Kamis, 04 Juni 2020

9 Macam Tanaman Endemik Pulau Jawa, Ada Yang Pernah Dinyatakan Punah

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang terdapat di Indonesia. Keberadaan keanekaragaman hayatinya setiap tahun mengalami kemunduran, bukan mustahil beberapa di antaranya telah hilang atau punah. Berikut ini yaitu beberapa tumbuhan endemik yang cuma mampu ditemukan di pulau Jawa saja, apa sajakah itu?


1. Edelweis (Anaphalis javanica)


Memiliki nama lain yakni bunga senduro yakni tumbuhan endemik pada zona alpina di setiap pegunungan di Indonesia. Tinggi tumbuhan ini bisa mancapai 8 meter dengan batang sebesar kaki insan dan masuk ke dalam tumbuhan langka. Bunga – bunga edelweis akan bermekaran pada bulan April sampai Agustus. Pada tahun 1988, sebanyak 636 batang bunga edelweis dibawa oleh hadirin dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (salah satu kawasan santunan terakhir edelweis). Namun, kini setiap pendaki yang tertangkap basah memetik dan menjinjing bunga edelweis akan dikenakan hukuman dan denda.


2. Cempaka Putih (Michelia alba)


Cempaka putih atau lebih dikenal sebagai kantil oleh masyarakat Jawa, sering dimanfaatkan untuk digunakan pada upacara – upacara penting tradisional maupun ritual. Cempaka putih juga dimanfaatkan untuk aksesoris penghias pengantin perempuan serempak dengan melati dalam kebudayaan Jawa. Bunganya berwarna putih dengan tinggi pohon mampu mencapai 30 meter. Daunnya berbentuk lingkaran telur dengan tangkai daun agak panjang atau nyaris separuh dari panjang daun. Cempaka putih dapat hidup pada dataran rendah hingga ketinggian 1.600 meter di atas permukaan maritim. Cempaka putih masih berkerabat dengan cempaka kuning atau bunga jeumpa.


3. Sawo Kecik (Manilkara kauki)


Sawo kecik atau sawo jawa merupakan jenis sawo yang mulai langka keberadaannya di Indonesia. Bentuk buah sawo kecil lonjong berukuran 3 – 4 cm dengan kulit buah berwarna kemerahan jika telah matang dengan rasa manis sedikit sepat.


Pohon sawo kecik dapat mencapai tinggi sekitar 25 meter dan diameter batang pohon mencapai 100 cm. Sawo kecik dapat tumbuh di kawasan pesisir sampai di ketinggian 500 meter di atas permukaan bahari. Di Yogyakarta sawo kecik menjadi menerangkan bahwa orang yang menanamnya merupakan abdi dalem keraton.


4. Kepel (Stelechocarpus burahol)


Flora endemik pulau Jawa selanjutnya ialah Kepel atau burahol, adalah tanaman yang hanya ada di Daerah spesial Yogyakarta. Dahulu buah kepel menjadi makanan favorit bagi putri kraton di Jawa karena dipercaya dapat membuat keringat menjadi busuk dan air seni tidak berbau menyengat. Sekilas kulit buah berwarna coklat seperti dengan sawo dan melekat di bagian batang pohon. Jika dibelah daging buah kepel berwarna jingga dan mempunyai aroma seperti mirip bunga mawar dengan gabungan buah sawo. Daging buah kepel dipercaya dapat meluruhkan kecing, menangkal radang ginjal serta menjadi obat alami kemandulan sementara bagi perempuan. Kepel menjadi flora hias pada pekarangan, alasannya adalah dikala pucuk daun muda timbul secara serentak akan terlihat berwarna merah kemudian bermetamorfosis keungunan hingga balasannya menjadi warna hijau.


5. Gandaria (Bouea macrophylla)


Tumbuhan ini dinobatkan selaku tumbuhan identitas provinsi Jawa Barat. Gandaria memiliki banyak julukan antara lain jatake, ramania, kundangan dan masih banyak lagi. Hampir semua bagian dari tumbuhan gandaria dapat dimanfaatkan, namun yang paling kerap yaitu buahnya.


Buah gandaria muda banyak dimanfaatkan untuk dimakan dan dimasak menjadi rujak atau sambal sedangkan buah gandaria bau tanah mampu konsumsi langsung. Rasa buah gandaria condong asam dengan sedikit rasa bagus. Daun mudanya juga dapat dikonsumsi selaku lalap oleh masyarakat Sunda.


6. Bambu Embong (Bambusa Cornuta)


Bambu embong menjadi jenis bambu yang ditemukan pada era ke 18 dan menjadi jenis satu – satunya yang masih hidup di dunia dan cuma ada di Malang, Jawa Timur. Selama ini orang beraggapan bahwa bambu embong sama mirip bambu kebanyakan, mengganggu tumbuhan lain dan bentuknya tidak begitu menawan.


Hal yang membedakan dengan bambu kebanyakan yaitu, tumbuh tidak mengumpul menjadi rumpun tetapi menjalar dan saling mengikat. Sifatnya itulah yang mampu menangkal pengikisan dan cocok dibudidayakan pada lereng bukit.


7. Bayur (Pterospermum javanicum)


Bayur atau bayor merupakan tumbuhan jenis pohon yang memiliki kualitas kayu cukup baik. Banyak didapatkan di dataran rendah di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut utamanya di tempat dengan iklim tropis seperti di Indonesia. Tinggi pohon bayur bisa meraih 45 meter dengan gemang batangnya sepanjang 1 meter.


Daun berbentuk bundar telur dengan lebar 4 – 14 x 2,5 – 7 cm dan bab ujung meruncing. Meskipun sering ditemuan hidup pada tanah lembab yang tidak digenangi oleh air, bayur masih mampu hidup pada tanah kering, tanah berpasir atau tanah liat berpasir.


8. Jeruk Jepara (Limnocitrus littoralis)


Jeruk jepara atau yang lebih diketahui selaku jeruk swing sempat dinyatakan punah atau hilang oleh para mahir botani di tahun 1969. Salah satu aspek punahnya jeruk jepara ini ialah telah hilang habitat asli dari jeruk ini. Sesuai dengan namanya, jeruk ini mampu didapatkan sepanjang pantai Rembang dan Jepara. Hingga puluhan tahun lalu, jeruk jepara berhasil didapatkan kembali di kawasan asalnya di tahun 1979 dan sukses dikonfirmasi kembali oleh Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta pada tanggal 6 Oktober 1984. Bagi masyarakat sekitar, jeruk jepara diketahui dengan nama jeruk-jerukan dan hanya dimanfaatkan untuk bermain ketapel. Jeruk jepara berdiameter 3 – 5 cm dan di dalamnya terbagi menjadi 5 ruang dengan masing – masing ruang terdapat 2 biji. Rasanya asam dengan gabungan asin sehingga kurang yummy untuk disantap. Namun keunggulan jeruk jepara ialah mampu berkembang di lahan berpasir dengan kandungan garam tinggi sekalipun.


9. Mangga Lalijiwa (Mangifera lalijiwa)


Mangga yang satu ini termasu golongan mangga endemik yang mampu didapatkan di Semarang (Jawa Tengah) dan Yogyakarta. Nama lalijiwa sendiri berasal dari bahasa jawa yakni “lali” yang artinya lupa dan jiwa, sehingga jika diartikan bahwa rasa mangga tersebut akan menciptakan pemakan  menjadi lupa diri. Secara bentuk fisik pohon mangga lalijiwa tidak jauh berlawanan dengan pohon mangga kebanyakan yang memiliki tinggi sekitar 8 meter dan tajuk 9 meter untuk diameternya. Bentuk buahnya bulat sedikit lonjong dengan panjang sekitar 7 cm dan berat 200 gram. Sayangnya keberadaan pohon mangga lalijiwa mulai jarang utamanya di habitat aslinya. Tidak heran jika dikala ini status mangga lalijiwa masuk ke dalam daftar merah oleh IUCN.


Itulah beberapa flora endemik Pulau Jawa yang harus dilestarikan. Semoga artikel ini bermanfaat.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon