Jumat, 28 Agustus 2020

Makalah Konsep Akhlak Dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla selaku kholifah yang bertugas untuk mengurus apa yang ada di dunia ini dengan cara yang bagus sesuai dengan isyarat dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang insan yaitu seorang makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang mempunyai hak dan kewajiban untuk saling berinteraksi dengan sesama manusia.

Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan akal dan asumsi oleh Allah lalu juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan cara yang dibenarkan sehingga kehidupan bareng yang tenang dan sarat dengan rasa kondusif mampu tercapai. Hal yang utama yang mengatur ini semua adalah Akhlak manusia. Akhlak mempunyai peranan yang sangat penting pada diri insan. Manusia terlahir dengan sebuah fitrah yang suci, lingkunganlah yang kemudian akan mengarahkan manusia hendak menjadi insan yang baik ataukah sebaliknya menjadi manusia yang berakhlak kurang baik.

Oleh alasannya adalah itu, ilmu perihal etika dan membina insan untuk menciptakan akhlak yang bagus dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia supaya hidupnya dalam penduduk selalu tenang dan tentram.


BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian etika

Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun خُلُقٌ yang berdasarkan bahasa mempunyai arti kebijaksanaan pekerti, perangai, tingkah laku atau adab. Kata tersebut mengandung sisi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga dekat hubungannya dengan khaliqخَالِقٌ yang mempunyai arti pencipta; demikian pula dengan akhluqun مَخْلُوْقٌ yang berarti yang diciptakan.

Kata adab menawarkan sejumlah sifat budbahasa fitri atau orisinil pada insan dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seakan-akan fitrah adat ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang terwujud dalam sikap.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa budbahasa ditinjau dari ajaran atau pemikiran yang dianggap benar. Dalam faktor sosiologis juga didefinisikan akhlak sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam bermasyarakat). Sedangkan berdasarkan aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan fatwa yang dianutnya.

Menurut anutan utilitarianisme (menekankan faktor kegunaan) dan naturalisme (menekankan oada panggilan alam atau kejadian insan itu sendiri atau fitahnya). Maka kalau sifat tersebut melahirkan sebuah perbuatan atau langkah-langkah yang terpuji berdasarkan ketentuan logika dan norma agama, dinamakan etika yang bagus (mahmudah). Tetapi manakala beliau melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan adab yang buruk (madzmumah).

Pengertian perilaku positif yang termasuk dalam budpekerti yang terlihat lewat perilaku mampu ditunjukkan dengan beberapa sikap, sopan santun, budbahasa atau kebiasaan misalkan sikap pemaaf, amanah, tabah, rendah hati, dll. Sedangkan perilaku negatif misalkan sikap pemarah, pendendam, dengki, khianat, arogan dll. Hal yang menentukan apakah suatu tindakan itu baik atau jelek yakni norma-norma agama yang bersumber dari al-Haq ialah Tuhan YME.

Disebut etika alasannya:

1. Dilakukan berulang-ulang
2. Timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang

Moral adalah perumpamaan yang dipakai untuk menentukan batasan sebuah sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang patut dibilang benar, salah, baik dan jelek. Dimasukkannya evaluasi benar atau salah ke dalam moral, terang memperlihatkan salah satu perbedaan tabiat dan budpekerti, sebab salah benar adalah penilaian dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam agama islam tidak dapat dicerai pisahkan dengan adab, mirip yang sudah disinggung di atas.

Akhlak islami berlawanan dengan adab dan akhlak. Perbedaannya dapat dilihat khususnya dari sumber yang memilih mana yang bagus dan mana yang jelek.

Yang baik menurut budbahasa adalah segala sesuatu yang berguna, yang tepat dengan nilai dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Yang jelek ialah segala sesuatu yang tidak memiliki kegunaan, tidak cocok dengan nilai dan norma agama serta nilai dan norma penduduk , merugikan masyarakat dan diri sendiri. Yang memilih baik atau jelek sebuah perilaku (akhlak) yang melahirkan suatu perilaku atau tindakan insan di dalam agama dan ajaran islam yaitu al quran yang diterangkan dan dikembangkan oelh Rasulullah dengan sunah beliau yang sekarang dapat dibaca di dalam kitab-kitab hadist.

Yang menentukan tindakan baik atau jelek dalam watak dan akhlak ialah adat istiadat dan anggapan insan dalam masyarakat pada sebuah daerah di suatu era. Oleh alasannya itu dipandang dari sumbernya adab islami bersifat tetap dan berlaku untuk selama-lamanya, sedang akhlak dan budpekerti berlaku selama era tertentu di suatu kawasan tertentu.


b. Sumber dan Karakteristik Akhlak

Akhlak dalam islam sangatlah menjadi aspek pembeda atau penciri yang menawarkan perilaku hidup umat manusia dari umat pemeluk agama lain. Karakteristik budbahasa ini mampu diterapkan atau sesuai untuk semua kelas individu baik ditinjau dari ras, suku, lingkungan, kehidupan sosial masyarakat dan lain sebagainya.

Menurut Qardhawy (1997) dalam Daras (2006) karakteristik adat ada tujuh, adalah:

1. Moral yang berdalih serta dapat difahami

Akhlak yang harus disandang oleh seluruh umat islam bukanlah sesuatu yang bersifat dokmatis, tetapi sesuatu yang logis dan masuk akal. Maksudnya logis yakni dapat diargumentasikan dan dapat diterima oleh naluri insan dan akal sehat. Hal ini meliputi perihal pembahasan ihwal kebaikan atau kemaslahatan dan kejelekan yang dilarang olehNya.

2. Moral Universal

Dalam hal ini etika bersifat umum, berlaku untuk semua umat di dunia, tidak terbatas atas ras, suku, kebangsaan, kelompok, kesukuan atau kaum. Pada dasarnya, watak universal ini didasarkan oleh huruf insan, jadi setiap umat akan mempunyai landasan moral yang seharusnya sama, tidak dibeda-bedakan,

3. Kesesuaian dengan fitrah insan

Islam menawarkan pengesahan kepada status insan sebagai ciptaan Allah yang diberikan fitrah, harapan, kecenderungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk berbuat. Manusia diperbolehkan untuk memiliiki apa saja yang ia sukai, dan melakukan apa saja yang ingin dia lakukan asalkan tidak menyimpang dari pedoman islam. Islam tiba untuk menawarkan batasan-batas-batas demi kebaikan-kebaikan hidup manusia di dunia. Islam tidak mengubah fitrah yang ada pada diri insan melainkan menyempurnakannya atau melengkapinya agar insan dapat bertindak secara bijaksana kepada apa yang ada dalam dirinya biar dalam kehidupannya dapat bersikap dengan baik sesuai dengan batas-batas yang dijelaskan.

4. Memperhatikan kenyataan

Seperti yang sudah dijelaskan pada poin satu bahwa budbahasa islam yaitu sesuatu yang logis dan sesuai nurani manusia. Realita yakni hal yang mengarah pada kondisi manusia sehari-hari yang menunjukkan impian manusia pada hal-hal yang bersifat duniawi, karena hal itu pasti tidak mungkin mampu dihilangkan dari diri insan selaku makhluk sosial. Al-quran tidak mengekang insan untuk tidak melakukan apa yang secara alamiah dia harapkan, cuma saja Al-quran mengendalikan kita semoga kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan sesuai dengan akal sehat dan pertimbangan kebaikan bersama. Dapat dicontohkan, kita pasti tidak mampu berbuat baik atau menilai seorang musuh sebagai mitra, akan tetapi al-quran memperlihatkan batasan supaya bahwa kita tidak boleh berlaku tercela sekalipun terhadap lawan kita, kita harus berlaku adil dengan tidak melakukan pelanggaran. Dalam konteks lain yang lebih universal dapat diterangkan bahwa menatap realita maksudnya ialah memperlihatkan kita keleluasaan untuk berperilaku namun tetap harus berpegang pada al-quran.

5. Moral nyata

Dalam islam, selain seseorang itu mesti mempunyai susila yang bagus beliau harus mempunyai keperkasaan dalam menghadapi cekaman sosial politik yang terjadi di luar. Sering kita jumpai bahwa manusia condong terbawa oleh arus yang terjadi di lingkungannya, bisa saja seseorang yang tadinya memiliki adab yang bagus tetapi alasannya adalah mengikuti isu terkini sosial yang salah maka akan menyebabkan moralnya menjadi tidak baik. Oleh karena itu, dalam al-quran telah dijelaskan pula bahwa sebagai seorang mukmin kita tidak diperkenankan untuk tinggal diam menyaksikan kemunduran keadaan sosial dan politik yang terjadi, maka selain kita harus tetap menjaga moral islam kita, kita juga diperintahkan untuk mengubah semua paradigma sosial politik yang salah dimulai dari diri kita sendiri.

6. Komprehensifitas

Moral islam ialah suatu batasan dan cakupan yang kompleks. Tidak benar pikiran sebagian orang ihwal islam yang menganggap bahwa islam hanyalah perihal kegiatan keagamaan, ibadah, seremonial dan sebagainya yang mendekatkan diri sebagai umat terhadap Tuhannya. Lebih dari itu, islam mengendalikan pula bagaimana kita selaku makhluk sosial untuk bertingkah sesuai porsinya sehingga kita selaku umat islam akan memiliki nilai susila yang tinggi dan fatwa yangluhur. Moral islam menertibkan hubungan mansia dengan Tuhannya, serta hubungan manusia dengan manusia.

7. Keseimbangan hidup atau Tawazun

Dapat digambarkan secara umum bahwa kita harus bersikap adil terhadap apapun yang ada di dunia ini. Sebagai makhluk individu kita mesti adil kepada kebutuhan dan pemenuhan keperluan ruh dan raga kita. Jika dilihat dari konteks manusia sebagai makhluk hidup dengan Tuhannya maka dapat digambarkan bahwa manusia sebagai kholifah di dunia ini, maka kita mesti mampu mempergunakan apa yang ada di dunia ini seoptimal mungkin untuk kesejahteraan kita selama ada di dunia, tetapi demikian kita juga harus ingat bahwa pemenuhan bekal kita di alam baka sebagai makhluk Tuhan yang niscaya akan kembali juga mesti dipenuhi.


c. Prinsip - Prinsip Akhlak

Prinsip-prinsip Akhlak digambarkan dengan faktor-aspek permulaan yang membentuk budpekerti manusia. Dapat dijelaskan bahwa aspek pembentuk adab ada dua ialah faktro intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yakni aspek yang berasal dari dalam diri insan itu sendiri selaku sifat bawaan sejak lahir, sedangkan aspek ekstrinsik adalah aspek yang berasal dari pengaruh lingkungan terhadap perkembangan kejiwaan insan. Ada enam prinsip adab yang diterangkan dalam Daras (2006) yaitu sebagai berikut ini:

1. Intrik atau naluri

Intrik atau naluri ialah sifat dasar manusia yang dibawanya sejak lahir. Naluri secara lazim dijelaskan selaku sebuah sifat yang dikerjakan dengan tanpa mesti berlatih namun muncul dengan sendirinya dari dalam diri manusia yang bersangkutan untuk mencapai tujuan tetentu. Naluri berasal dari dalam jiwa insan selaku faktor psikologi. Contoh naluri insan adalah:
  • Naluri untuk makan (nutrive instinct). Naluri ini dibawa semenjak lahir oleh manusia untuk mampu bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan meningkat ,
  • Naluri berjodoh (sexual instinct). Naluri ini diterangkan sebagai keperluan biologis manusia (laki-laki dan perempuan),
  • Naluri keibu-bapakan (Paternal instinct). Sikap kecintaan terhadap bawah umur sebagai seorang ayah atau ibu,
  • Naluri berjuang (combative instinct). Sikap insan untuk menjawab tantangan, menghindari gangguan, dan mempertahankan diri dari serangan,
  • Naluri ber-Tuhan. Tabiat manusia untuk dapat merasakan rindu dan memperlihatkan kecintaannya terhadap Allah sebagai makhluk Tuhan. Hal ini mampu ditunjukkan dengan beragama.

Naluri mampu membawa manusia kepada jalan yang benar namun seringkali juga terhadap jalan yang salah tergantung kepada individu yang mempunyai naluri tersebut untuk mampu memanagenya.Sehingga islam hadir untuk menolong manusia dalam mengontrol nalurinya agar tidak aniaya terhadap diri sendiri namun mampu tersalurkan sesuai dengan tuntunan dari Ilahi.


2. Keturunan

Salah satu yang menjadi dasar dalam penurunan sopan santun dan adab yakni berasal dari nenek moyang. Dalam Daras (2006) diilustrasikan bahwa insan itu menyerupai satu pohon, dari batang ke cabang, lalu dari cabang ke ranting akan menawarkan kesamaan atau paling tidak kemiripan. Begitu pula dalam diri manusia, sopan santun insan ialah sebagian dari apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Selain fisik yang serupa, kemungkinan akan mempunyai perilaku, perasaan, dan budpekerti dalam hidup yang sama. Sikap biasa sampai khusus yang mampu diwariskan yakni sebagai berikut ini:

a. Manusia menurunkan selain sifat fisik juga mental yang berupa pembawaan mental, budbahasa, adab dan perasaan yang diwariskan terhadap generasi selanjutnya, hal ini ialah sebuah keutamaan bagi manusia.

b. Selain sifat manusia yang diwariskan secara general, terdapat juga imbas dari kebangsaan, suku atau ras. Umumnya setiap negara, suku dsb akan mewariskan sifat-sifat khusus yang berasal dari hasil kebudayaan nilai norma yang terbentuk di masyarakatnya. Hal ini tergolong ke dalam aspek Antropoligi dan Etnologi.

c. Sifat yang paling inti adalah sifat yang diturunkan oleh keluarga yang dipimpin oleh kedua orang renta sebagai indukkan. Sifat fisik akan sangat kasatmata kemiripannya atau kesamaannya, begitu juga dengan pewarisan ihwal perilaku, nilai dan norma yang tertanam di dalam jiwa manusia yang menghadirkan bentuk budbahasa padanya.

3. ‘Azam

‘Azam adalah sebuah kemauan atau impian yang keras yang datang dalam ajaran dan hati insan untuk dpat melaksanakan sebuah hal tertentu. ‘Azam ini akan menenteng insan dalam kekerasan hati untuk berlaku yang baik atau yang buruk. Telah dicontohkan pada diri Rasulullah SAW, ihwal sikap keras pada pendirian dan kemauan yang besar untuk bertahan dalam menghadapai sesuatu demi kebaikan, hal inilah yang semestinya kita pola. Ada dua pola kehendak ialah:

a. Kelemahan kehendak, ialah perilaku kurang adanya kemauan untuk berjuang, untuk bertahan atau dengan kata lain mampu digambarkan sebagai sikap gampang mengalah. Kurangnya kemauan menjadikan insan malas untuk berupaya.

b. Kehendak yang berpengaruh tetapi kearah yang salah, hal ini dapat ditunjukkan dengan acuan hidup yang menghancurkan dan dzalim.

4. Dlamir atau bunyi Batin

Suara batin yaitu suatu panggilan atau perasaan bahagia atau tidak bahagia terhadap sebuah tindakan yang telah dia lakukan sediri. Sederhananya, jika kita melakukan kesalahan yang melanggar dari batas-batas yang telah ditetapkan maka akan muncul rasa sesal atau rasa bersalah alasannya adalah tindakan yang sudah kita lakukan. Peran hati dalam hal ini yakni untuk menangkal kita melakukan kejelekan dan berubah untuk melakukan kebaikan. Panggilan hati lebih utamanya adalah panggilan untuk berbuat kebaikan yang merupakan kewajiban umat insan.

5. Kebiasaan

Perilaku yang dijalankan berulang-ulang sehingga menyebabkan syaraf otak kita menjadi terpengaruh dan menjadikannya tindakan rutinan yang kita lakukan. Secara lebih rinci, setiap kali kita melaksanakan tindakan maka hal itu akan membekas di dalam otak kita, maka bila kita diminta untuk mengulanginya maka akan lebih mudah bagi kita. Setiap kali perbuatan itu dikerjakan akan kian menunjukkan bekas dan melatih otak untuk mengingat dan melakukan perbuatan itu.

Untuk mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik maka hal yang mampu kita lakukan yaitu selaku berikut,

o Niat yang benar-benar
o Kesadaran akan pentingnya pergeseran tersebut
o Selalu istiqomah dan setia kepada perjuangan yang dikerjakan
o Mengisi waktu kosong dengan berlaku yang bagus agar kebiasaan dapat bergeser
o Mencari kesempatan untuk melaksanakan niat tersebut
o Berusaha menolak apabila kebiasaan buruk itu akan timbul lagi

6. Lingkungan

Lingkungan dalam hal ini menawarkan adanya perbedaan adat insan berdasarkan lingkungannya, baik secara geografis maupun sosial. Secara sosial maka manusia sebagai makhluk sosial pasti melaksanakan interaksi dengan masyarakat, hal ini menyebabkan datangnya pemahaman perihal perilaku-perilaku yang lalu tertanam di dalam dirinya sehingga terbentuk menjadi akhlak.


BAB IV
PENUTUP

Kesimnpulan

Akhlak dapat menentukan sikap suatu umat yang terwujud dalam susila dan budbahasa dalam kehidupan. Sehingga mampu menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga manusia mampu menentukan opsi yang terbaik dalam hidupnya. Dalam islam budbahasa bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pemikiran hidup kaum. Maka dari itu umat islam selama masih berpegangan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam proses kehidupannya, maka dijamin bahwa kualiatas hidup sebuah umat akan baik, terhindar dari hal-hal menyesatkan yang mampu menenteng pada kehancuran baik di dunia dan di alam baka. Karena semua tatanan kehidupan terdapat dalam sumber tersebut. Dengan kata lain, budpekerti ialah suatu tata cara yang mengontrol tindakan manusia baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik secara individu, kumpulan dan penduduk dalam interaksi hidup antara insan dengan Allah, manusia sesama insan, insan dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya sebuah kaum mempunyai adab yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.


DAFTAR PUSTAKA
  • Sahilun A. 1980. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini. PT. Al-Ma’berakal: Bandung
  • Tim Dosen Agama Islam. 2002. Pendidikan Agama Islam. UB: Malang
  • Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam. Grasindo: Jakarta

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon