Rabu, 01 Juli 2020

Karakteristik Gunung Tangkuban Parahu Hingga Fakta-Faktanya

Kenampakan alam milik Indonesia senantiasa memperlihatkan keindahan serta kebanggan tersendiri bagi siapa pun yang melihatnya. Kenampakan alam tersebut mampu dimulai dari dasar maritim sampai puncak tertinggi di Indonesia. Bagi seorang pecinta alam sejati, potensi untuk mengeksplor kekayaan Indonesia tersebut pasti dihentikan terlupakan begitu saja. Ada banyak cara yang bisa dikerjakan untuk mencicipinya, salah satunya yakni dengan melakukan pendakian ke gunung.


Tidak dibantah lagi jikalau Indonesia memiliki banyak gunung. Beberapa di antaranya termasuk ke dalam gunung berapi, seperti Anak Gunung Krakatau, Gunung Bromo, Gunung Sinabung dan lain sebagainya. Sebagian besar gunung berapi banyak ditemukan di Pulau Sumatera, Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Barat. Hal ini berhubungan dengan posisi cincin api atau ring of fire berada di sekitar pulau – pulau tersebut. Namun begitu eksistensi gunung api tersebut justru menawarkan pesona tersendiri bahkan di antaranya dijadikan sebagai objek wisata. Salah satu objek rekreasi bertema gunung berapi yang pantas dikunjungi ialah Gunung Tangkuban Parahu. Nah kali ini akan dijelaskan tentang karakteristik dari Gunung  Takuban Parahu. Mari disimak!


Karakteristik Gunung Tangkuban Parahu


Gunung Tangkuban ParahuHampir sebagian besar gunung yang ada di Indonesia tergolong ke dalam klasifikasi gunung berapi, termasuk Gunung Tangkuban Parahu. Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung berapi aktif yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Gunung ini termasuk ke dalam jenis gunung stratovulcano yakni dengan pusat erupsi gunung berpindah dari timur ke barat. Selain itu, gunung ini juga memiliki ketinggian sekitar 2.084 m di atas permukaan maritim.


Karena tergolong gunung api yang masih aktif sampai saat ini tak aneh bila Gunung Tangkuban Parahu masih mengeluarkan material – material seperti batuan dan pasir dari dalam perut bumi. Sebagian besar jenis batuan yang dikeluarkan oleh Gunung Tangkuban Parahu berwujud lava dan juga welirang. Namun, saat gunung tidak sedang mengalami erupsi, material yang dikeluarkan berbentukuap welirang atau sulfur. Uap tersebut dikelola dan banyak dimanfaatkan untuk bahan baku industri, sehingga tak heran jika di sana banyak didapatkan penambang welirang.


Disekitar Gunung Tangkuban Parahu banyak ditumbuhi pepohonan pinus yang cukup rimbun. Tidak cuma itu saja, tidak jauh dari daerah Gunung Tangkuban Parahu banyak dikerjakan budidaya perkebunan teh. Hal ini didukung oleh suhu di daerah tersebut meraih 17 derajat celcius pada siang hari dan 2 derajat celcius di malam hari. Kawasan Gunung Tangkuban Parahu berada di bawah pengawasan Direktorat Vulkanologi Indonesia dan dikontrol oleh Perum Perhutanan.


Sejarah Gunung Tangkuban Parahu


Jika kita mengatakan perihal sejarah Gunung Tangkuban Parahu tidak akan terlepas dari legenda Sangkuriang. Di dalam legenda tersebut bercerita tentang seorang pemuda bernama Sangkuriang yang jatuh cinta kepada seorang dayang berjulukan Sumbi. Diketahui bila Dayang Sumbi yaitu ibu dari Sangkuriang dan sudah pasti beliau menolak untuk menikah dengan anaknya. Dayang Sumbi berencana untuk menggagalkan rencana akad nikah tersebut dengan memberikan syarat terhadap Sangkuriang untuk menciptakan sebuah bahtera dan juga telaga dalam waktu semalam. Namun usaha yang dikerjakan oleh Sangkuriang gagal, karena marah beliau kemudian menendang bahtera buatannya tersebut hingga terbalik dan menjelma Gunung Tangkuban Parahu yang mempunyai arti perahu yang terbalik.


Secara ilmu geologi dan vulkanologi Gunung Tangkuban Parahu termasuk ke dalam gunung sunda purba. Gunung Sunda pernah mengalami erupsi pada kurun prasejarah hingga sisa dari letusan gunung tersebut terbentuklah beberapa gunung mirip Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Bukit Tunggal, dan Gunung Burangburang. Oleh alasannya adalah Gunung Tangkubab Parahu termasuk gunung api yang masih aktif, maka gunung tersebut masih diawasi oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Aktivitas gunung mampu dikenali dari hadirnya gas sulfur dan juga beberapa sumber air panas yang terdapat di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Salah satu sumber mata air panas tersebut berada di tempat Ciater, Subang.


Keberadaan Gunung Tangkuban Parahu juga memiliki hubungan dengan topografi Bandung. Menurut pada mahir, Bandung ialah suatu cekungan atau danau yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung di segi – sisinya. Hal ini juga memperkuat teori bahwa dahulu terdapat sebuah telaga besar yang ketika ini menjelma Bandung. Penjelasan tersebut diperkuat oleh andal geologi menyatakan jikalau dataran tinggi Bandung yang berada di ketinggian 709 meter di atas permukaan maritim yaitu sisa dari danau besar yang berasal dari pembendungan Ci Tarum balasan adanya letusan gunung api purba.


Fakta – Fakta Gunung Tangkuban Parahu



  1. Gunung Tangkuban Parahu tergolong salah satu gunung berapi yang masih aktif hingga ketika ini. Meskipun aktif, keberadaannya tidak membuat gunung tersebut sepi dikunjungi oleh para wisatawan baik yang berasal dari Bandung maupun dari luar Bandung.

  2. Sumber mata air panas yang terletak tidak jauh dari tempat Gunung Tangkuban Parahu. Jika ditotal sumber air panas tersebut berjumlah sekitar 10 buah. Perlu dikenang bahwa tidak semua sumber air panas tersebut kondusif untuk dikunjungi, jadi dibutuhkan seorang pemandu ketika mengujungi kawasan tersebut supaya menghindari hal – hal yang tidak diinginkan.

  3. Gunung Tangkuban Parahu pertama kali meletus sekitar tahun 1829 yang saat itu erupsi batu dan abu keluar dari kawah Ratu dan Domas.

  4. Dilihat secara geologis, terdapat sisa – sisa danau purba (dikala ini berjulukan Bandung) yang mempunyai usia sekitar 125 ribu tahun. Danau tersebut mengering sejak 16.000 tahun yang kemudian.

  5. Sebelum terbentuk Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Sunda purba meletus sebanyak dua kali dengan tipe letusan Plinian. Letusan pertama terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu sedangkan untuk letusan kedua terjadi sekitar 55.000 – 50.000 tahun yang kemudian. Letusan kedua inilah yang mengakibatkan runtuhnya kaldera milik Gunung Sunda Purba sampai risikonya terbentuk Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangburang dan Gunung Bukit Tunggul.

  6. Diperkirakan ketika terjadi letusan kedua pada Gunung Sunda Purba, Homo sapiens atau insan purba telah menempati dataran tinggi Bandung. Hal ini berkaitan dengan adanya ditemukannya fosil Manusia Jawa yang hidup sekitar 50.000 tahun yang kemudian.

  7. Pada tanggal 28 Juli 2019 terjadi erupsi Gunung Tangkuban Parahu yang menggegerkan para pelancong dan warga sekitar.


Itulah karakteristik dari Gunung Tangkuban Parahu. Semoga berguna.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon