Jumat, 03 Juli 2020

7 Ilmuwan Islam Di Bidang Astronomi Beserta Temuannya

Berbagai penemuan yang ditemukan oleh beberapa jago menawarkan banyak faedah bagi perkembangan ilmu wawasan, tidak terkecuali ilmu astronomi. Perlu dikenali jika astronomi ialah salah satu ilmu tertua yang pernah diteliti keberadaannya. Sejarah mencatat kalau astronomi telah dipelajari semenjak Zaman Babilonia, Mesir,China bahkan setelah runtuhnya kebudayaan Yunani Kuno dan Romawi. Hingga kesudahannya pertumbuhan astronomi berpindah pada bangsa Arab. Oleh bangsa Arab astronomi meningkat sangat pesat khususnya dikala abad kerajaan Islam sekiter 8 hingga 15 Masehi.


Tidak heran bila banyak ilmuwan – ilmuwan Islam yang muncul dan mempelajari terutama ilmu astronomi. Dan berikut ini yaitu beberapa ilmuwan atau astronom Islam yang mempunyai peran penting dalam pertumbuhan ilmu astronomi di dunia. Siapa sajakah astronom tersebut, berikut daftarnya:



  1. Al – Farghani (805 – 880 M)


Al – Farghani atau lebih diketahui dengan nama Alfraganus di dunia barat ialah seorang astronom Muslim yang berasal dari Persia. Al – Farghani yakni astronom yang sangat terkenal di kala ke – 9 dan juga seorang perintis ilmu astronomi modern. Pada tahun 829, Al – Farghani melaksanakan observasi yang diresmikan oleh seorang khalifah al-Ma’mun yang terdapat di Baghdad. Dengan perlengkapan yang mendukung dan modren dikala itu Al – Farghani berupaya untuk mengetahui diameter bumi, jarak, dan juga diameter dari beberapa planet yang lain.


Tidak heran jika rasa keingintahuan yang dimilikinya, ia bergabung dalam projek pengukuran dari derajat garis lintang bumi. Selain itu, beliau juga sukses menjabarkan jarak serta diameter dari beberapa planet yang merupakan sebuah pencapaian luar biasa saat itu. Al – Farghani menulis seluruh hasil pengamatan dan penelitiannya di dalam suatu buku yang berjudul “Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum” atau Asas – Asas Ilmu Bintang, buku tersebut menjadi salah satu buku yang berpengaruh bagi dunia astronomi di Eropa. Tidak heran jika buku tersebut sudah diterjemahkan menjadi beberapa bahasa salah satunya bahasa Inggris dan berganti judul menjadi Elements of Astronomy.



  1. Al – Battani (858 – 929 M)


Al – Battani mempunyai nama lain adalah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah atau lebih diketahui sebagai Bapak Trigonometri ini memiliki banya nama latin yaitu Albategnius, Albategni dan Albatenius. Selain sebagai seorang ahli di bidang matematika, Al – Battani juga merupakan astronom Muslim terbesar di Arab.


Salah satu inovasi terbesarnya selain tabel cotangen yaitu penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Sebelumnya perhitungan tersebut pernah dikerjakan oleh Ptolemy dengan hasil tahun matahari yaitu 365 hari, 5 jam, 55 menit dan 12 detik. Selain memperbaiki hasil perhitungan dan menyusun tabel baru matahari dan bulan milik Ptolemy, Al – Battani juga memperoleh arah matahari mengalami pergeseran.


Tidak cuma itu saja, Al – Battani juga menciptakan suatu kitab yang sungguh terkenal ialah al – Zih al-Sabi dan kitab tersebut menjadi referensi bagi para ahli astronomi di dunia Barat atau Eropa. Banyak ahli astronomi dari Eropa yang berpedoman pada kitab tersebut, sebut saja Copernicus, Regiomantanus, Kepler, hingga Peubach. Bahkan Copernicus mengaku berhutang akal pada Al – Battani dan hal tersebut tercatat di dalam bukunya yang berjudul “De Revoltionibus Orbium Clestium”.



  1. Al – Sufi (903 – 986 M)


Seorang astronom yang memiliki nama lengkap Abd ar-Rahman bin Umar al-Sufi Abul Husayn. Al – Sufi merupakan penerjemah dari karya – karya astronom Yunani adalah Almagest yang dibuat oleh Ptolemaios dan juga melaksanakan koreksi kepada daftar rasi bintang milik Ptolemy dengan menghubungkan nama – nama bintang menurut pada penelitian Yunani dan bangsa Arab.


Hasil karya terbesar miliknya berupa Kitab dengan judul al-Kawakib ats – Tsabit al – Musawwar yang berisi katalog bintang hasil dari pengamatannya sendiri. Kitab tersebut juga merupakan atlas bintang pertama yang membicarakan perihal nebula yang terdapat pada  Galaksi Andromeda. Selain itu, Al – Sufi juga melakukan observasi dan juga menggambarkan bintang – bintang, posisi atau letaknya, besar sampai warnanya.



  1. Ibnu Haitham (965 – 1039 M)


Ibnu Haitham melakukan percobaan dan penelitian mengenai cahaya dan kesannya menjadi ilham bagi ilmuwan lain seperti Bacon, Boger dan Kepler untuk membuat mikroskop dan teleskop. Tidak dibantah jikalau Ibnu Haitham yaitu orang pertama yang menilik perihal cahaya dan hasil penelitiannya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “Light and On Twilight Phenomena”.


Di dalam penelitiannya banyak membicarakan ihwal senja serta bundar cahaya yang terdapat di sekeliling bulan dan matahari termasuk bayang – bayang dan gerhana. Salah satu penelitiannya yakni tentang cahaya fajar dimulai saat matahari berada di garis 19 derajat sebelah timur.


Sedangkan warna merah pada senja akan menghilang jikalau matahari ada di garis 19 derajat ufuk barat. Tidak hanya itu saja, Ibnu Haitham melakukan percobaan pada kaca yang dibakar dan dari sanalah muncul teori lensa pembesar.



  1. Ibnu Yunus (950 – 1009 M)


Ibnu Yunus memiliki nama lengkap Abu Al-Hasan Ali abi Said Abd al-Rahman ibnu Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri ialah seorang astronom yang lahir di Mesir. Ia menciptakan sebuah kitab yang berjudul Ghayat Al-Intifa yang di dalamnya berisi tabel bola astronomi yang digunakan untuk menertibkan waktu Kairo hingga dengan abad ke-19 M.


Menurut sejarah Ibnu Yunus ialah orang pertama yang memakai bandul sebagai alat ukur waktu di periode ke-10 dengan akurat dan tepat waktu. Ia juga mampu menerangkan tentang 40 planet, melihat 30 gerhana bulan, serta menjelaskan wacana konjungsi planet Venus dan Merkurius pada rasi bintang Gemini. Tidak hanya itu saja, Ibnu Yunus juga tabel a(h) ketika terjadi equinox di mana h = 1, 2, …, 60 derajat. Untuk mengenang jasanya, nama Ibnu Yunus diberikan pada suatu kawah yang terdapat di permukaan bulan.



  1. Al – Biruni (973 – 1050 M)


Astronom satu ini cukup populer di kala Renaissance dan beliau juga yang mengungkapkan bahwa bumi berputar pada porosnya. Di zaman tersebut pulalah, Al – Biruni memperkirakan ukuran dari Planet Bumi serta memperbaiki arah dari kota Mekkah menurut perhitungan saintik dari segala arah di berbagai daerah.


Al – Biruni sudah melaksanakan berbagai macam perkiraan terkait dengan astronomi seperti menghitung garis lintang Kath, Khawarazam dengan tata cara altitude optimal matahari, membuat proyeksi peta kartografi termasuk proyeksi pecahan bumi di bidang datar, dan observasi tentang radius Bumi pada 6.339,6 km.



  1. Ibnu Al Shatir (1304 – 1375 M)


Ibnu Al – Shatir merupakan orang yang melaksanakan perombakan dari keseluruhan teori Geosentris yang dibuat oleh Claudius Ptolemaeus atau Ptolemy (90 SM – 168 SM). Jika dilihat secara matematis, Ibnu Al-Shatir mengenalkan epicycle rumit atau metode bundar dalam bundar dengan menerangkan gerak Merkurius ketika Bumi menjadi sentra alam semesta dan Merkurius bergerak mengitari Bumi. Ibnu Al-Shatir memperoleh jam astrolabe pertama di kurun ke – 14 M.


Jam astrolabe merupakan salah satu instrumen astronomi yang berfungsi selaku penentu lokasi dan memperkirakan posisi matahari, bulan, planet serta bintang, menentukan letak bujur dan letak lintang, survei dan juga triangulasi. Selain jam astrolabe, Ibnu Al-Shatir juga memperoleh jam matahari dan merupakan jam dengan polar axis sundial paling renta yang masih ada sampai dikala ini. Kompas juga menjadi barang temuannya dengan menganut dasar jam matahari dan kompas magnetis di permulaan periode ke 14 M.


Itulah tadi beberapa ilmuwan Islam yang berkontribusi di bidang astronomi. Semoga isu di atas bisa menolong.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon