Minggu, 07 Juni 2020

Karakteristik Kepulauan Solomon Hingga Konflik Bersejarah Yang Pernah Dialami

Ada bermacam-macam negara kepulauan yang terletak di kawasan Oseania. Kawasan Oseania merupakan sebutan untuk daerah geografis yang berada di Selandia Baru, Australia dan pulau – pulau kecil yang ada di Samudra Pasifik. Beberapa negara yang masuk di tempat Oseania ialah Fiji, Kepulauan Marshall, Vanuatu, Kiribati, Nauru, Mikronesia, Australia, Selandia Baru, Tuvalu, Tonga, Samoa, Palau, Papua Nugini,  hingga Kepulauan Solomon. Kawasan di Oseania sendiri memang memiliki banyak pantai yang tidak perlu disangsikan lagi keindahannya. Tidak heran kalau setiap tahunnya, daerah ini banyak dikunjungi oleh bermacam-macam wisatawan luar negeri untuk menghabiskan liburan mereka.


Salah satu negera di tempat Oseania yang banyak dihadiri oleh para wisatawan abnormal ialah Kepulauan Salomon. Letak Kepulauan Solomon sendiri tidak begitu jauh dari Indonesia atau tepatnya berada di sebelah timur Papua Nugini. Sesuai dengan namanya, Kepulauan Solomon terdiri atas beberapa pulau seperti Malaita, Santa Isabel, Guadalcanal, Makira dan Sikaiana. Nah, untuk mengenal lebih lanjut mengenai Kepulauan Salomon, di bawah ini ialah penjelasan lebih mendalam dari kepulauan tersebut!


Karakteristik Kepulauan Solomon


Untuk pertama kalinya Kepulauan Solomon dihadiri oleh bangsa Eropa yang bernama Álvaro de Mendaña seorang penjelajah dari Spanyol pada tahun 1568 dan memperlihatkan nama pulau tersebut sebagai Islas Salomón. Pemberian nama tersebut bukan tanpa karena, mengingat nama Solomon atau Sulaiman ialah tokoh di dalam agama Samawi dan merupakan raja yang bijaksana, adil serta mempunyai kekayaan yang melimpah. Saat menemukan pulau tersebut Álvaro de Mendaña berharap dapat memperoleh harta karun dari Raja Solomon.


Kepulauan Solomon atau Kepulauan Salomon mempunyai 992 buah pulau dengan 5 pulau utama serta berada di antara 5o – 13o LS dan 155o – 169o BT. Sedangkan ibu kotanya berada di kota Honiara yang terletak di pulau Guadalcanal. Kepulauan Solomon memiliki luas sekitar 28.896 km persegi dengan jumlah penduduk sekitar 647.581 jiwa pada tahun 2017. Jika dilihat secara geografis, Kepulauan Solomon berada di erat garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis yang serupa mirip di Indonesia. Iklim Kepulauan Solomon termasuk ke dalam iklim laut khatulistiwa yang cukup lembab sepanjang tahun dengan suhu udara rata – rata mencapai 26,5o C. Saat memasuki bulan Juni sampai dengan Agustus lazimnya suhu akan dingin, namun saat angin yang berasal dari barat maritim berhembus antara bulan November sampai April akan menjadikan hujan bahkan angin ribut siklon.


Sama seperti Indonesia, Kepulauan Solomon juga berada di daerah cincin api atau The Ring of Fire. Tidak heran bila tanah yang berada di Kepulauan Solomon banyak mengandung mineral dari gunung berapi yang terdapat di beberapa pulau besar di Kepulauan Solomon. Selain itu, Kepulauan Solomon cukup sering mengalami gempa bumi bahkan tsunami yang banyak mengkonsumsi korban jiwa.


Sistem Pemerintahan Kepulauan Solomon


Setelah kedatangan bangsa Spanyol, kepulauan Solomon dinyatakan selaku kawasan Protektorat Inggris pada tahun 1890-an. Selama Perang Dunia Kedua, negara Jepang berhasil menguasai Solomon dari sekutu dari tahun 1942 sampai dengan 1945. Setelah kekalahannya, Kepulauan Solomon sukses diambil alih oleh Inggris dan diberi nama Protektorat Kepulauan Solomon Inggris. Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 22 Juni 1975, nama tersebut diubah kembali menjadi Kepulauan Solomon tetapi masih berada pada kekuasaan Inggris. Hingga risikonya menjadi negara merdeka dan berdaulat dari kekuasaan Inggris di tahun 1978, akan tetapi Kepulauan Solomon tetap mengakui Ratu Elizabeth II sebagai Kepala Negara hingga dikala ini.


Dalam sistem pemerintahan, Kepulauan Solomon menggunakan sistem pemerintahan Monarki Konstitusional yakni Kepala Pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang merupakan Pemimpin Partai atau Koalisi Politik terbesar dan memenangi Pemilihan Umum Legislatif. Untuk pembagian daerah administrasi, Kepulauan Solomon terbagi atas 9 Provinsi dan 1 kota teritori ibu kota. 9 Provinsi tersebut yaitu Central, Choiseul, Guadalcanal, Isabel, Makira – Ulawa, Malaita, Rennell dan Bellona, Temotu dan Western.


Sejarah Perkembangan Kepulauan Solomon


Setelah menjadi negara merdeka, Kepulauan Solomon mulai mengalami bermacam konflik salah satunya yakni pertentangan sipil. Hal ini bermula dari mulai banyaknya para transmigran yang tiba dari banyak sekali macam pulau yang ada di Kepulauan Solomon tergolong dari Pulau Malaita (pulau terpadat penduduknya) menuju ibu kota, Honiara yang terletak di Pulau Guadalkanal. Pada tahun 1970-an, jumlah migrasi di Honiara terus meningkat, namun jumlah tersebut tidak sesuai dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang ada. Hingga kesudahannya timbullah pertentangan antara warga asli Pulau Guadalkanal dengan warga pendatang.


Meskipun infrastruktur terus berkembang, namun belum mampu memperlihatkan efek faktual terhadap masyarakatdi Pulau Guadalkanal itu sendiri. Sejak kala 1970-an banyak penduduk asli Pulau Guadalkanal menjual tanah budbahasa terhadap para pelaku industri tetapi dengan harga rendah dan ganti rugi yang tidak seimbang. Permasalahan baru mulai timbul dikala golongan muda merasa tidak puas dengan hasil dari penjualan tanah adat tersebut ketika itu, alasannya adalah dianggap tidak menguntungkan. Akibatnya timbullah persengketaan antara penduduk asli dengan para pemilik lahan industri.


Puncak urusan terjadi pada tahun 1988 yang ketika itu terjadi demonstrasi besar – besaran yang dijalankan oleh penduduk asli Pulau Guadalkanal. Demonstrasi tersebut dipicu oleh tewasnya beberapa penduduk orisinil Pulau Guadalkanal yang dianggap ialah perbuatan dari masyarakatpendatang. Demonstrasi tersebut juga menyerukan pemerintah untuk membatasi jumlah transmigrasi ke Pulau Guadalkanal serta memutuskan tata cara pemerintahan federal.


Konflik di Kepulauan Solomon terus berlanjut sampai muncullah golongan – golongan bersenjata di tahun 1998. Kelompok ini merupakan penduduk orisinil Pulau Guandalkanal yang melakukan penyerangan untuk pertama kalinya ke pemukiman milik penduduk transmigrasi Malaita yang berada di sebelah tenggara Pulau Guadalkanal. Diketahui jika penyerangan tersebut dikerjakan oleh Harold Keke dan Joseph Sangu, keduanya sukses ditangkap namun dibebaskan sehabis menawarkan duit jaminan. Hukuman tersebut tidak serta merta menciptakan Harold Keke jera, justru sebaliknya ia berhasil menghimpun massa dan membentuk Guadalcanal Revolutionary Army atau GRA.


GRA tetap menyerang penduduk non Guadalkanal untuk mengusir mereka kembali ke pulau asal. Hingga pada kesannya terbentuklah Malaita Eagle Force atau MEF yang dibentuk oleh penduduk asli Pulau Malaita (pernah terusir dari Pulau Guadalkanal). Singkat dongeng, kondisi Kepulauan Solomon diambang kehancuran hingga jadinya pemerintah Solomon meminta pemberian terhadap negara luar untuk mengantarkan pasukan keselamatan ke Kepulauan Solomon. Pada tahun 2003 tepatnya di bulan Agustus diterjukan pasukan keselamatan yang berasal dari 20 negara Oseania dengan nama Regional Assistance Mission to Solomon Islands (RAMSI). Secara bertahap keselamatan di Kepulauan Solomon mengalami peningkatan sampai pada tahap penyerahan diri Harold Keke dan berhentinya segala bentuk aktivitas persenjataan. RAMSI sendiri berada di Kepulauan Solomon sampai tahun 2013 dan melaksanakan pemulangan serdadu aktif secara bertahap.


Fakta – Fakta Kepulauan Solomon



  1. Kepulauan Solomon ialah salah satu negara yang tidak memiliki serdadu atau militer. Hanya polisi yang bertugas menjaga keamanan, memadamkan kebakaran, pertolongan bencana alam hingga persoalan perairan.

  2. Meskipun dahulu ialah wilayah kekuasaan dari Inggris dan berbahasa resmi ialah bahasa Inggris, namun cuma sekitar 1 – 2 persen saja penduduk Kepulauan Solomon yang mampu berbahasa Inggris.

  3. Sebagian besar penduduk Kepulauan Solomon beragama Kristen.

  4. Bentuk kebudayaan penduduk asli Kepulauan Solomon tidak jauh berlainan dengan penduduk asli Papua Nugini.

  5. Untuk beberapa wisatawan abnormal harap berhati – hati dikala menaikki yacht di Pelabuhan Honiara. Sebab sering terjadi kasus pencurian dengan senjata.

  6. Setidaknya ada sekitar 50 orang terbunuh setiap tahunnya balasan serangan dari buaya air asin di maritim.


Itulah tadi beberapa info mengenai Kepulauan Solomon. Semoga penjelasan di atas dapat membantu menambah wawasan.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon