Kamis, 02 Januari 2020

Cultural Appropriation: Pemahaman, Masalah, Dan Dampaknya


Tidak hanya mempunyai ribuan pulau saja, negara Indonesia juga populer sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai budayanya dan tersebar dari Sabang hingga Merauke. Hal ini yang menciptakan negara Indonesia terlihat unik dan berlainan dari negara yang lain.





Namun di tengah keanekaragaman budaya yang dimilikinya, ternyata terdapat suatu isu yang cukup sensitif bagi masyarakat Indonesia adalah perihal cultural appropriation. Isu mengenai cultural appropriation cukup banyak dibahas beberapa tahun belakangan ini, dan tidak hanya di Indonesia saja tetapi juga negara-negara lain di seluruh dunia.





Meskipun demikian, ternyata masih banyak orang yang belum tahu dan mengerti apa itu cultural appropriation tersebut. Untuk itu pada pembahasan kali ini akan diterangkan apa itu cultural appropriation dengan beberapa pola yang pernah terjadi.





Pengertian Cultural Appropriation





Menurut jurnal ilmiah karya Jaja Grays, cultural appropriation atau apropriasi budaya ialah sebuah perbuatan yang mengacu pada meminjam atau mencuri budaya yang berasal dari kelompok minoritas untuk dipakai sebagai keuntungan eksklusif.





Pengertian lain perihal cultural appropriation adalah sebuah konsep untuk menyebutkan bagi seseorang yang meminjam atribut budaya lain, dan dalam hal ini anggota budaya dominan meminjam budaya dari minoritas.





Tidak sedikit yang berpendapat jika cultural appropriation bukanlah bentuk apresiasi, melainkan sebagai salah satu bentuk perampasan dari budaya lain. Bahkan ada menilai bila langkah-langkah tersebut dinilai tidak menghormati sebuah budaya asli dan ialah wujud penindasan.





Meskipun pada kenyataannya banyak orang kurang menyadari hal tersebut. Mereka yang membuat suatu penemuan atau kreasi yang lain tanpa sadar sudah melaksanakan perpaduan budaya.





Tidak heran kalau cultural appropriation dianggap selaku langkah-langkah yang semestinya tidak dikerjakan. Hal ini mengacu pada suatu budaya segalanya mesti berhubungan dengan kelompok menurut pada etnis, agama, lingkungan sosial, dan juga letak geografis.





Ada beberapa hal yang mempunyai kecendrungan untuk dijadikan sebagai cultural appropriation, mulai dari hak milik intelektual, menari, artefak, fashion (mode dan busana), musik, bahasa, masakan, dekorasi, obat, gaya rambut, make up, tato, dan juga praktek kesehatan.





Saat ini perkembangan teknologi khususnya komunikasi sudah membuat siapa saja di seluruh dunia mampu terhubung dengan mudah. Sehingga banyak orang dengan gampang mengakses lebih banyak informasi dari negara-negara lain, tergolong tentang budayanya.





Tidak heran jikalau wangsit, plagiarisme, serta eksotisme suatu budaya dan suku menjadi tidak terperinci batasannya. Hal tersebut tentunya menjadi dilema oleh banyak pihak dan terus terjadi setiap tahunnya.





Kasus Cultural Appropriation





Dunia fashion menjadi salah satu yang paling kerap mengalami cultural appropriation. Salah satu desainer asal negara Perancis, Isabel Marant yang terkenal akan desain baju gaya bohemian.





Isabel menciptakan rancangan blus miliknya identik dengan blus orisinil bangsa Meksiko. Padahal blus dari Meksiko tersebut sudah ada dan dikenakan oleh para wanita Meksiko sejak ratusan tahun lalu.





Kasus lain yang dialami oleh selebriti, mirip Agnez Mo yang pernah mengubah gaya rambut kepang serta menggelapkan kulit agar terlihat seperti wanita Afrika. Agnez Mo tidak tinggal membisu, ia menjelaskan jikalau kepangan rambut miliknya diadopsi dari gaya rambut wanita Papua dan lebih dikenal dengan istilah anyam rambut.





Penyanyi Selena Gomez juga pernah mengalami tuduhan dikala dirinya bernyanyi di atas panggung pada tahun 2013. Dia menerima kritik karena mengenakan gaun berwarna merah serta dekorasi kalung khas negara India beserta bindi di dahi.





Kasus lainnya mirip orang Amerika Serikat tabu untuk menyebut kata ‘negro’ atau ‘nigga’, terutama bagi orang kulit putih yang jumlahnya secara umum dikuasai di AS. Kata tersebut dianggap sungguh ofensif dan mempunyai makna jelek kalau diucapkan oleh bangsa Aryan, yang jikalau dilihat dalam sejarah pernah memperlakukan ras lain (utamanya kulit hitam Amerika) selaku penduduk kelas rendah.





Contoh lain di Indonesia yaitu kemunculan Nagita Slavina sebagai Duta PON XX Papua. Kasus cultural appropriation muncul dikala Arie Kriting menyampaikan jika kemunculan Nagita Slavina sebagai Duta PON XX Papua dapat menimbulkan cultural appropriation. Menurutnya perempuan Papua yang semestinya merepresentasikan sosok wanita Papua bekerjsama.





Dampak Cultural Appropriation





Masalah mengenai cultural appropriation dianggap cukup penting untuk diamati alasannya adalah terlalu sensitif bagi beberapa orang tergolong anggota budaya. Kesensitifan kepada cultural appropriation juga dipengaruhi oleh sejumlah konteks.





  1. Adanya cultural appropriation membuat orang gampang untuk memperlihatkan cinta kepada budaya tertentu, akan namun tetap berprasangka terhadap pihak lain. Tindakan cultural appropriation juga mengakibatkan segala sesuatu tampakhebat untuk orang kulit putih, tetapi menjadi terlihat etnik bagi orang dengan kulit selain putih.
  2. Cultural appropriation memungkinkan pelaku memperoleh laba dari pemilik budaya itu sendiri. Tidak jarang cultural appropriation melestarikan streotip rasis serta menyebarkan kebohingan massal tentang sebuah budaya yang terpinggirkan.
  3. Meskipun begitu cultural appropriation juga mempunyai dampak faktual yaitu menghindari adanya sikap mencemooh atau merendahkan budaya lain serta mencar ilmu untuk menghargai hingga melestarikannya.


Sumber ty.com

This Is The Oldest Page


EmoticonEmoticon