dan semangat untuk melaksanakan pergeseran. Brain Tracy (2007) menyatakan pergeseran diri kuncinya ialah pada anggapan. Pikiran sesorang yang mengantarkannya pada keberhasilan atau kegagalan. Pikiran dipengaruhi oleh hati ( iktikad). Ary Ginanjar Agustian ( 2003) menyatakan perlu nya Zero mind proses (ZMP) untuk membersihkan hati dari belenggu bunyi hati yang menutupi god spot.

2. Mengenali mental block

Pikiran yaitu pekerjaan mental, dengan demikian sehat asumsi adalah sehat pula mental seseorang. Kesehatan jiwa didefinisikan oleh para psikolog sebagai kematangan emosional dan sosial. Dengan sehat jiwa akan mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja, bisa mengemban tanggung jawab kehidupan dan mampu menghadapi semua masalah hidup dengan realistis, kemampuan inilah yang mampu menentukan tingkat kebahagiaan dan kebermaknaan hidup ( Dr.M. Utsman Najati, 2005). Yang membuat seseorang sukar untuk berganti yaitu adanya hambatan (mental block) dalam diri seseorang yang menghipnotis asumsi seseorang. Ada 5 blok mental berdasarkan Lembaga Training dan Consultancy dan pembinaan mindset (2007) yang menjadi kendala mental yang berasal dari dalam diri yaitu :

– Blok pandangan
– Blok emosi
– Blok kultur / lingkungan
– Blok intelektual
– Blok ego

Sedangkan Faktor ekternal yakni :
– Lingkungan
– Teman sejawat
– Anak buah
– Iklim kerja


3. Penjernihan suara hati

Hati nurani kadang-kadang tertutup oleh berbagai belenggu yang menimbulkan orang menjadi buta hati. Hal ini menjadikan seseorang tidak mampu lagi mendengar info-gosip maha penting yang berasal dari bunyi-suara hatinya sendiri, di mana hal ini akan menjadikan seseorang akan menjadi tidak bisa untuk membaca lingkungan di luar dirinya atau membaca dirinya sendiri. Akibatnya, dia sering sekali terperosok ke dalam berbagai kegagalan dan tidak mampuan untuk mempergunakan potensi dirinya atau potensi lingkungannya.

Ari Ginanjar Agustian ( 2003) mengemukakan 7 belenggu yang menutupi suara hati yaitu :
• Prasangka negatif.
• Prinsip hidup
• Pengaruh kepentingan
• Pengaruh pengalaman
• Pengaruh sudut pandang
• Pengaruh pembanding
• Pengaruh literatur

Menurut Dr. Sayyid Muhammad Nuh ( 2004), ada 7 penyakit hati yang menjangkiti hati manusia adalah :
• Membanggakan diri
• Terpedaya oleh perasaan sendiri
• angkuh
• pamer ( riya ) dan ingin didengar (sum’ah)
• Buruk sangka
• Kikir
• Dendam

Poniman, dkk ( 2005) mengidentifikasikan 12 kotoran hati dalam diri seseorang, sbb : Dengki, Sombong, Angan –angan, Ingkar, Malas, Egois, Cepat puas, Putus asa, tamak, Pelit, merusak dan riya. Untuk mensucikan hati dengan 12 epos ( enersi positip ) penawarnya ialah :

1. Dengki diganti dengan penyayang. 2. Lawan arogan dengan rendah hati, 3. Lawan angan dengan tawakal, 4. Lawaningkar dengan taat, 5. musuh malas denganrajin,6. Lawan Egois dengan bebagi, 7.Lawan cepat puas dengan keinginan, 8. Lawan Putus asa dengan ikhtiar, 9. musuh tamak dengan sahaja, 10. Lawan pelit dengan pemurah, 11. Lawan kebiasaan merusak dengan memelihara, 12. Lawan riya dengan terbang rendah.

Penjernihan suara hati ini dijalankan melalui kontemplasi atau perenungan untuk mengungkap kembali hal-hal positip dan negatif dari dalam diri serta dapat mengenali kesalahan dan kejelekan diri. Proses ini diiringi dengan bertobat ( tobat nasuha ) untuk membersihkan hati. Bertobat dijalankan dengan cara sbb :

 Mengenali / mengidentifikasi kesalahan diri
 Mohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan / dosa
 Melakukan perbaikan
Hati itu menyerupai cermin, apabila seseorang berbuat dosa, maka cermin akan ternodai dengan satu tiitk hitam. makin banyak dosa, semakin banyak titik nodanya. Apabila ia bertobat, maka cemerlanglah hatinya (hadist).

5. Membangun janji spiritual

Komitmen diartikan sebagai perjanjian (keterikatan) untuk melaksanakan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005). Untuk melaksanakan pergeseran dan perbaikan perlu adanya sebuah komitmen pada diri sendiri. Setiap diri memiliki kesempatanbaik. Murdoko ( 2006) pada hakekatnya insan itu memiliki potensi baik mirip kejujuran,kesetiaan, mampu bertanggung jawab, pantang mengalah dsb. Dimensi hakekat diri ialah kebenaran-kebenaran alamiah dan dasariah yang mutlak. Namun mengapa seseorang tidak dapat menimbulkan dalam perilaku yang riil, sebab ’kekayaan’ itu tidak diasah dan tidak ada nya kemauan dan upaya untuk kewujudkannya. Komitmen spiritual merupakan pernyataan kemauan atau tekad yang besar lengan berkuasa untuk mengangkat potensi baik yang ada dalam setiap diri. Cobalah peroleh kesempatanbaik yang ada dalam diri anda. Komitmen pada kesempatanbaik untuk maju mampu menawarkan motivasi untuk bangun mewujudkannya. Pernyataan komitmen ini di ucapkan dengan ekspresi, diakui oleh hati dan diikuti oleh perbuatan. Komitmen yaitu sebuah komitmen yang diucapkan dan jika disaksikan ( orang lain ) akan lebih mantap alasannya adalah sekaligus selaku alat kendali atau cermin diri.


B. Pemahaman Konsep Nilai

1. Berbagai rancangan nilai

Berbagai konsep – konsep ihwal nilai dikemukakan oleh para ahli antar lain Steven Covey dengan 7 kebiasaan efektif, Ary Ginanjar Agustian dengan 7 kebijaksanaan utama dan kubik leadership dengan 3 kepemimpinan diri serta Harjani Hefni dengan 7 kebiasaan hidup sukses dan barokah B5KB. B5KB ialah konsep nilai yang berasal dari negeri sendiri, yang teraplikasi di penduduk karena dia disarikan dari surah Al Fatihah.
Harjani Hefni (2008) mengemukakan 7 kebiasaan hidup Sukses dan barokah sbb :

a. Berdoa dikala mengawali kerja
b. Bersyukur atas segala ni’mat
c. Berfikir positif kepada Sang Pencipta dan kepada sesama
d. Berorientasi akhirat
e. Bekerja selaku ibadah dan berdoa
f. Konsisten dalam akad
g. Bercermin

2. Elemen kompetensi spiritual PNS

Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 perihal pemerintahan tempat secara siginifikan sudah memberikan perubahan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ciri utama dari kedua UU tersebut yakni semakin luasnya otonomi kawasan dan kian meningkatnya diskresi tempat dalam melakukan otonomi daerahnya.

Demikian halnya ketika ini, dengan keluarnya PP No 41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Permendagri No. 57 Ttg Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yang menertibkan jumlah Dinas tempat, Lembaga Teknis kawasan dan perangkat lainnya, sesuai dengan tipologi dari masing2 kawasan. ditetapkanya PP No. 41/2007 yang ialah PP pengganti dari PP 8/ 2003 ialah untuk lebih meningkatkan kinerja pemerintah kawasan dalam hal pelayanan publik serta untuk mengurangi pro dan kontra yang selama ini disampaikan oleh provinsi dan kab/kota di Indonesia yang dalam tataran implementasi banyak yang menolak pemberlakuannya di tempat masing-masing.

Salah satu indikator baik tidakya organisasi yaitu tercapainya tujuan dari organisasi sesuai dengan apa yang sudah dicanangkan para pengelolanya. Proses pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor sumber daya insan yang ada dalam organisasi. Elemen kompetensi spiritual mampu dilihat dari panca prasetia KORPRI, yakni antara lain : kejujuran, tanggung jawab, daya juang, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, dan kepedulian  

3. Syarat pergeseran mindset
Empat syarat pergantian acuan pikir berdasarkan Juni Pranoto (2008) :
a. Konsep yang benar
b. Proses yang konsisten
c. Motivasi yang tinggi
d. Dilakukan secara kontinyu dan lewat adaptasi ‘habit’


C. Pemantapan Diri
1. Penetapan tujuan ( goal setting )

Ary Ginanjar Agustian (2008) dalam training mission character building (MCB) mulai dengan penetapan visi dan misi sejak tingkat pribadi, keluarga hingga pekerjaan. Poniman,dkk ( 2005) dalam merencanakan tantangan 90 hari memulai dengan bintang terperinci. Menurut Poniman,dkk (2005) Bintang jelas ialah suatu prestasi paling besar yang yang kita ingin capai dalam hidup ( the ultimate life achievement ). Disebut sebagai bintang alasannya adalah bintang ialah sesuatu yang tinggi, bukan sesuatu yang gampang dicapai. Sedang terang artinya mimpi wacana prestasi besar itu haruslah yang mempesona dan sangat berarti bagi kita. Dengan begitu bisa menjadi petunjuk arah dan menunjukkan penerangan kepada kita pada kala-periode sukar. Bintang terang yang terbaik adalah perwujudan dari dorongan nurani kita. Orang –orang besar dunia mempunyai bintang terang. Bill Gates pendiri microsoft memimpikan adanya komputer eksklusif di setiap rumah. Henry Ford pendiri Ford Motor Company memimpikan siapa pun bisa mempunyai kendaraan beroda empat dsb.

Untuk mencari bintang terang anda, bayangkan suatu prestasi besar yang diidam-idamkan dalam hidup. Jika sudah didapat, apakah prestasi tersebut sesuai dengn garis nurani ( cocok dengan akal dan kalbu 100%). Itulah bintang jelas anda.

Ada 3 manfaat mempunyai bintang terperinci, yaitu :
1. Bintang jelas memberikan arah tujuan hidup (to be) dan mengembangkan valensi.
2. Bintang jelas memfokuskan seluruh kesanggupan kita.
3. Bintang terang memperlihatkan motivasi untuk berjuang.

Dalam penetapan tujuan harus terang. Untuk itu ada 5 (lima) syarat dalam penetapan tujuan ( SMART ) :
 Specific ( spesifik )
 Measurement ( terukur )
 Achievable ( dapat diraih )
 Rational ( rasional )
 Time bound ( waktu )

Langkah penetapan tujuan :

Mulai dari bintang jelas. Setelah itu tetapkanlah sasaran 6 – 12 bulan. Setelah itu rencanakan untuk : 1) meningkatkan expertis, 2) mengkapitalisasi aset dan 3) memperbanyak epos. Meningkatkan expertis dengan cara menentukan kompetensi yan perlu dikuasai untuk meraih prestasi 90 hari. Mengkapitalisasi aset adalah mengoptimalkan setiap aset yang ada baik aset diri maupun aset lingkungan. Sedang memperbanyak epos (energi kasatmata) dengan cara memperbanyak kegiatan yang memiliki efek yang besar.

2. Membuat jadwal
Agenda merupakan aktualialisasi tujuan kedalam planning harian. Merencanakan waktu setiap harinya untuk melakukan rencana rencana perbaikan selaku bahan monitoring pengembangan diri,
Langkah-langkah menetapkan tujuan dengan mulai dari tujuan jangka panjang ( tujuan hidup ), tujuan jangka menengah ( tujuan melakukan pekerjaan ) dan tujuan jangka pendek ( Rencana harian ). Rencana harian dituangkan dalam jadwal. Agenda ini menjadi alat yang efektif untuk monitor dan evaluasi proses perbaikan diri yang berkelanjutan.

Contoh agenda:

Persyaratan aktualisasi agenda ke dalam kebiasaan
• Rinci
• Konsisten
• Evaluasi
• Perbaikan terus menerus

Pembentukan kebiasaan
Praktek penetapan tujuan
Membuat acara diri
Aktualisasi acara diri ke dalam habit
Pengendalian dan perbaikan yang terus menerus


PENERAPAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PELAKSANAAN TUGAS JABATANNYA

A. Aktualisasi Diri Ke Dalam Habit Sukses Mulia
1. Langkah-langkah membangun habit – B5KB
a. Bismillah setiap memulai pekerjaan: Trust dan Waskat
1) Menghubungkan hati dengan Sang Pencipta
2) Menyesuaikan kata dengan perbuatan
3) Menghadirkan pengawasan Allah dikala melakukan pekerjaan
4) Bekerja dan berbuat dengan suara hati

b. Bersyukur atas setiap nikmat: Senang, bersemangat, produktif

1) Pandai membaca lezat
2) Merasa besar hati dengan nikmat yang ada
3) Menguatkan perasaan besar hati dengan perumpamaan
4) Memanfaatkan nikmat yang ada dengan optimal
5) Memanfaatkan lezat sesuai dengan aturan Allah
6) Tidak arogan dan merasa besar diri dengan prestasi dan capaian
7) Tidak malas, Berusaha Mengembangkan lezat: kalau diberikan keunggulan otak, manfaatkan secara optimal, diberikan kecerdasan fisik.


   
DAFTAR PUSTAKA

1. Agustian, 2001. Rahasia berhasil membangun kecerdasan emosi dan spiritual
2. Agustian, 2003. ESQ Power.
3. Azzaini,J. 2008. Menyemai impina meraih berhasil mulia.
4. Emmy, S. 2005. Terjemahan : Ruang lingkup kompetensi. Pusdiklat Pegawai Depnakertrans. Jakarta.
5. Hendrick G, at all. 2002. The Corporate Mystic
6. Hawari, D. 2003. IQ, EQ, CQ & SQ. Kriteria Sumber Daya Manusia ( pemimpin) bermutu
7. Hasil pembahasan kompetensi sosial dan spiritual. Pusdiklat pegawai Depnakertrans, 2005.
8. Harjani Hefni, 2008. The 7 Islamic Daily Habits, Percetakan IKADI, Jakarta.
9. Ilyas, M.B. 2005. Konsep CBT. Makalah presentasi pada pelatihan widyaiswara Depnakertrans 2005.
10. Ja’far F, 2007. SEI Empowerment. Road to the Great Success
11. Murdoko, W.W.H. 2006. Personal Quality management
12. Mujiman, 2008. Makalah penyajian ihwal membangun SDM kompeten dan profesional. APNI,
13. Poniman, F. 2005. Kubik Leadership
14. Tobroni, 2005. The spiritual leadership. UMM Press, Malang.
15. Zohar,D. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan.
16. Sentani, 2007. Quantum Ikhlas.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon