Makalah Makna Islam dan Iman
Dari Buku: Syaikh Muhammad bin Abdullah At Tuwaijry
PENDAHULUAN
Tidak ada keberuntungan bagi umat insan di dunia dan akhirat kecuali dengan Islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan kepada kuliner, minuman, dan udara. Setiap insan membutuhkan syari'at. Maka, ia berada di antara dua gerakan: gerakan yang mempesona kepada masalah yang berkhasiat dan gerakan yang menolak mara bahaya. Islam yaitu penerang yang menjelaskan masalah yang berguna dan berbahaya. Agama Islam ada tiga tingkatan: Islam, iktikad dan ihsan. Dan setiap tingkatan mempunyai rukun.
Perbedaan di antara Islam, doktrin dan ihsan
Islam dan iktikad jikalau disebutkan secara serempak, maka yang dimaksud dengan Islam yaitu amal tindakan yang nampak, yakni rukun Islam yang lima, dan pengertian iktikad adalah amal tindakan yang tidak nampak, adalah rukun doktrin yang enam. Dan jikalau cuma salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan aturan keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih lazim daripada akidah, dan kepercayaan lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari segi maknanya; karena beliau mengandung makna dogma. Seorang hamba tidak akan mampu menuju martabat ihsan kecuali kalau dia sudah mewujudkan keyakinan dan ihsan lebih spesifik dari segi pelakunya; karena andal ihsan yaitu segolongan ahli doktrin. Maka, setiap muhsin ialah mukmin dan tidak setiap mukmin ialah muhsin.
Iman lebih biasa ketimbang Islam dari maknanya; alasannya beliau mengandung Islam. Maka, seorang hamba tidak akan sampai terhadap tingkatan kepercayaan kecuali jika telah merealisasikan Islam dan doktrin lebih spesifik dari sisi pelakunya; alasannya adalah andal doktrin ialah segolongan dari andal Islam (muslim), bukan semuanya. Maka, setiap mukmin yaitu muslim dan tidak setiap muslim ialah mukmin.
PEMBAHASAN
a. Pengertian Islam
Islam yaitu berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالي dengan tauhid dan tunduk terhadap-Nya dengan taat dan berlepas diri dari tindakan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالي saja, maka dia ialah seorang muslim. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah سبحانه و تعالي dan yang yang lain, maka beliau ialah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah diri terhadap Allah سبحانه و تعالي, maka ia seorang kafir yang angkuh.
b. Rukun-Islam
Rukun Islam ada lima:
Dari Ibnu Umar رضي الله عنهما, dia berkata, "Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
'Islam dibangun atas lima masalah: Bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad ialah delegasi Allah سبحانه و تعالي, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa Ramadhan." Muttafaqun 'Alaih.[1]
c. Pengertian Syahadah (laailaaha illallah)
Manusia mengakui dengan ekspresi dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah سبحانه و تعالي, dan sesembahan-sesembahan selain Dia سبحانه و تعالي, maka ketuhanannya ialah batil dan ibadahnya juga batil. Kalimah syahadah tersebut mengandung nafi (menghapus/menolak) dan itsbat (memutuskan). (Laa ilaaha), artinya menolak semua yang disembah selain Allah سبحانه و تعالي, (Illallah) adalah memutuskan ibadah kepada Allah سبحانه و تعالي saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam menyembah-Nya, seperti tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kerajaan-Nya.
d. Pengertian syahadah (Muhammad Rasulullah)
Taat kepada Nabi صلي الله عليه وسلم dalam perintahnya, membenarkan beritanya, menjauhi yang dilarangnya, dan beliau tidak menyembah Alah سبحانه و تعالي kecuali dengan cara yang disyari'atkannya.
e. Iman
Iman: Engkau beriman terhadap Allah سبحانه و تعالي, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada qadar (ketentuan) baik dan buruknya.
Iman ialah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan ekspresi, dan amal hati, ekspresi dan anggota badan, kepercayaan itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat.
f. Cabang-cabang keyakinan
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata, "Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda, 'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama ialah ucapan laailaa ha illallah dan yang terendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan sifat aib tergolong satu cabang dari kepercayaan." HR. Muslim[2]
g. Tingkatan-tingkatan Iman
Iman itu mempunyai rasa, bagus dan hakekat.
1. Adapun rasanya keyakinan, maka Nabi صلي الله عليه وسلم menerangkan dengan sabda-Nya:
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
"Yang mencicipi nikmatnya doktrin yaitu orang yang ridha kepada Allah sebagai Rabb (Tuhan), Islam selaku agama, dan Muhammad sebagai rasul." HR. Muslim[3]
2. Adapun manisnya akidah, maka Nabi صلي الله عليه وسلم menjelaskan dengan sabdanya:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan nikmatnya keyakinan: bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari apapun selain keduanya, ia tidak mengasihi seseorang kecuali alasannya Allah dan dia benci kembali terhadap kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan dalam api neraka." Muttafaqun 'alaih.
3. Adapun hakekat kepercayaan, maka mampu ditemukan oleh orang yang mempunyai hakekat agama. Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong, berjihad dan berinfak.
a. Firman Allah سبحانه و تعالي:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ. أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu yakni mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan bila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah akidah mereka (akhirnya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (yakni) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan terhadap mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di segi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (lezat) yang mulia. (QS. Al-Anfaal :2-4)
b. Firman Allah سبحانه و تعالي:
وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ ءَاوَوْا وَنَصَرُوا أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi kawasan kediaman dan memberi dukungan (terhadap orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka menemukan ampunan dan rezki (lezat) yang mulia. (QS. Al-Anfal: 74)
c. Firman Allah سبحانه و تعالي:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللهِ أُوْلاَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujuraat :15)
Seorang hamba tidak mampu meraih hakekat kepercayaan sehingga beliau mengetahui bahwa apapun yang menimpanya tidak akan luput darinya dan apapun yang luput darinya niscaya tidak akan menimpanya.
h. Kesempurnaan Iman
Cinta yang sempurna kepada Allah سبحانه و تعالي Rasul-Nya menawarkan konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta dan bencinya cuma alasannya adalah Allah سبحانه و تعالي, yang keduanya adalah amal ibadah hati, dan bantuan dan tidak memberinya hanya alasannya Allah سبحانه و تعالي, yang keduanya yakni amal ibadah tubuh, niscaya hal itu menawarkan kesempurnaan iktikad dan kesempurnaan cinta kepada Allah سبحانه و تعالي.
Dari Abu Umamah رضي الله عنه, dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda, "Barang siapa cinta alasannya Allah, memberi sebab Allah, dan melarang alasannya adalah Allah سبحانه و تعالي, niscaya beliau sudah menyempurnakan keyakinan." HR: Abu Daud[4]
Termasuk Perkara-Perkara Keimanan
· Cinta terhadap Rasulullah صلي الله عليه وسلم
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, beliau berkata, 'Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
'Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kau sehingga aku lebih dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan menusia sekalian." Muttafaqun 'alaih.[5]
· Mencintai kaum anshar
Dari Anas رضي الله عنه, dari Nabi صلي الله عليه وسلم, beliau bersabda,
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
"Tanda iktikad ialah menyayangi kaum anshar dan tanda kemunafikan adalah tidak suka kaum anshar."Muttafaqun 'alaih[6]
· Mencintai orang-orang yang beriman
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, beliau berkata, 'Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
ا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ
'Kamu tidak mampu masuk surga sehingga kau beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kaum saling menyayangi. Maukah kau aku tunjukkan sesuatu yang apabila kaum kerjakan niscaya kalian saling menyayangi, tebarkanlah salam di antara kau." HR. Muslim[7]
· Mencintai saudaranya sesama Islam
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, dari Nabi صلي الله عليه وسلم, ia bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ أَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Tidak beriman (sempurna) seseorang kamu sehingga dia mengasihi saudaranya –atau tetangganya- apa yang beliau cintai untuknya dirinya." Muttafaqun a'alaih[8]
· Mencintai tetangga dan tamu, serta tidak bicara kecuali tentang yang bagus
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم, dia bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari selesai, hendaklah beliau berkata baik atau membisu. Barang siapa yang beriman terhadap Allah dan hari tamat, hendaklah beliau memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman terhadap Allah dan hari selesai, hendaklah beliau memuliakan tamunya." Muttafaqun 'Alaih.[9]
· Memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar
Dari Abu Sa'id al-Khudri رضي الله عنه, beliau berkata, "Saya mendengar Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
'Barang siapa di antara kalian menyaksikan yang mungkar (yang dilarang agama) hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka (hendaklah ia merubahnya) dengan lisannya. Jika beliau tidak mampu, maka (hendaklah ia merubahnya dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya kepercayaan." HR. Muslim.[10]
· Nasehat
Dari Tamim ad-Darimi رضي الله عنه, bantu-membantu Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda,
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
" Agama adalah usulan.' Kami mengajukan pertanyaan, 'Untuk siapa?' Beliau menjawab, 'Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat Islam secara umum." HR. Muslim. [11]
· Iman yakni amalan yang paling utama
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwasanya Rasulullah صلي الله عليه وسلم ditanya:
أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
'Apakah amalan yang paling utama?' Beliau menjawab, 'Iman terhadap Allah dan Rasul-Nya.' Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Jihad di jalan Allah, Beliau ditanya lagi, 'Kemudian apa?' Beliau menjawab, 'Haji yang mabrur." Muttafaqun 'Alaih.[12]
Iman bertambah dengan taat dan menyusut dengan perbuatan maksiat
1. Firman Allah سبحانه و تعالي
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَاناً مَّعَ إِيمَانِهِمْ
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min biar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang sudah ada). (QS. Al-Fath :4)
2. Firman Allah سبحانه و تعالي
وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـذِهِ إِيمَاناً فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَزَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata :"Siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini memperbesar imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. At-Taubah :124)
3. Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, sesungguhnya Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda,
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
"Tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan ia dalam keadaan beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat beliau mencuri sedangkan dia dalam kondisi beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang meminumnya) dikala ia meminum sedangkan dia dalam kondisi beriman." Muttafaqun 'alaih.[13]
4, Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, dari Nabi صلي الله عليه وسلم, ia bersabda, "Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di hatinya ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata:'Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atom)." Dan dalam satu riwayat: 'keyakinan' di kawasan 'kebaikan'.
Amal perbuatan orang kafir yang dilakukannya sebelum Islam:
1. Apabila orang kafir masuk Islam, kemudian dia berbuat baik, maka segala kejelekan diampuni untuknya, karena firman Allah سبحانه و تعالي:
قُل لِلَّذِينَ كَفَرُواْ إِن يَنتَهُواْ يُغَفَرْ لَهُم مَّا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُواْ فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأَوَّلِينِ
Katakanlah terhadap orang-orang yang kafir itu :"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka perihal dosa-dosa mereka yang telah kemudian; dan jikalau mereka kembali lagi bantu-membantu akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dulu". (QS. Al-Anfaal :38)
2. Dan segala amal kebaikan (yang dilakukannya semasa kufur) diberikan pahala kepadanya, berdasarkan riwayat bahwa Hakim bin Hizam رضي الله عنه mengajukan pertanyaan terhadap Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
أَرَأَيْتَ أُمُورًا كُنْتُ أَتَحَنَّثُ بِهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ هَلْ لِي فِيهَا مِنْ شَيْءٍ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْلَمْتَ عَلَى مَا أَسْلَفْتَ مِنْ خَيْرٍ
'Bagaimana pendapatmu kepada beberapa kasus (kebaikan) yang pernah saya kerjakan di periode jahiliyah, apakah ada risikonya untuk aku?' Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda kepadanya:'Kamu masuk Islam bersama kebaikan yang pernah kamu kerjakan." Muttafaqun 'Alaih.[14]
3. Dan (sebaliknya) barang siapa yang masuk Islam, kemudian melaksanakan dosa, maka ia disiksa dengan (dosa) pertama dan yang terakhir. Berdasarkan sabda Nabi صلي الله عليه وسلم: 'Barang siapa yang berbuat di kurun Islam, niscaya tidak disiksa karena tindakan jelek yang dia kerjakan di kurun jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di abad sehabis Islam, pasti ia disiksa sebab (dosa) yang pertama dan terakhir." Muttafaqun 'Alaih.[15]
REFERENSI
__________________
[1] HR. Bukhari no. 8 dan ini yaitu lafazhnya dan Muslim no. 16
[2] HR. Muslim no. 35
[3] HR. Muslim no. 34
[4] Hasan/ HR. Abu Daud no. 4681, Shahih Sunan Abu Daud no. 3915. Lihat, as-Silsilah ash-Shahihah no 380
[5] HR. al-Bukhari 15 dan ini yakni lafaznya, dan Muslim no. 44
[6] HR. al-Bukhari no. 17 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 74
[7] HR. Muslim no 54
[8] HR. al-Bukhari no. 14 dan Muslim no. 45, ini adalah lafazhnya.
[9] HR. al-Bukhari no (6018) dan Muslim no. 48 dan ini ialah lafazhnya.
[10] HR. Muslim (49).
[11] HR. Muslim 55.
[12] HR. al-Bukhari no. 26 dan ini ialah lafazhnya, dan Muslim no 83.
[13] HR. al-Bukhari no. 2475 dan Muslim no. 57 dan ini yaitu lafazhnya.
[14] HR. al-Bukhari no. 1436 dan Muslim no. 123 dan ini yakni lafazhnya.
[15] HR. al-Bukhari no. 50 dan Muslim 8 dan ini yakni lafazhnya.
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com
EmoticonEmoticon