Senin, 31 Agustus 2020

Makalah Komunikasi Dan Motivasi

Makalah Komunikasi dan Motivasi
Oleh: Ibrahim Lubis, MA


Pendahuluan

Dari semua wawasan dan kemampuan yang kita miliki, wawasan dan kemampuan yang menyangkut komunikasi termasuk di antara yang paling penting dan memiliki kegunaan. Melalui komunikasi intrapribadi kita mengatakan dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri, mengecek diri sendiri tentang ini dan itu, memikirkan keputusan-keputusan yang mau diambil dan mempersiapkan pesan-pesan yang hendak kita sampaikan terhadap orang lain. Melalui komunikasi antar eksklusif kita berinteraksi dengan orang lain, mengenal mereka dan diri kita sendiri, dan mengungkapkan diri sendiri terhadap orang lain. Apakah terhadap pimpinan, sahabat sekerja, sahabat seprofesi, kekasih, atau anggota keluarga, melalui komunikasi antar pribadilah kita membina, memelihara, kadang-kadang menghancurkan (dan ada kalangnya memperbaiki) korelasi eksklusif kita.

Langkah Pembelajaran 

Menciptakan suasana tenteram dan mendorong kesiapan akseptor untuk menerima bahan. Ini mampu dijalankan dengan fasilitator mempekenalkan diri dan berupaya untuk mengenali akseptor. Selama interaksi permulaan ini upayakan menangkap sesuatu yang terobservasi dan dikaitkan dengan materi komunikasi dan motivasi, bangkitkan kedatangan yang utuh pada sesi ini dan peluang untuk mendapatkan faedah kalau interaksi ini bersifat parsipatoris.


PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi, komponen dan tujuan komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi telah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pemahaman tersebut bila dianalisis pada prinsipnya mampu ditarik kesimpulan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengantardan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, memiliki dampak tertentu, dan ada potensi untuk melaksanakan umpan balik.


2. Komponen Komunikasi

a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya mempunyai tiga dimensi:

1. Fisik, ialah ruang dimana komunikasi berlangsung yang kasatmata atau berwujud.

2. Sosial-psikoilogis, mencakup, contohnya tata korelasi status di antara mereka yang terlibat, tugas yang dilaksanakan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga meliputi rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,

3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berjalan.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mensugesti dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai pola, telat menyanggupi kesepakatan dengan seseorang (dimensi temporal), dapat menyebabkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang lalu dapat mengakibatkan perubahan kedekatan fisik dan penyeleksian rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

b. Sumber-Penerima Kita menggunakan ungkapan sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi yakni sumber (atau pembicara) sekaligus akseptor (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan arahan tubuh. Anda menerima pesan dengan menyimak , membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, dikala anda mengantarkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, mencicipi gerakan anda sendiri, dan melihat banyak arahan badan anda sendiri) dan anda mendapatkan pesan dari orang lain (secara visual, lewat pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan balasan (untuk menerima pemberian, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap aba-aba-isyarat non-lisan ini, anda melakukan fungsi penerima.

c. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menciptakan pesan (misalnya, mengatakan atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan ide-ide kita ke dalam gelombang bunyi atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan pemikiran -ide tadi ke dalam aba-aba tertentu. Makara, kita melaksanakan enkoding.

Kita menamai langkah-langkah mendapatkan pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) selaku dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang bunyi atau kata-kata di atas kertas menjadi ide, anda menguraikan isyarat tadi. Jadi, anda melaksanakan dekoding.

Oleh hasilnya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca selaku dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-akseptor, kita menuliskan enkoding-dekoding selaku satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk memastikan bahwa anda melaksanakan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda mengatakan (enkoding), anda juga menyerap jawaban dari pendengar (dekoding).

d. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal mirip pengetahuan tentang tugas lingkungan (konteks) dalam mensugesti kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, wawasan bahwa sebuah topik mungkin layak dikomunikasikan terhadap pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak pantas bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara sikap nonverbal (contohnya kepatutan sentuhan, bunyi yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak opsi bertingkah. Makin banyak anda tahu ihwal komunikasi (artinya, kian tinggi kompetensi anda), semakin banyak opsi, yang anda punyai untuk melaksanakan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda pahami (artinya, semakin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

e. Pesan Pesan komunikasi mampu memiliki banyak bentuk. Kita mengirimkan dan mendapatkan pesan ini melalui salah satu atau variasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun lazimnya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk lisan (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai acuan, pakaian yang kita kenakan, mirip juga cara kita berlangsung, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi. 

f. Saluran Saluran komunikasi yakni media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu terusan, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berlainan secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap paras kita berbicara dan menyimak (jalan masuk bunyi), tetapi kita juga menunjukkan arahan tubuh dan menerima aba-aba ini secara visual (kanal visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menjamah, ini pun komunikasi (akses taktil).

g. Umpan Balik Umpan balik ialah isu yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-peserta ke sumber-penerima lainnya dalam kedua arah yaitu umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan contohnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda menyaksikan apa yang anda tulis.

Selain umpan balik sendiri ini, anda mendapatkan umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, seluruhnya adalah bentuk umpan balik.

h. Gangguan Gangguan (noise) yaitu gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan membatasi peserta dalam mendapatkan pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dibilang ada dalam sebuah metode komunikasi jika ini membuat pesan yang disampaikan berlawanan dengan pesan yang diterima.

Gangguan ini mampu berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (ajaran yang telah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyuguhkan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.


3. Macam Definsi Contoh

Fisik Interferensi dengan transmisi fisik instruksi atau pesan lain Desingan kendaraan beroda empat yang melalui, dengungan komputer, kacamata

Psikollogis Interferensi kognitif atau mental Prasangka dan bias pada sumber-akseptor, anggapan yang sempit

Semantik Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berbeda Orang mengatakan dengan bahasa yang berbeda, memakai jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak diketahui pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan meskipun kita tidak mampu meniadakannya samasekali, kita dapat menghemat gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengantardan mendapatkan pesan nonverbal, serta meningkatkan kemampuan mendengarkan dan menerima serta mengantarkan umpan balik ialah beberapa cara untuk menangani gangguan.


Efek Komunikasi

Komunikasi selalu mempunyai imbas atau pengaruh atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai pola, anda mungkin mendapatkan wawasan atau berguru bagaimana menganalisis, melaksanakan sintesis, atau mengecek sesuatu; ini yakni imbas atau efek intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin mendapatkan perilaku gres atau mengubah perilaku, kepercayaan, emosi, dan perasaan anda; ini ialah imbas afektif. Ketiga, anda mungkin mendapatkan cara-cara atau gerakan gres mirip cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku ekspresi dan noverbal yang layak; ini ialah imbas atau imbas psikomotorik.
  • Etik dan Kebebasan Memilih Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada duduk perkara etik di sini.
  • Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada faktor benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. 
  • Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

Seringkali kita dapat mengamati imbas komunikasi, dan berdasarkan observasi ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Dimensi etik dari komunikasi semakin rumit alasannya etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup eksklusif seseorang sehingga susah untuk menyarankan fatwa yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sulit, usulanetik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya ialah pemikiran kebebasan memilih serta perkiraan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dibilang etis jikalau menjamin keleluasaan memilih seseorang dengan menunjukkan kepada orang tersebut dasar penyeleksian yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis jika mengganggu kebebasan menentukan seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan berita yang berkaitan dalam menentukan opsi. Oleh jadinya, komunikasi yang tidak etis ialah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai pola, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membengkak-besarkan faedah bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan opsi yang secara normal tidak akan anda ambil (bila saja anda mengetahui fakta-fakta sesungguhnya).

Dalam etik yang didasarkan atas keleluasaan menentukan ini, ada beberapa standar. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini telah remaja dan berada dalam keadaan mental yang memungkinkan mereka melakukan opsi secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa keleluasaan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan menentukan orang lain. Sebagai acuan, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk memilih pilihan sendiri (menentukan sajian mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, menentukan jenis obat), sehingga mesti ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental memerlukan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

Di samping itu, suasana lingkungan kehidupan seseorang mampu menghalangi keleluasaan menentukan ini. Sebagai acuan, anggota prajurit kerap kali mesti melepaskan keleluasaan memilih dan makan nasi kemasan, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi prajurit, seseorang setidak-tidaknya mesti melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan opsi sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki dilarang membatasi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan menunjukkan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan menentukan mereka—hak untuk mempunyai barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.

B. Prinsip-prinsip komunikasi

Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan beberapa bagian komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sungguh penting untuk mengerti komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya.

1. Komunikasi Adalah Paket Isyarat Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan ekspresi, aba-aba tubuh, atau variasi dari keduanya, lazimnya terjadi dalam "paket". Biasanya, sikap verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bab dari tata cara pesan umumnya bekerja bahu-membahu untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh tubuh kita bersikap kalem. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh tubuh—baik secara mulut maupun nonverbal—bekerja tolong-menolong untuk mengungkapkan asumsi dan perasaan kita.

Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil, pidato di tampang biasa , atau media era, kita kurang memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada ketidakwajaran---kalau jabatan tangan yang lemah menyertai salam ekspresi, bila gerak-gerik gugup menyertai persepsi yang tajam, jika kekalutan menyertai verbal nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.



A. Pengertian Motivasi

Motivasi, dapat didefinisikan sebagai proses yang terjadi di dalam diri, yang membuat tujuan dan menunjukkan energi bagi perilaku seseorang (Kimble, et al, 1984). Motif merupakan dorongan bertindak untuk menyanggupi sebuah kebu-yang kuasa, dinikmati selaku kemauan, impian, yang lalu terwu-jud dalam bentuk perilaku faktual. Secara garis besar, teori motivasi mampu dikelompokkan menjadi dua kategori,adalah: 1) Teori Kepuasan (Maslow, Herzberg dan MC Celland ); 2) Teori Proses (Vroom) (Gibson,et al, 1982).


B. Teori Kepuasan

1. Maslow

Teori Maslow (teori hierarki keperluan) sering dipakai untuk meramalkan perilaku orang dalam kelompok atau organisasi, dan ba-gaimana memanipulasi atau membentuk perilaku tersebut dengan cara memenuhi kebutuhannya, meskipun Maslow sendiri tidak pernah ber-maksud untuk meramalkan sikap.

Ia cuma bertolak dari dua perkiraan dasar, yakni:

a. Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk berkem¬bang dan maju;
b. Manusia selalu berupaya menyanggupi keperluan yang lebih pokok apalagi dulu sebelum berusaha menyanggupi keperluan yang lain, artinya keperluan yang lebih fundamental mesti dipenuhi apalagi dahulu sebelum kebutuhan embel-embel yang lebih tinggi mulai menertibkan sikap seseorang.

Yang penting dari fatwa Maslow ini yakni: kebutuhan yang telah dipenuhi (sebagian atau keseluruhan) akan berhenti daya motivasinya, kemudian motivasinya berpindah ke upaya untuk memenuhi keperluan yang lain yang lebih tinggi.

Pemahaman wacana adanya hubungan yang dekat antara perilaku dan kebutuhan, mirip sudah diuraikan dalam teori perilaku sebelumnya, ialah penting, paling tidak untuk mampu membuat kepuasan atau meminimalisir ketidakpuasan individu anggota golongan. Melalui observasi terhadap sikap anggota golongan dan dikaitkan dengan tingkat kebutuhannya, maka mampu dikerjakan langkah-langkah tertentu oleh anggota lainnya atau oleh pimpinan kalangan dalam rangka mem¬bentuk sebuah kalangan yang solid.

Teori Hezberg (teori dua faktor ihwal motivasi), ialah:

a. Faktor yang membuat orang merasa tidak puas (dissatisfiers-factor);

Serangkaian kondisi ekstrinsik, terkondisi oleh faktor eksternal, ialah keadaan pekerjaan yang dibutuhkan, yang kalau keadaan ini tidak tersedia membuat orang merasa tidak puas, tapi kalau keadaan ini tersedia tidak akan memotivasi orang untuk beker¬ja lebih baik. Kondisi yang dianggap “semestinya tersedia” mirip ini disebut juga aspek kesehatan (hygiene factors), alasannya adalah faktor tersebut merupakan persyaratan minimum untuk terbebas dari rasa tidak puas, mirip: upah minimum, rasa aman dalam bekerja, suasana kerja yang menyenangkan, status yang jelas, mekanisme yang terang, kualitas pengawasan tehnis yang kontinyu, situasi kekerabatan antar manusia yang menggembirakan.

b. Faktor yang membuat orang merasa puas (satisfiers factor).

Serangkaian keadaan intrinsik, terkondisi oleh aspek internal seseorang, yaitu suatu keadaan pekerjaan, yang bila tersedia akan mendorong motivasi kerja, dan selanjutnya akan lebih memajukan produktivitas kerja, tapi apabila tidak tersedia, tidak akan mengakibatkan rasa ketidak-puasan yang berlebihan atau sampai menghancurkan suasana kerja, seperti: potensi untuk meraih prestasi kerja yang terbaik (achievement), pengakuan atas prestasi yang dicapai (recognition), perlindungan tanggung jawab penuh atas peran yang diberikan (responsibility), peluang untuk terus meraih pertumbuhan dalam pekerjaan (advancement), kesempatan untuk terus meningkat dalam karier (growth), kesesuaian jenis pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki (work).



Isi Makalah Terlalu Banyak dan banyaknya gambar dan tabel, Maka Makalah di Muat dalam Bentuk DOC. Untuk menerima makalah ini secara lengkap, Silahkan Download dalam Format DOC disini.


DAFTAR PUSTAKA
  • Larry King, Bill Gilbert, Seni Berbicara: terhadap siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2002.
  • R. Wayne Pace, Don F. Faulos, Komunikasi Organisasi: Strategi memajukan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya Bandung 2002.
  • Joseph A. Devito; Komunikasi antar insan (edisi kelima), Profesional Books, Jakarta, 1997.
  • Deborah Tannen, Seni komunikasi Efektif: membangun korelasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1996.
  • Prof. Dr. Astrid S. Susanto-Sunarto; Globalisasi dan komunikasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta 1995.
  • Charles V. Larson; Persuasion: Perception and Responsibility (fourth Edition), Wadsworth Publishing Company, California 1986.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon