Rabu, 21 Oktober 2020

Makalah Pandangan Al-Kindi Perihal Filsafat Agama Dan Al-Nafs

Pendahuluan
” Tuhan menawarkan hikmat terhadap orang yang diharapkan nya dan siapa yang diberi hikmat, maka ia sudah diberi kebaikan yang aneka macam dan cuma orang – orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran” ( QS. Al-Baqarah: 269).

Falsafah atau filsafat yang berarti cinta terhadap pengetahuan. Dengan menyebabkan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidup nya,atau dengan kata lain,orang yang mengabdikan dirinya terhadap pengtahuan. Orang yang cinta wawasan itu disebut “ filsuf “ atau “ filosof”.

Syekh Mustafa Abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata “ filsafat” dikalangan muslim,yakni “ pesan tersirat dan hakim”. Mereka menyatakan hukama-ul-islam atau falasifatul islam[1]. Artinya, ilmu ini hadir didunia islam, tanpa membedakan etnis dan bahasa.

Al-kindi yaitu salah seorang filosof muslim yang pengetahuannya sangat menjelimed. Memadukan filsafat dan agama sama – sama mrncari kebenaran dengan memakai akal. Al-haq al-awwal baginya yakni ilahi. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat perihal yang kuasa. Setelah dewa membuat manusia. Dia tiupkan ruh-nya sehingga manusia hidup,ruh itu sendiri persoalan ilahi. Sementara dengan ruh lah insan menemukan pengetahuan yang bahu-membahu. Dalam persoalan ini penulis kan mencoba membicarakan perihal filsafat yang sebagian filosof muslim mengklaimnya dan bagaimana korelasinya dengan agama apakah sejalan atau tidak. Dan bagaimana persepsi al-kindi tentang ruh tau jiwa apakah jiwa atau ruh itu mati jika jasad sudah amis atau baka dan jika awet dimana dia diposisikan.

B. BIOGRAFI AL- KINDI
Al-kindi yang diketahui sebagai filosof muslim pertama keturunan arab, nama lengkapnya yaitu abu yusuf ya`qup ibn ishaq ibn shabbah ibn imran ibn ismail ibn muhammad ibn al-asy`ats ibn qais al-kindi.[2] Ia berasal dari kabilah kindah, tergolong kabilah terpandang dikalangan penduduk arab dan bertempat tinggal di daerah Yaman dan Hijaz, al-asy`ats termasuk salah seorang sahabat nabi, yang meriwayatkan hadist bareng saad bin abi waqqas. Ikut perang siffin dibawah pimpinan ali ibn abi tholib beliau memegang panji kabilah kindah.[3]

Ia lahir di kuffah sekitar 185 H (801 M ) atau penghujung era ke 8 M dan permulaan abad ke 9 M. ayahnya ialah ishaq ibn al-shabbah melakukan pekerjaan sebagai gubernur daulah abbasiah,pada kala pemerintahan al-mahdi ( 775 – 785 M ) dean Harun Ar-Rasiyd (786 -809 M ). Walaupun orang tuanya meninggal pada usia mudanya namun kehidupannya tergolong tidak mengecewakan, namun beliau tidak angkuh dan manja ia lebih senang belajar seperti halnya al-quran,al-hadis,berhitung dan yang yang lain baik di Basrah maupun di Baghdad.

Kuffah dan basrah, pada kurun ke 2 dan ke 3 H ( 8 dan 9 M ) merupakan dua sentra kebudayaan islam yang maju. Kuffah lebih cenderung terhadap studi – studi aqliah; dan dalam lingkungan iktelektual inilah al-kindi melalaikan kala kecilnya. Dia menghafal al-quran, bahasa arab, kesusastraan, dan ilmu hitung, fiqh dan qalam.tetapi beliau lebih tertarik kepada ilmu pengetahuan dan filsafat, yang pada keduanya beliau mengabdikan seluruh sisa hidupnya.[4] Ia seorang yang sungguh cerdas,sudah banyak menterjemahkan buuku filsafat, menerangkan banyak sekali problem,menyimpulkan aneka macam duduk perkara yang merepotkan dan mengungkapkan dilema yang sukar diketahui. Hal ini sebab dia banyak menguasai ilmu yang meningkat pada waktu di Kuffah dan Baghdad. Seperti kedokteran, filsafat, semantik, giometri, al-jabar, ilmu falq, astronomi, bahkan dia berkemampuan mengubah lagu.[5] Kaprikornus, tidak aneh jika al-kindi seorang ahli dari aneka macam ilmu pengetahuan. Karena beliau hidup pada puncak kejayaan islam pada daulah abbbasiah ( al-amin, 809 – 813 M ; al-Ma`mum, 813 – 833 M ).kemashuran al-kindi hebat sehingga khalifah al-Mu`tashim mengangkatnya sebagai guru langsung putranya ahmad, yang kepadanya ia persembahkan karya – karya pentingnya. Sehingga telah menghiasi kerajaan al-Mu`tashim.

Kelahiran dan akhir hayat al-kindi bergotong-royong tidak ada kevalidan dan siapa yang pernah menjadi gurunya. L.Massignon mengatakan bahwa al-kindi wafatsekitar 246 H (860 M ) . C. Nallino menerka tahun 260 H (873 M ), T.J.de Baer menyebut 257 H ( 870 M ),adapun Mustafa Abd al-Raziq mengatakan tahun 252 H ( 866 H ), dan takut al-Himawi menyebutkan setelah berusia 80 tahun atau lebih sedikit.

C.KARYA – KARYA AL-KINDI
Sebagai seorang filsuf yang sungguh produktif, diperkirakan karya yang pernah di tulis oleh al-kindi dalam aneka macam bidang tidak kurangb dari 270 buah. Dalam bidang filasafat diantaranya ialah :
  • Kitab al-falsafah al-Ddakhilat wa al-Masa`il al-Mantiqiyah wa al-Muqtashah wa ma fawqa al-Thabiiyyah ( perihal filsafat yang diperkenalkan dan masalah – duduk perkara akal dan muskil, serta metafisika ).
  • Kitab al-kindi ila al-Mu`tashim Billah fi al-falsafah al-Ula ( ihwal filsafat pertama ).
  • Kitab Fi Annahu al-Falsafah illa bi` jlm al-Riyadiyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali dengan ilmu pengetahuan dan matyematika ).
  • Kitab fi qashd Aristhathalisfi al-Maqulat (ihwal maksud-maksud Aristoteles dalam kategori- kategorinya).
  • Kitab fi Ma`iyyah al-Ilm wa Aqsamihi (tantang sifat ilmu pengetahuan dan klasifikasinya).
  • risalah fi Hudud al-Asyya`wa Rusumilah ( ihwal definisi benda – benda dan uraiannya ).
  • Risalah fi Annahu jawahir la Ajsam(perihal substansi – substansi tanpa tubuh).
  • Kitab fi ibarah al-jawami` al-Fikriyah(tentang istilah-ungakapan mengenai ide-pandangan baru komprehensif).
  • Risalah al Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah(suatu tulisan filosofis ihwal diam-diam – belakang layar spiritual).
  • Risalah fi al-Ibanah an al-Illat al-Fa`ilat al-Qaribah li al-kawn wa al Fasad(perihal penjelasan mengenai alasannya adalah akrab yang aktif kepada alam dan kerusakannya).
D.FILSAFAT AGAMA AL-KINDI
Falsafat atau filsafat yakni ialah kata yang berasal dari bahasa yunani yakni philosophia sebagai gabungan dari philein yang bermakna” cinta “ dan shoppos yang bermakna “ nasihat “. Kemudian philosophia masuk kedalam bahasa arab menjadi Falsafat yang bermakna cara berfikir berdasarkan kogika dengan bebas, sedalam dalamnya hingga terhadap dasar persoalan.[6]

Dari segi praktisnya berfilsafat berarti “ berfikir “ . filsafat memiliki arti “ alam pikiran “ atau alam berfikir”. Namun demikian tidak semua berfikir berarti berfilsafat.Sidi Gazalba mengartikan “ berfilsafat “ memiliki arti mencari kebenaran untuk kebenaran perihal segala sesuatu yang dimasalahkan,berfikir secara radikal, sistematis,dan universal.[7] Dapatlah dikatakan bahwa intisari filsafat ialah berfikir secara akal dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, kepercayaan dan agama ) dan dengan sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar masalah.

Agama yang mempunyai arti menguasai diri seorang dan membuat dia tunduk dan patuh terhadap tuhan dengan melaksanakan pedoman agama. intisari yang terkandung didalamnya yaitu “ ikatan “. Agama mengandung arti ikatan – ikatan yanag harus dipegang dan dipatuhi manusia. Karena memiliki dampak dalam kegiatan manusia. Dan ikatan itu, memiliki kekuatan gaib yang tak mampu ditangkap dengan panca indra.[8] Oleh karena itu agama diberi defenisi – defenisi selaku berikut:
  • Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia dan dipatuhi.
  • Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yag mengandung akreditasi pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia dan yang menghipnotis perbuatan – perbuatan manusia.
  • Pengakuan kepada adanya keharusan – keharusan yang diyakini bersumber dari sebuah kekuatan gaib dan pemujaan kepada kekuatan mistik yang muncul dari perasaan lemah dan takut kepada kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar insan.
  • Ajaran – pedoman yang diwahyukan tuhan terhadap manusia melalui seorang rasul.[9]
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa bagian yang ada pada agama itu adanya kekuatan mistik,adanya iman kebaikan didunia ini dan hidup diakhirat bergantung dengan kekuatan gaib itu. Dari pengertian diatas mampu dipahami falsafat agama mengandung arti : “ berfikir perihal dasar – dasar agama berdasarkan akal dan bebas”. Pemikiran yang dimaksud mampu mengambil dua bentuk.
Membahas dasar – dasar agama secara analisis dan kritis, tanpa terikat pada pemikiran – ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama.
Membahas dasar – dasar agama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk menyatakan kebenaran pemikiran – aliran agama, atau sekurang – kurangnya untuk menerangkan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika.[10]

Dasar – dasar agama yang dimaksudkan mencakup wahyu, pengantaran Rasul dan Nabi, ketuhanan, ruh insan, keabadian, soal hidup setelah mati dan sebagainya. Akhir dari filsafat dan agama itu adalah “kebenaran”. Filsafat mencari kebenaran dan agama menjinjing kebenaran. Namun demikian kebenaran agama tidak akan dinikmati kecuali oleh orang yang pintar.oleh alasannya adalah itu kebenaran agama mesti digaliagar lebih terang dengan menggunakan logika filsafat.

Filsafat bagi al-kindi adalah wawasan wacana yang benar. Disinilah terdapat persamaan filsafat dan agama.[11]Tujuan agama yakni membuktikan apa yang benar apa yang bagus.demikian halnya filsafat. Agama, disamping wahyu, memanfaatkan akal,dan filsafat juga memakai nalar. Yang benar pertama bagi al-kindi ialah dewa.dan filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang dewa. Bahkan al-kindi berani menyampaikan bagi orang yang menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya terhadap “kafir”, alasannya orang – orang tersebut telah jauh dari kebenaran, walaupun menilai dirinya paling benar.[12] Karena keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga argumentasi: (1) ilmu agama ialah bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan terhadap nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian dan,(3) berdasarkan ilmu, secara logika, ditugaskan dalam agama.

Mengenai kosmologi, al-kindi berpendapat bahwa alam ini dijadikan tuhan dari tiada, allah tidak cuma menimbulkan alam,tetapi juga menertibkan dan mengaturnya,serta menimbulkan sebagiannya menjadi karena lainnya.[13] Artinya, yang asal dan maha sempurna itu,yakni al-khalik sebagai pencipta makhluk, lalu makhluk melahirkan makhluk dan seterusnya sambung – menyambung kebawah ketingkat paling rendah.baginya yang kuasa berada diatas hukum alam, ilahi menjelmakan alam itu mempunyai sebuah sunnah (ketentuan) yang tetap. Sehingga yang satu menjadi sebab timbulnya yang lain.teori ini diketahui selaku perumpamaan emanasi ialah pembahasan perihal asal undangan sesuatu.

E.FILSAFAT AL-NAFS (JIWA) AL-KINDI
Pada sebuah peluang dewa berwacana: “saya membuat menusisa dari lempung anyir, dan lalu berkata terhadap malaikat : “saya ingin menciptakan menusia dari tanah”, dan lalu beliau berkata lagi : “kalau aku sudah tamat membentuknya, barulah saya meniupkan ruh-ku kepadanya”. (QS.al-hijr:29). Apa yang dimaksudkan meniupkan tersebut ?. jika yang dimaksudkan adalah tiupan ( ruh ) yang meninggalkan tuhan dan kemudian bersatu dangan insan, mka pada dasarnya bahwa sungguh dimungkinkan terjadinya pembelahan sifat ilahi. Dan ini tidak akan pernah terjadi : jawabannya mampu digambarkan dengan gambaran perihal matahari. Apabila matahari berkata, “ aku sudah memperlihatkan sinar pada bumi”,maka hal itu benar.

Ruh atau jiwa itu ada dibawah perintah tuhanmu. (Ar-ruhu min amr-i-rabbi). Oleh karena itu, jiwa yang ada dibawah kata perintah,dan logika timbul sehabis melalui tiga tahap (Ahdiyah,Wahdat, dan Wahidiyyat) dan didalam pembatasan.[14] Jiwa atau ruh ini yakni Ruh-I-A`dzam ( Haqiqati Muhammad ) yang ialah tahap wahdah itu sendiri;dan tidak dibawah pembatasan. Walau jiwa itu pribadi adalah sebuah pembatasan, tetapi ia bebas dari materi dan keberadaan, serta dari warna dan bentuk. Ia merupakan pengenal bagi diri dan bukan – diri, tetapi tidak mampu di-indra oleh pancaindra yang ada. Pembatas bagi ruh-I-A`dzam yaitu jiwa – jiwa insan, dan apbila pembatas semacam itu muncul didalam jasad, jadilah dia ruh binatang atau ruh makhluk. Sifatnya sangat halus dan setiap bagian terkecil darinya bertautan dengan partikal jasad. Jiwa inilah yang mendapatkan ganjaran dan siksaan,dan dia pula yang merasakan kenikmatan jasmani.[15]

Menurut al-kindi jiwa merupakan substansi yang berasal dari tuhan. Tidak tersusun, memiliki arti penting, tepat dan mulia.[16] Substansi yang sangat halus, bertabiat mulia dan substansinya ialah sebagian dari substansi Allah.[17] Cahaya dari cahayanya, mirip cahaya dari matahari, juga bersifat independen dari jasmani. Jiwa senantiasa menentang kekuatan syahwat dankemarahan, serta senantiasa menertibkan kedua kekuatan tersebut dalam batas – batasnya dan tidak dibenarkan melampaui kekuatan jiwa itu sendiri. Selain itu jiwa bersifat spritual,ilahiah, terpisah dan berbeda dengan jisim.

Jasad mempuyai sifat hawa nafsu dan amarah. Al-kindi memperbandingkan ihwal keadaan jiwa. Jika kemuliaaan jiwa diingkari dan tertarik dengan kesenangan – kesengan jasmani, al-kindi membandingkan mereka dengan babi, sebab kecakapan apetitip menguasi mereka. Jika dorongan nafsu birahi yang sangat dominan dibandingkan al-kindi dengan anjing. Sedangkan bagi mereka yang menyebabkan nalar selaku tuannya, dibandingkan al-kindidengan raja.[18] Namun demikian, antara jiwa dan jisim, kendatipun berlainan tetapi saling bekerjasama dan saling memberi tutorial. Ini dalah semoga hidup insan itu harmonis dan seimbang. Ketidakseimbangan akan terjadi bila salah satu dari unsur ini berkuasa untuk meraih keseimbangan manusia membutuhkan tuntunan ialah iktikad dan wahyu. Jiwa insan dapat mengenal hakikat – hakikat dan belakang layar – diam-diam alam; bila jiwa itu bersih dari kekuatan – kekuatan jasmaniahnya, disamping senantiasa dalam kondisi berfikir dan mencari. Setelah jiwa berpisah dengan alam jasmani,maka akan mengenali segala bentuk hakikat, atau jiwa akn berada di alam al-haq.[19] Al-kindi berpandapat bahwa jiwa mempunyai tiga daya,[20] yakni:

1. kekuatan nafsu
2. kekuatan tabiat
3. kekuatan nalar

kekuatan akal merupakan kemudi dari dua kekuatan yang lain. Kekuatan apetatif atau al-qawiyyul haasah, adalah kekuatan yang mampu mengenal segala yang mampu dicicipi dan yang nyata. Kekuatan ini tidak dapat membentuk sebuah gambaran, kecuali yang diketahuinya. Seperti mata contohnya,tidak akan dapat mempersepsikan orang yang memiliki tanduk atau sayap.

Kekuatan rasa dimiliki juga oleh hewan, yang fungsinya cuma mengenal bentuk gambar yang parsial. Seperti gambar wacana warna, bentuk – bentuk gambar, rasa makan, bunyi, bau dan rasa sentuhan.

Kekuatan irascible yaitu kekuatan murka yang dapat menggerakkan urat – urat untuk melakukan perbuatan pelanggaran atau kesalahan, dan termasuk didalam yakni kekuatan syahwat. Dan kekuatan cognitive faculty adalah kekuatan yang mampu memperlihatkan terhadap pengetahuan wacana bentuk (persepsi) sesutu, tanpa wujud materi. Yakni, setelah hilangnya benda yang dipersepsikan dari pancaindra kita. Kekuatan jiwa ini berfungsi, baik pada dikala manusia dalam kondisi sadar ataupun dalam keadaan tidak sadar (tidur).[21] Keistimewaan dari kekuatan ini mampu membentuksebuah persebsi, mirip mempersepsikan suatu gambar insan dengan kepala singa. Kekuatan ini juga mampu menghapal atau menyimpan segala bentuk persepsi yang sudah diterimanya.

Al-kindi meyakini kekalnya jiwa. Menurutnya, tidak smeua jiwa pada dikala meninggalnya jasmani menuju ketempatnya. Karena, ada sebagian jiwa manusia tidak berpisah dengan benda – benda (tubuh), seperti jiwa sesutu yang jelek akan menuju ke alam falaki, mirip ke bulan, dan akan menetap didalamnya dalam kala beberapa usang. Jika buruk itu sudah membersihkan dirinya, maka akan meningkat ke alam yang lebih tinggi, mirip naik ke alam bintang yang lebih bersih. Setelah jiwa menetralisir kotoran perasaan dan imajinasi – imajinasi buruknya, maka akan naik kealam akal. Dan pada ketika itu alam logika sesuai dengan Nur Al-Bari, adalah cahaya alahi. Kendatipun bagi al-kindi jiwa yakni qadim tetapi kekekalannya berlawanan dengan qadimnya Tuhan. Qadimnya jiwa karena diqadimkan oleh yang kuasa.

F. PENUTUP
Al-kindi yakni nama yang dinisbatkan dari al-kindah, seorang filsuf muslim pertama. Dan yang pertama kali memperkenalkan buah fikiran filosof – filosof yunani serta menunjukkan analisa – evaluasi yang menjelimed. Dan sungguh berjasa untuk mengakibatkan filsafat sebagai salah satu khazanah pengetahuan islam sehabis disesuaikan lebih dahulu dengan agama. Substansi jiwa menurutnya terpisah dari benda, akan tetapi terkait dengan benda dalam hubungannya dengan tindakan – perbuatannya. Karena, jasmani memang menjadi alat baginya untuk menunaikan sebuah perbuatan. Dan jiwa yang suci itulah yang akan kembali ke alam kebenaran.

FOOTNOTE
-------------------
[1] Ahmad hanafi,”pengirim filsafat islam”,bulan bintang, jakarta, 1996 cet. 6 .hal 3
[2] H. abu bakar ahmad,dkk,”filsafat islam”,CV . Toha putra, semarang, 1998, hal 116.
[3] Ahmad fuad al-ahwani,” pustaka firdaus,1993,cet.v hal 50.
[4] M. M. Syarif,” para filosof muslim”, Edisi indonesia, Mizan, 1996, cet. VIII, hal 12.
[5] Hasyimsyah nasution,” filsafat islam”, Gaya media pratama, jakarta, 2002, cet III, hal 16.
[6] Hasan sadily,” Ensiklopedi indonesia”,jilid II. Jakarta, 1980, hyal 987.
[7] Sidi Gazalba,” Sistimatika filsafat,” Jakarta, jilid I, 1976, hal 41.
[8] Harun nasution,” Islam ditinjau dari segi aspeknya”,UI, Pres jakarta, 1985, Cet V hal 10.
[9] Ibid
[10] Harun Nasution,” falsafat agama”,Bulan bintang, Jakarta, 1991, Cet, VIII, hal 4.
[11] Harun Nasution,” falsafat dan mistisisme dalam islam “, Bulan bintang,1995, Cet V, hal 15.
[12] Hasimsyah Nasution,Op.cit,, hal 18.
[13] Ibid,hal,23.
[14] Khan Shahib Khaja Khan,”Studies in tasawwufi”,Terj, oleh Ahmad Nasir Budiman, Rajawali Press, Jakarta, 1993, Cet,1993, hal 66.
[15] Ibid
[16] Hasyimsyah Nasution,Op.cit. hal 22.
[17] Ibid
[18] Ibid
[19] Amir An-Najar,”Al-ilmu An-Nafsi Ash-Shufiyah”, Terj. Hassan Abrari, Pustaka Azam, Jakarta Selatan, 2002, Cet, 2, hal 34.
[20] Hasyimsah Nasution, Op. cit. hal 23.
[21] Amir An-Najar, Op, cit, hal 35.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon