Selasa, 06 Oktober 2020

Makalah Tafsir Tematik (Maudhui)

BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Tafsir Tematik (Maudhui)

Tafsir tematik yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara penafsiran sesuai dengan tema atau judul dilema. Tafsir tematik ialah ilmu yang mengkaji secara tematik atau khusus sesuai dengan tema yang menjadi masalah. tafsir tematik memberikan keringan bagi seseorang yang ingin mengkaji tafsir dan tafsir tematik akan memudahkan kajiannya. makalah ini khusus membahas perihal tafsir tematik serta keterkaitan dilema yang lain.

Alquran selaku kumpulan kalam Allah yang diturunkan dalam bentuk wahyu terhadap Nabi Muhammad saw yang berfungsi selaku petunjuk (huda) dan fatwa hidup bagi ummat manusia di dunia mau pun di darul baka. Kesemuannya itu mampu diwujudkan bila kandungan aliran Quran mampu diketahui oleh manusia itu sendiri yang berikutnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kerangka mengerti Quran upaya yang dilaksanakan yaitu lewat penafsiran-penafiran. Dengan cara ini dibutuhkan segala kandungan makna Alquran yang masih terselubung dalam teks (lafaz) mampu terbuka sehingga menjadi sesuatu yang jelas.

Bila ditinjau dari sudut pandang sejarah penafsiran Alquran pastinya bervariasi metode serta bentuk dalam penafsirannya. Para ulama telah membagi metode penafsiran Alquran kepada empat sistem, adalah : tata cara tahlili (analitik), metode ijmal³ (umum), metode muqar³n (komparasi), dan tata cara Maudhui (tematik)

Maka dalam Makalah yang sederhana ini penulis menjajal untuk menyajikan satu di antara empat sistem Tafsir tersebut, yakni metode Mau«ui (tematik) dan penulis menghidangkan dari segi Maknanya, sejarah, bentuk, langkah-langkah yang ditempuh, keistemewaan dan keterbatasannya.

BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Tafsir Tematik (Maudhui)

A. Pengertian Tafsir Tematik
Banyak pengertian yang dapat diberikan terhadap Tafsir Maudhui. secara etimologi Mau«’i mempunyai arti tema atau obrolan. Menurut Ali Hasan Al-Aridh, Tafsir Maudhui adalah suatu sistem yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan jalan mengumpulkan seluruh ayat-ayat Quran ynag berbicara tentang suatu pokok pembicaraan atau tema (Mau«’i) yang mengarah terhadap satu pemahaman atau tujuan.

Al-Farmawi juga memberikan pengertian wacana kepada Tafsir Maudhui adalah suatu metode mengumpulkan ayat-ayat Quran yang mempunyai kesamaan tema dan arah serta menyusunnya berdasarkan turunnya ayat-ayat tersebut, kemudian merangkainya dengan informasi-keterangan serta mengambil sebuah kesimpulan.

Sedangkan menurut Zahir bin Awadh, Tafsir Maudhui yaitu : suatu sistem pengeumpulan ayat-ayat Alquran yang terpisah-pisah dari banyak sekali surat dalam Quran yang berafiliasi dengan opik (tema) yang sama baik secara lafa§ Maupun Hukum, dan menafsirkannya sesuai dengan tujuan-tujuan Quran.

Sementara itu Baqir Al-Sadr memperlihatkan pengertian, bahwa Tafsir Maudhui ialah : sebuah sistem Tafs³r yang berusaha mengumpulkan ayat-ayat Alquran dari berbagai surat dan yang berkaiatan pule dengan masalah atau tema yang ditetapkan sebelumnya, kemudian membicarakan dan mengnalisa kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.

Dari berbagai pemahaman yang dikemukakan tersebut diatas, maka mampu diambil sebuah kesimpulan bahwa Tafsir Maudhui adalah suatu sistem penafsiran Alquran dimana para mufassir berupay menghimpun ayat-ayat Quran dari aneka macam surat yang mempunyai kesamaan tema, sehingga mengarah terhadap sebuah pemahaman dan tujuan yang serupa pula.

B. Sejarah Tafsir Maudhui
Pada dasarnya kita tidak dapat menentukan secara pasti permulaan kelahiran metod Tafsir Maudhui ini dalam pemahaman seperti kita ketahui kini. Karena intinya walaupun corak penafsiran mirip ini sudah dapat ditemukan pada penafsir-penafsir klasik, namun ungkapan Tafsir Maudhui belum popular untuk mereka gunakan.

Akan namun Zahir bin Awadh Al-Alamiy menyebutkan, sehabis melkukan pengaMatan pada kitabullah dan tema-tema yang terkandung di dalamnya, Maka menjadi terang bahwa didalam kitabullah sendiri sudah terkandung kecenderungan mirip Tafsir Maudhui ini.

Hal ini juga dapat kita pahami bahwa pada Masa pembukuaannya, disamping sistem Tafs³r bercorak biasa (klasik), tata cara Tafsir Maudhui yang mengkaji duduk perkara-persoalan khusus berlangsung beriringan dengannya.

Seperti Ibnul Qayyim menulis kitab At-°ibbiyah Pi aqs±mil Alquran, Abu Ubaidah menulis kitab tentang Majazul Alquran, Ar-Raqib al-Asfahani menyusun Mufrodatul Alquran, Abu Ja’far an-Nahas menulis An-Nasikh wa al-Mansukh dan lain sebagainya.

Sebenarnya kajian-kajian qurani pada era terbaru tidak satupun yang terlepas dari penafsiran sebagian ayat-ayat Alquran.

C. Bentuk Metode Tafsir Maudhui 
Untuk lebih memudahkan kapada pemahaman wacana Tafsir Maudhui ini, maka akan kita kemukakan bentuk-bentuk pendekatan yang dilaksanakan dalam tata cara Tafsir Maudhui ini.

Pertama dengan cara mengambil satu surat dari Quran, lalu surat tersebut dikaji secara eseluruhannya dari awal surat sampai tamat surat, kemudian diterangkan ujuan lazim dan khusus, selanjutnya dicari relasi antara duduk perkara-dilema (tema) yang dikemukakan ayat-ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan sempurna dengan sasaran yang satu pula.

Sebagai acuan dari bentuk pertama tata cara Tafsir Maudhui ini misalnya seorang mufassir mengkaji atau menafsirkan surat Yas³n. berdasarkan kajiannya ia menyimpulkan bahwa surat Yas³n tersebut mampu dibagi dalam tiga bagian yang saling berkaitan, bersambung dan mengarah kepada satu persoalan. Katakanlah dari awal surat sampai pada ayat yang ke-32 mengarah kepada klarifikasi tentang kerasulan Muhammad SAW. Bagian keduanya dari ayat 33 sampai ayat ke 44 menetengahkan wacana dalil-dalil pembuktian atas wujudnya Allah SWT dan keluasan akan ilmuNya. Sedangkan bagian ketiganya dari ayat 45 sampai simpulan menerangkan keadaan dan aneka macam macam peristiwa pada abad terjadinya hari kiamat.

Maka pada tiga bagian dari surat tersebut intinya ialah satu tema, yaitu dorongan untuk beriman terhadap Allah, RasulNya dan Hari Kiamat. Adapun Tafs³r yang masyhr dengan corak tata cara yang pertama ini yakni :

Na§amud ¬oror Fi Tanasibil ²yati Wassuwar.
Oleh : Al-Baqa’i
An-Nabaul ‘A§³m.
Oleh : Dr. Muhammad Abdullah Darraj.

Bentuk kajian yang kedua ialah dngan cara menghimpun seluruh ayat-ayat deri banyak sekali surat Alquran yang mempunyai sasasran yang sama, lalu menyusunnya berdasarkan tertib turunnya, disamping mengenal alasannya adalah-alasannya ayat tersebut diturunkan. Setelah itu barulah menawarkan penjelasan, informasi-informasi, catatan dan juga menetapkan Hukum darinya.

Metode yang kedua inilah yang senantiasa digunakan dalam pengkajian ilmiah tematik. Makara jika kita mendengar ungkapan Tafsir Maudhui maka tidak lain yang dimaksud yakni meneliti satu tema diantara tema-tema Alquran menurut tolok ukur Alquran secara utuh. Maka jikalau kita menyaksikan dari bntuk yang kedua ini, tentunya Tafsir Maudhui ini memberikan rung yang luas bagi para peneliti dari aneka macam disiplin ilmu, sehingga mereka mampu mengungkapkan apa yang berhubungan dengan bidang mereka dalam Quran secara mendalam. Katakanlah contohnya spesialis Hukum maka akan memfokuskan diri pada ayat-ayat yang berkenaan dengan aturan-hukum atau tasyri’, seorang ahli ekonom akan menggarap ayat-ayat yang berkenaan degan ekonomi, keuangan, bikinan, bagi haasil dan juga infaq, demikian pula mirip andal perbintangan, pendidikan dan aneka macam spesialisasi lainnya.

D. Langkah-Langkah Yang di Tempuh
Ada beberapa langkah yang mesti ditempuh bagi seorang mufassir dalam memakai tata cara Tafsir Maudhui ini, yaitu :

Tentukan apalagi dahulu duduk perkara/topic (tema) yang mau dikaji, untuk memutuskan masalah ini direkomendasikan menyaksikan “Kitab Tafs³r Quran Al-Karim karya sekelompok orientalis yang diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Al-Baqi.

Inventarisir (himpun) ayat-ayat yang berkenaan dengan tema/topic yang sudah ditentukan, (selain dibantu kitab diatas, dapat pula di baca Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Al-Fa§il Quran “karangan M. Fuad Al-Baqi”.

Rangkai urutan ayat sesuai dengan masa turunnya baik Makiyah maupun Madaniyahnya, hal ini dapat juga dilihat pada “al-Itqon” karya Al-Suyu¯I dan “Al-Burh±n” karya Al-Zarkasyi.
  • ketahui korelasinya (munasabahnya) ayat-ayat dalam masing-masing suratnya.
  • Susun bahasan didalam kerangka yang sempurna, sistematis, tepat dan utuh.
  • Lengkapi bahasan dengan Hadis. Sehingga uraiannya menjadi terang dan makin sempurna.
Pelajari ayat-ayat tersebut secara sistematis dan menyeluruh dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang mengandung pemahaman yang serupa, menyesuaikan antara pemahaman yang biasa dan yang khusus, antara Mu¯allaq dan Muqayyad, atau ayat-ayat yang tampaknya pertentangan, sehingga semua bertemu dalam satu muara sehingga tidak ada pemaksaan dalam penafsiran.

Adapun rumusan langkah-langkah yang ditempuh dalam sistem Tafsir Maudhui yang dikemukakan oleh Ali Hasan al-Aridh antara lain :
  • Himpun seluruh ayat-ayat Quran yang terdapat pada seluruh surat yang berhubungan dengan tema yang hendak dikaji.
  • Tentukan urutan ayat-ayat yang dihipun itu sesuai dengan masa turunnya dan mengemukakan alasannya-karena turunnya bila hal itu dimungkinkan.
  • Jelaskan munasabah antara ayat-ayat itu pada masing-masing suratya dan kaitkan antara ayat-ayat tersebut dengan ayat-ayat yang ada sesudahnya.
  • Buat sistematika kajian dalam kerangka yang sistimatis dan lengkap dengan outlinenya yang meliputi semua segi dari tema kajian tersebut.
  • Kemukakan Hadis-Hadis Rasulullah SAW yang mengatakan tentng tema kajian serta pertanda derajat Hadis-Hadis tersebut untuk lebih meyakinkan terhadap orang lain yang memperlajari tema itu.
  • Rujuk terhadap kalam (istilah-ungkapan Bangsa Arab dan syair-syair mereka) dalam menerangkan lafa§-lafa§ yang terdapat pada ayat-ayat yang mengatakan wacana tema kajian dalam menjelaskan maknanya.
  • Kajian terhadap ayat-ayatyang berbicara ihwal tema kajian dilaksanakan secara Mau«’i kepada segala segi dan kandungannya, bail lafa§ ‘Am, Khas, muqayyad, mu¯allaq, syarat, jawab, Hukum-hukum fiqih, nasakh dan Mansukh (bila ada), komponen balaghoh dan I’jaz, berusaha menggabungkan ayat-ayat lain yang diduga kontradiktif dengannya atau dengan Hadis-Hadis Rasulullah SAW yang tidak sejalan dengannya, menolak kesamaran yang sengaja ditaburkan oleh pihak-pihak musuh Islam, juga menyebut berbagai macam qira’ah, menerapkan makna ayat-ayat terhadap kehidupan penduduk dan tidak menyimpang dari sasaran yang dituju dalam tema kajian.
Kedua prosedur atau tindakan di atas, meskipun dikemukakan dengan cara sedikit berlainan namun secara esensial keduanya tentu saling berkaiatan dan saling melengkapi satu sama yang lain, sehingga nampaklah bahwa langkah-langkah tersebut menempatkan penyusunan pembahasan dalam satu kerangka yang sempurna.

Zahir bin Awadh, lebih luas menyertakan tindakan yang harus ditempuh dalam menggunakan metode Tafsir Maudhui antara lain :
  • Menafsirkan ayat-ayat tersebut yang mampu diketahui dari padanya nasihat didatangkannya ayat-ayat yang tersebut dantujuan dari syari’at yang dibawanya.
  • Melahirkan tema tersebut dalam satu bentuk uraian yang sempurna dan lengkap yang berpedoman pada syarat-syarat observasi ilmiah.
Dengan demikian kian jelaslah bahwa dari ketiga pertimbangan tersebut diatas tetap menempatkan unsure tema atau topic sebagi unsure yang pertama dan sungguh diutamakan. Inilah yang menjadi karakteristik metode Tafsir Maudhui yang membedakan dengan Tafs³r yang lain.

Dari banyak sekali langkah yang dikemukakan diatas, maka kita dapat melihat beberapa persamaan dan sedikit perbedaan yang harus ditempuh bagi seorang mufassir dalam memakai metode Tafsir Maudhui ini.

Persamaannya adalah :
  • Bagi seorang mufassir mesti terlebih dahulu menentukan topic yang akan dikaji, lalu mengumpulkan ayat-ayat yang berkenaan dengan tema yang telah ditentukan dan memilih pula urutan ayat sesuai dengan kala turunnya.
  • Menentukan munasabah antara satu ayat dengan ayat lainnya den memilih pula bahasan dalam sebuah kerangka yang tepa dan sistematis yang meliputi semua sisi dari tema kajian.
  • Mengemukakan Hadis-Hadis Rasulullah SAW yang juga pertanda tema yang telah diputuskan.
Sedangkan perbedaannya, terlihat bagi kita bahwa Ali Hasan al-Aridh, ia menyertakan lebih jauuh untuk menjelaskan makna-makna ayat membahas perihal tema kajian yang telah diputuskan, sorang mufassir mesti merujuk terhadap lughot atau syair-syair Arab.

E. Keistimewaan dan Keterbatasan Tafsir Maudhui
Sebagai sebuah metode penafsiran Alquran, Maka metode Mau«’i ini mempunyai beberapa keutamaan yang juga tidak terlepas dari beberapa keterbatasannya.

3. Keistimewaan :
  • Metode ini akan jauh dari kesalahan-kesalahan alasannya adalah ia menghimpun berbagai ayat yang berhubungan dengan satu topic bahasan sehingga ayat yang satu menafsirkan ayat yang lain.
  • Dengan tata cara Mau«’i seseorang mengkaji akan lebih jauh bisa untuk menawarkan sesuatu anutan dan jawaban yang utuh dan sempurna tentang suatu pokok persoalan (tema) yang dikaji.
  • Kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan gampang untuk dimengerti. Hal ini karena ia membawa pembaca kepada isyarat Alquran yangmengemukakan berbagai pembahasan yang jelas dalam satu disiplin ilmu.
  • Dengan metode ini juga dapat mengambarkan bahwa dilema-dilema yang disentuh Alquran buka bersifat teoritis semata-mata atau yang tidak mampu itrapkan dalam kehidupan penduduk . Namun dia dapat menjinjing kita kepada pendapat Alquran ihwal berbagai persoalan hidup yang disertakan pula dengan balasan-jawabannya.
  • Ia dapat mempertegas fungsi Quran selaku kitab suci serta mampu mengambarkan keutamaan-keutamaan Quran.
  • Metode ini memungkin seseorang untuk menolak adanya ayat-ayat yang berlawanan dalam Quran.
4. Keterbatasan
  • Masih memerlukan keterlibatan Tafsir-Tafsir klasik sekalipunn Tafsir Maudhui ini disebut juga Tafs³r canggih terbaru), alasannya adalah tidak ada tata cara Tafsir yang berdikari.
  • Sesuai dengan terminologinya bahwa Tafsir Maudhui ini cuma membicarakan satu topic atau tema dari sekian banyak tema dalam Alquran.
  • Dalam menerapkan sistem ini bukan cuma memerlukan waktu yang panjang namun juga keteguhan, ketelitian, keahlian serta kemampuan akademis.
Jadi metode Maudu’i ini pula pada hakekatnya belum mengemukakan seluruh kandungan ayat Alquran yang diTafs³rkannya. Maka harus dikenang pembahasan yang diuraikan atau didapatkan cuma menyangkut judul yang ditetapkan oleh mufassirnya, sehingga dengan demikian mufassir harus selalu mengenang hal ini supaya ia tidak dipengaruhi oleh kandungan atau kode-arahan yang ditemukannya dalam ayat-ayat tersebut dalam pokok bahasannya.

BAB III
PENUTUP
Makalah Tafsir Tematik (Maudhui)

Secara singkat Tafsir Maudhui dapat diformulasikan sebagai suatu Tafsir yang berupaya mencari tanggapan-tanggapan Quran tetang sebuah masalah dengan jalan menghimpunkan ayat-ayat yang berkaitan dengannya, serta mengecek melalui ilmu-ilmu Bantu yang berhubungan dengan duduk perkara-duduk perkara yang dibahas, sehingga mampu melahirkan konsep-rancangan yang utuh dari Alquran tetang aneka macam persoalan.

Metode yang relative gres dan dianggap positif dalam penafsiran Quran brangkat dari suatu kesatuan yang logis dan saling berhubungan antara satu sama lainnya. Jadi tidak ada satupun pertentangan ayat-ayat Alquran, hal ini makin terang sebagaimana yang ditegaskan pula didalam Alquran itu sendiri. Asumsi dasar ini berhubungan dengan prinsip yang amat masyhur dikalangan mufassir yakni Alquran يفسر بعضه بعضا yakni bahwa sebagian ayat Quran diTafs³rkan dengan ayat yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
  • Al-Aridh,Ali Hasan. Sejarah metodologi Tafsir. Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada, 1994.
  • Al-Farmawiy,Abdul Al-Hayy. Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’i. Kairo : al-¦a«oroh al-‘Arabiyah, 1977.
  • Al-Ma’i,Zahir bin Awadh Dirasat fi al- Tafs³r al-Maudu’I, 1997.
  • Al-Sadr, Muhammad Baqir. Tafsir Mau«’i wa Tafsir Al-Tajzi’i pi Al-Alquran Al-Karim. Beirut : Ta’aruf al-Matb’at, 1980.
  • Al-Qattan,Manna Khalil. Mabahis fi ‘Ulmil Alquran. Raiyadh : Dar al-Ma’bakir, 1973.
  • Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwar. Yogyakarta, 1984.
  • Shihab,M. Quraish. Wawasan Quran. Bandung : Mizan, 1996.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)