Minggu, 11 Oktober 2020

Makalah Filsafat Sejarah Pendidikan Indonesia

Setiap pemikir mempunyai definisi berlawanan tentang makna filsafat alasannya adalah pengertiannya yang begitu luas dan absurd. Tetapi secara sederhana filsafat mampu dimaknai bersama sebagai suatu sistim nilai-nilai (systems of values) yang luhur yang dapat menjadi pegangan atau ajaran setiap individu, atau keluarga, atau kalangan komunitas dan/atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara tertentu. Pendidikan selaku upaya terorganisasi, berkala, sistimatis, untuk mentransmisikan kebudayaan dalam arti luas (ilmu pengetahuan, sikap, adab dan nilai-nilai hidup dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain. Adapun visi, misi dan maksudnya yang ingin dicapai seluruhnya berlandaskan sebuah filsafat tertentu. Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka, pendidikan kita niscaya dilandasi oleh filsafat hidup yang kita sepakati dan anut bersama.

Dalam sejarah panjang kita semenjak pembentukan kita selaku bangsa (nation formation) hingga terhadap terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap abad zaman, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan alasannya menyangkut metode nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna dan menjadi "semangat zaman" (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota-anggota komunitas atau penduduk tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional. Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut lewat kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.

Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa (dan Amerika) pada masa ke-19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah Pendidikan sudah muncul dari dan dipakai untuk maksud-maksud lebih lanjut yang beragam, a.l. untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan, pengembangan profesional guru-guru, atau untuk pujian kepada lembaga-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu. (Silver, 1985: 2266).

Substansi dan tekanan dalam Sejarah Pendidikan itu beragam tergantung kepada maksud dari kajian itu: mulai dari tradisi fatwa dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistim pendidikan beserta unsur-komponennya, hingga kepada pendidikan dalam relevansinya dengan sejumlah unsur problematis dalam pergantian sosial atau kestabilan, tergolong keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sehubungan dengan MI semua Sejarah Pendidikan bersahabat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial. (Silver, 1985: Talbot, 1972: 193-210)

Esensi dari pendidikan itu sendiri bantu-membantu ialah pengalihan (transmisi) kebudayaan (ilmu wawasan, teknologi, ilham-inspirasi dan nilai-nilai spiritual serta (estetika) dari generasi yang lebih tua terhadap generasi yang lebih muda dalam setiap masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu sejarah dari pendidikan memiliki sejarah yang serupa tuanya dengan penduduk pelakunya sendiri, sejak dari pendidikan informal dalam keluarga batih, sampai kepada pendidikan formal dan non-formal dalam penduduk agraris maupun industri.

Selama ini Sejarah Pendidikan masih memakai pendekatan lama atau "tradisional" yang lazimnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan tata cara pendidikan dan lembaga-lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan biasa dalam bidang pendidikan. (Silver, 1985: 2266) Pendekatan yang lazimnya diakronis ini dianggap statis, sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan kemajuan zaman dan perkembangan dalam pendidikan beserta segala macam masalah yang muncul atau ditimbulkannya, penanganan serta pendekatan gres dalam Sejarah Pendidikan dicicipi sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan lalu. (Talbot, 1972: 206-207)

Para sejarawan, utamanya sejarawan pendidikan menyaksikan korelasi timbal balik antara pendidikan dan masyarakat; antara penyelenggara pendidikan dengan pemerintah sebagai representasi bangsa dan negara yang merumuskan kebijakan (policy) biasa bagi pendidikan nasional. Produk dari pendidikan menimbulkan mobilitas sosial (vertikal maupun horizontal); problem-dilema yang muncul dalam pendidikan yang efek-dampaknya (faktual ataupun negatif) dirasakan khususnya oleh penduduk pemakai, contohnya, timbulnya golongan menengah yang menganggur karena jenis pendidikan tidak sesuai dengan pasar kerja; atau kesenjangan dalam pemerataan dan kualitas pendidikan; pendidikan lanjutan yang hanya dapat dicicipi oleh anak-anak orang kaya dengan pendidikan terminal dari anak-anak yang orang tuanya tidak mampu; komersialisasi pendidikan dalam bentuk yayasan-yayasan dan sebagainya. Semuanya menuntut peningkatan metodologis observasi dan penulisan sejarah yang lebih baik danipada sebelumnya untuk menanggulangi semua duduk perkara kependidikan ini.

Sehubungan dengan di atas pendekatan Sejarah Pendidikan gres tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru ialah a.l, interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilaksanakan variasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ihmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tertentu mirip antropologi, sosiologi, dan politik sudah memasuki "perbatasan" (sejarah) pendidikan dengan "ilmu-ilmu terapan" yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara maksimal dan maksimal korelasi dialogis "simbiose mutualistis" antara sejarah dengan ilmu-ilmu sosial.

Sejarah Pendidikan Indonesia dalam arti nasional termasuk relatif baru. Pada zaman pemerintahan kolonial telah juga menjadi perhatian yang diajarkan secara diakronis semenjak dari metode-tata cara pendidikan zaman Hindu, Islam, Portugis, VOC, pemerintahan Hindia-Belanda masa ke-19. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan zaman Jepang dan setelah Indonesia merdeka model diakronis ini masih terus dilanjutkan sampai kini.

Perkuliahan dikerjakan dengan pendekatan interdisiplm (diakronik dan/atau sinkronik). Untuk Sejarah Pendidikan Indonesia canggih, substansinya seluruh spektrum pendidikan yang secara temporal pernah berlaku dan masih berlaku di Indonesia; korelasi antara kebijakan pendidikan dengan politik nasional pemerintah, tergolong kebijakan penyusunan dan pergeseran kurikulum dengan segala aspeknya yang menyertainya forum-forum pendidikan (pemerintah maupun swasta); pendidikan formal dan non formal; pendidikan biasa , khusus dan agama. Singkatnya segala macam makalah yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia dahulu dan kini dan menyaksikan prosepeknya ke kala depan. Sejarah sebagai kajian reflektif dapat dimanfaatkan untuk menyaksikan prosepek ke depan walaupun tidak mempunyai pretensi meramal. Dalam setiap bahasan dicoba dilihat filosofi yang melatarinya. Sumber-sumber yang digunakan: sumber pertama (primary sources) berbentukdokumen-dokumen yang menyangkut kebijakan pendidikan; sumber kedua (secondary sources) benipa postingan, monograf, atau buku-buku tentang pertumbuhan dan makalah pendidikan. Sebagai materi komparasi sumber-sumber tentang Sejarah Pendidikan di negara-negara lain yang dapat diperoleh lewat internet dll. Cara penghidangan kuliah sebagian besar lewat diskusi-diskusi, terutama membicarakan dokumen-dokumen dari sumber-sumber pertama; membuat Chapter dan/atau Book Report; menyusun makalah individual dan/atau golongan yang didiskusikan.

DAFTAR PUSTAKA
  • Brugmans, LJ. 1938. Geschiedenis van het OnderwUs in Nederlandsch-Indiey Groningen-Batavia: J.B. Wolters.
  • Church, Robert L. 1971. "History of Education as a Field of Study", dalam The Encyclopedia of Education. The Macmillan Company & Free Press.
  • Djojonegoro, Wardiman. 1996. Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departernen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Good, Carter V. & Scates, Douglas E. 1954. Methods of Research Educational, Psychological, Sociological. New York: Appleton-Cent uy. Crofts, Inc.
  • Good, H.G. 1968. A History of Wester1iEducation. 2"d ed. New York: The Macmillan Company.
  • Hans, Nicholas. 1958. Comparative Education. A Study of Educational Factors and Traditions. London: Routledge & Kegan Paul Limited.
  • Makmur, Djohan, et.al. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan. Jakarta: IDSN.
  • Meyer, Adolphe E. 1972. An Educational History of the Western World. New York: Magraw -Hill Book Company.
  • Miller, T.W.G., ed. 1968. Education in South-East Asia. Sidney: Ian Novak.
  • Poerbakawatja, Soegarda. 1970. Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka. Djakarta: PT Ginning Agung.
  • Silver, H. 1985. "Historiography of Education", dalarn The International Encyclopedia of Education.
  • Sjamsuddin, Helms , et.al. 1993. Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Kemerdekaan (1945-1966). Jakarta: IDSN.
  • Talbott, John E. 1972. "Education in Intellectual and Social History", dalam Felix Gilbert & Stephen R. Graubard, ed. Historical Studies Today. New York: W.W.
  • Tilaar, H.A.R. 1995. 50 Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995. Suatu Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Grasindo.
  • Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.
  • Wal, S.L. van der. 1963. Het Onderwysbeleid in Nederlands-Indie., 1900-1940. Een Bronnenpublikatie. Groningen: J. B. Wolters.
  • Termasuk: Literatur wacana Pendidikan Taman Siswa, Pendidikan di Kayu Tanam, dll.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)