Makalah Tujuan dan Kedudukan Penciptaan Alam Semesta
Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif Islam, alam semesta yaitu segala sesuatu selain Allah swt, oleh sebab itu, alam semesta bukan cuma langit dan bumi saja, namun meliputi semua yang ada, baik mencakup hal yang konkrit dan yang absurd atau yang tidak dapat diamati oleh penginderaan insan. Dimana dibagi menjadi dua alam, adalah alam syahadah dan alam ghaib. Dimana alam semesta ini memiliki kedudukan dalam pandangan filsafat pendidikan islam, yaitu sebagai guru bagi insan, dan juga selaku tanda dari keberadaan dan kekuasaan sang pencipta. Begitu juga dengan manusia, selain Allah menciptakan alam, Allah juga menciptakan insan, yang mana akan berperan sebagai pemimpin atau pengendali dari alam semesta yang sudah diciptakan oleh Allah. Dan dalam persepsi filsafat pendidikan islam, insan diciptakan memiliki kedudukan tertentu, yaitu selaku khalifah di tampang bumi, sebagaimana Allah berfirman dalam surah Al-baqarah ayat 30 – 32. Dimana kedudukannya bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari segala apa yang ada di tampang bumi ini. Dimana semua itu tergantung pada budbahasa dan logika ( ilmu ) nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Penciptaan Alam Semesta
Allah menegaskan bahwa Dia tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada diantara keduanya secara main-main, kecuali dengan al-haq.[1] Itu bermakna bahwa tidak ada ciptaan Allah, sekecil apapun ciptaan itu, yang tidak mempunyai arti dan makna, apa lagi alam semesta yang terbentang luas ini.
Dalam persfektif islam, tujuan penciptaan alam semesta ini intinya yaitu sarana untuk menghantarkan insan pada pengetahuan dan pembuktian ihwal keberadaan dan kemahakuasaan Allah.[2] Secara ontologis, adanya alam semesta ini mewajibkan adanya zat yang mewujudkanya. Keberadaan langit dan bumi mewajibkan adanya sang pencipta yang menciptakan keduanya. Keberadaan alam semesta ialah petunjuk yang sungguh terperinci, perihal adanya eksistensi Allah selaku Tuhan maha pencipta. Karenanya, dengan mempelajari alam semesta, manusia akan sampai pada pengetahuan bahwa Allah yaitu zat yang membuat Alam semesta.
Alquran secara tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan Alam semesta ialah untuk memperlihatkan terhadap manusia tanda-tanda keberadaan kekuasaan Allah. Disampig sebagai sarana untuk menghantarkan insan akan eksistensi dan keMaha kekuasaan Allah, dalam presfektif islam, alam semesta beserta segala sesuatu yang berada didalamnya diciptakan untuk insan.[3] Dan fungsi positif alam semesta yaitu fungsi rubbubiyah yang diciptakan Allah kepada manusia, sehingga alam ini akan murka manakala insan bertindak serakah dan tidak bertanggung jawab.[4]
B. Kedudukan Alam Semesta
Allah sebagai pencipta, pemilik kasih dan sayang untuk segenap makhluk-Nya alam ini sebagai bukti dari kasih sayang Allah untuk insan. Karna alam semesta diciptakan untuk manusia, maka Allah telah menundukkan bagi mereka untuk kepentingan insan. Allah menundukan apa yang ada dilangit dan bumi. Dialah yang membuat lebih mudah alam ini bagi insan dan menjadikannya selaku kawasan tinggal yang lezat untuk didiami.[5] Agar insan mudah mengetahui alam semesta, maka Allah menciptakan ukuran atau ketentuan yang niscaya ( sunnah Allah). Pada alam semesta, sehingga ia bersifat fredichtable. Kemudian, supaya manusia gampang mengetahui dan berinteraksi dengan alam semesta ini, maka Allah menciptakan dengan derajat yang lebih rendah dibanding insan. Untuk itu, insan dihentikan tunduk kepada alam semesta, namun harus tunduk terhadap Allah, Tuhan yang sudah membuat dan menundukan alam ini buat mereka.
Meskipun alam semesta ini diciptakan untuk insan, namun bukan bermakna manusia dapat berbuat sekendak hati didalamnya. Hal ini mempunyai arti bahwa kekuasaan manusia pada alam semesta ini bersifat terbatas. Manusia hanya boleh mengolah dan mempergunakan alam semesta ini sesuai dengan iradah atau harapan Tuhan yang sudah mengamanahkan alam semesta ini kepada manusia. Memang, sebagai khalifah Allah telah memberikan mandat terhadap manusia untuk menertibkan bumi dan segala isinya. Demikianpun, kekuasaan seorang khalifah tidaklah bersifat mutlak, alasannya kekuasaannya dibatasi oleh pemberi amanah kekhalifahan itu, adalah Allah.[6]
Dalam persepektif pendidikan Islam, alam yakni guru insan. Kita semua wajib belajar dari perilaku alam semesta yang tunduk mutlak pada aturan-hukum yang sudah ditetapkan Allah. Tidak terbayangkan oleh kita semua manakala alam berprilaku diluar aturan-hukum Allah, alam melanggar sunahnya. contohnya Gunung meletus menyemburkan api, matahari terbit dan turun ke bumi, bintang-bintang berjatuhan, pohon-pohon tumbang, lautan meluap, ombak memukul, terjadi badai, dan bumi berhenti berputar. Pelajaran apa yang dapat diambil dari kejadian demikian ?
Demikian pula, manusia yang tidak mau mencar ilmu dari konsistensi kehidupan alam, sifatnya berubah bagaikan hewan, saling menipu dan lain lain. Rusaknya kehidupan alam disebabkan oleh prilaku insan yang tidak mau berguru dari alam semesta. Alam semesta ini dapat dijadikan guru yang bijaksana. Belajar dari alam semesta yaitu tujuan hidup manusia dan secara filosofis, dimana kedudukan alam semesta bagaikan guru dengan muridnya. Makara, mampu ditarik kesimpulan bahwa kedudukan alam semesta dalam perspektif filsafat pendidikan islam adalah selaku guru yang mengajar kepada insan untuk bertindak sesuai dengan hukum yang sudah digariskan Tuhan.
BAB III
PENUTUP
Kedudukan alam semesta dalam perspektif filsafat pendidikan Islam yaitu alam selaku guru bagi insan, dan selaku tanda dari kekuasaan Allah. Sedangkan kedudukan manusianya ialah sebagai khlaifah yang akan mengendalikan atau mengorganisir alam ini, yang tentunya mesti disertai dengan ilmu dan doktrin. Tanpa adanya ilmu dan kepercayaan, bagaimana mampu insan mampu menertibkan dan mengurus alam ini untuk keperluan hidup manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau aturan Allah. Dimana di dalam Alquran dan hadist, banyak menerangkan ihwal pentingnya menuntut ilmu, sehingga kedudukan ilmu ini sangat tinggi bagi insan, dimana ilmu ini hadirnya dari Allah swt. Sehingga dengan adanya ilmu, insan dapat mencari kebenaran. dapat membedakan antara baik dan jelek, dan juga dapat membedakan derajat insan.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-saibani,Omar Mohd. Al-Thoumiy, Filsafat Pendidikan Islami.1979.jakarta: Bulan Bintang
- Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami.2008.Bandung: Citapustaka media perintis
- Basyir,Ahmad Azhar, Refleksi Atas Persoalan Keislaman.1994.Bandung:Mizan.
- Basri,Hasan, Filsafat pendidikan Islam.2009.Bandung: Pustaka Setia
- Masruri,Hadi dan Rossidi, Imran, Filsafat Sains dalam Alquran.2007. Malang: UIN Malang Press.
- Naik,Zair dan Gary Miller, Keajiban Al-quran Dalam Telaah Sains Modern.2008.Yogyakarta: Media Ilmu.
- Syafaruddin, Filsafat Ilmu.2008.Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
- Syarqawi,Effat Asy ,Filsafat Kebudayaan Islami. 1985.Bandung: pustaka.
__________________________
[1] Lihat Q.S, Al-Dukhan (44):38-39
[2] Effat Asy-Syarqawi ,Filsafat Kebudayaan Islam (Bandung;pustaka,1985) h.222.
[3] Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan IslamI (Bandunng: ciptapustaka media perintis,2008), h.8-9
[4] Hasan Basri, Filsafat pendidikan Islam ( Bandung : Pustaka setia, 2009 ) h. 21 - 25
[5] Lihat Q.S, Al-nahl (16): 80-81
[6] Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman (Bandung: Mizan,1994), h.48
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com
EmoticonEmoticon