Kamis, 20 Agustus 2020

Fenomena Kulminasi Matahari : Penyebab – Dampak – Insiden Di Indonesia

Terdapat banyak sekali fenomena alam yang berhubungan dengan matahari. Beberapa acuan di antaranya adalah gerhana matahari total, fenomena halo matahari, matahari kembar sampai fenomena alam equinox. Tahukah kalian bila fenomena equinox ternyata mempunyai kekerabatan dengan peristiwa alam lainnya yang diketahui dengan fenomena kulminasi matahari.


Fenomena alam ini mungkin masih terdengar aneh di indera pendengaran kita. Sebab fenomena ini bisa dikatakan sangat jarang terjadi dan cuma terjadi setiap dua tahun sekali. Selain itu, kulminasi matahari cuma terjadi di tempat – daerah khusus yaitu tempat yang hanya dilalui oleh garis khatulistiwa. Sehingga mampu dibilang jika kulminasi matahari tidak akan pernah terjadi di kawasan selain yang dilewati garis khatulisitwa. Lalu bekerjsama apa itu fenomena kulminasi matahari? Dalam tulisan ini akan diterangkan secara science apa itu kulminasi matahari serta apakah pernah terjadi di Indonesia.


Pengertian Kulminasi Matahari


Seperti yang disinggung di atas bila kulminasi sangat akrab kaitannya dengan fenomena equinox yang juga memiliki relasi dengan pusat tata surya kita adalah matahari. Kulminasi mampu dibilang selaku fenomena alam dikala matahari sempurna berada pada posisi paling tinggi di langit. Fenomena kulminasi yang memiliki nama lain transit atau istiwa terjadi dikala matahari berada tepat di atas kepala pengamat, posisi ini juga disebut selaku titik zenith. Kulminasi terjadi selaku balasan dari revolusi bumi ketika mengitari matahari yang memiliki pengaruh pada gerakan semu matahari.


Terdapat peristiwa di mana deklinasi matahari yakni jarak atau ketinggian dari garis ekuator sama dengan lintang pengamat. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan kulminasi utama. Saat fenomena kulminasi utama terjadi, matahari berada sempurna di titik zenith atau di atas kepala pengamat.


Penyebab Dan Dampak Kulminasi Matahari


Kita tahu jikalau bidang rotasi bumi atau ekuator bumi tidak berhimpit dengan bidang revolusi bumi. Sehingga mengakibatkan posisi matahari dengan bumi akan terlihat berubah – ubah sepanjang tahun. Hal tersebut terlihat terperinci terutama pada tempat 23,5 LU hingga dengan 23,5 LS dan gerakkan tersebut lebih dikenal dengan nama gerak semu tahunan matahari.


Ketika terjadi fenomena kulminasi matahari, bayangan yang berasal dari benda tegak ataupun tubuh kita akan menghilang. Bayangan akan berada sempurna di bawah atau bertumpu dengan benda maupun badan kita sendiri. Hal ini disebabkan karena posisi matahari tepat berada di atas sehingga membuat seolah – olah tidak memiliki bayangan.


Hari di mana fenomena kulminasi matahari terjadi juga dikenal dengan nama lain ialah hari tanpa bayangan. Kulminasi matahari cuma terjadi di daerah atau tempat yang dilewati atau sempurna berada di bawah garis khatulistiwa. Di Indonesia, fenomena ini bahkan terjadi dua kali dalam setahun, dan daerah yang mengalami fenomena kulminasi antara lain Pontianak, Bonjol, Amberi, Kepulauan Kayoa dan lain sebagainya. Selain di Indonesia, fenomena kulminasi juga terjadi di beberapa negara lain, yaitu Zaire (Uganda), Kenya, Somalia, Afrika, Equador, Brazil, Peru, Columbia, dan Peru.


Kulminasi di Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang serentak di setiap daerah, hal ini bergantung dari posisi matahari. Selain itu, pengaruh dari fenomena kulminasi juga mengakibatkan durasi atau lamanya waktu di siang hari akan sama dengan durasi pada malam hari. Kulminasi juga membuktikan permulaan pergeseran iklim di Indonesia yakni peralihan isu terkini hujan ke musim kemarau (21 – 23 Maret), kesusahan atau gangguan sinyal, sampai gangguan cuaca di antariksa yang cukup ekstrim.


Fenomena Kulminasi di Indonesia


Sebagai salah satu kota yang dilewati oleh garis khatulistiwa, kota Pontianak telah tidak gila dengan fenomena kulminasi matahari. Saat peristiwa ini terjadi, pada tanggal 21 Maret 2019 sebagian besar penduduk akan tiba untuk mengunjungi Komplek Tugu Khatulistiwa Pontianak. Mereka bersama – sama datang untuk menyaksikan fenomena alam yang hanya terjadi dua kali setahun, tepatnya setiap tanggal 21 – 23 Maret dan 21 – 23 September. Dan kota Pontianak sudah rutin mengadakan acara tersebut setiap tahunnya.


Pada ketika kulminasi terjadi, bayangan tugu yang berada di Komplek Tugu Khatulistiwa Pontianak akan hilang selama beberapa detik saat matahari berada sempurna di atas. Tidak hanya tugu saja, benda – benda lain di sekeliling juga mengalami insiden serupa. Peristiwa ini akan terjadi umumnya terjadi pada tengah hari atau kurang lebih pada pukul 12 siang.


Menurut Dewi Savitri yang merupakan Direktur Eksekutif Badan Promosi Pariwisata Kota Pontianak (BP2KP), untuk menyemarakkan fenomena kulminasi di Kota Pontianak, dilangsungkan beberapa program seperti parade tarian sekaligus selaku ajang penawaran khusus Pesona Kulminasi Matahari 2019. Selain mengadakan edukasi wacana kulminasi, ada banyak aktivitas yang dijalankan di Tugu Khatulistiwa Pontianak, salah satunya yakni mendirikan telur mentah di tempat Tugu Khatulistiwa pada saat kulminasi sedang berjalan. Tidak hanya itu saja, para hadirin juga bisa mengabadikan moment di mana mampu bangun di bagian bumi utara dengan selatan dalam satu kawasan.


Sejarah Tugu Khatulistiwa Pontianak


Berbicara mengenai Tugu Khatulistiwa, selain menjadi ciri khas kota Pontianak ternyata ada sejarah mempesona ihwal bangunan tersebut. Pada tahun 1928, dikala itu terdapat rombongan ekspedisi internasional yang berasal dari Belanda tiba di kota Pontianak. Rombongan tersebut datang dengan tujuan untuk menetapkan titik khatulistiwa di tempat tersebut. Pada tahun 1930, tugu khatulistiwa disempurnakan dengan melaksanakan penambahan bentuk lingkaran pada bab atas tugu. Tugu tersebut disempurnakan kembali dengan menggunakan kayu belian yang ialah kayu khas Kalimantan Barat pada tahun 1938 yang dikala itu mempunyai tinggi 4,4 meter.


Hingga pada tahun 1990, dibuatlah sebuah kubah dengan duplikat dari tugu asli di mana ukuran dari duplikat tugu mempunyai ukuran 5 kali lebih besar dari yang tugu orisinil. Akan tetapi kedua tugu tersebut sama – sama mempunyai goresan pena plat di bawah akan panah yang digunakan selaku isyarat letak Tugu Khatulistiwa pada garis bujur timur. Tugu Khatulistiwa didirikan pada tanggal 21 September 1991 oleh Gubernur Kalimantan Barat dikala itu, Parjoko Suryokusumo. Saat ini, Tugu Khatulistiwa dilindungi oleh pasal 26 UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.


Itulah tadi klarifikasi tentang salah satu fenomena alam kulminasi matahari. Kita selaku warga Indonesia telah sepatutnya gembira bahwa Indonesia mempunyai kota Pontianak yang menjadi salah satu kota yang mengalami fenomena alam yang belum pasti bisa ditemukan di daerah lain. Semoga informasi di atas mampu berfaedah untuk Anda.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon