Kamis, 28 Mei 2020

Penjelasan Tata Ruang Kota Menurut Teori Konsentris Terlengkap

Manusia selaku makhluk sosial telah pasti membutuhkan interaksi baik sesama manusia maupun lingkungan di mana mereka berada. Interaksi yang dilakukan antara insan dengan lingkungannya membuat beragam bentuk acuan – pola penggunaan lahan yang cukup beragam. Keberagaman tersebut diakibatkan kondisi lahan yang berlainan – beda, sehingga insan juga harus memperlakukan lahan tersebut dengan cara yang berlainan pula.


Penggunaan lahan untuk membentuk suatu tata guna lahan mesti mengamati terlebih dahulu aneka macam macam faktor mirip sosial, ekonomi, kebudayaan, adat istiadat, aturan hingga kelembagaan yang nantinya akan berkhasiat dalam membangun planning tata ruang daerah ke depannya. Termasuk bila ingin membangun tata ruang untuk wilayah kota yang telah pasti lebih kompleks bila ketimbang yang berada di desa. Hingga muncullah berbagai macam teori mengenai struktur ruang kota seperti teori inti ganda, teori konsentris, teori sektoral dan lain sebagainya. Pada pembahasan kali ini akan dibahas secara mendalam perihal salah satu teori struktur ruang yang banyak dipraktekkan di beberapa kota di dunia yakni teori konsentris.


Pengertian Teori Konsentris


Teori konsentris pertama kali dikemukakan oleh Ernest W. Burgess yang ialah seorang sosiolog dari Amerika Serikat di mana dikala itu melakukan penelitian pada kota Chicago di tahun 1920. Saat itu Burgess beropini jikalau kota Chicago telah mengalami pertumbuhan dan juga pemekaran di beberapa daerah seiring berjalannya waktu serta pertambahan penduduknya. Perkembangan tersebut terus meluas bahkan sampai ke kawasan pinggiran. Ia menggambarkan jika pemekaran wilayah yang terjadi di kota Chicago seperti sebuah gelang yang melingkar.


Teori konsentris bisa terjadi di beberapa kota lain mirip yang ada di London, Chicago, Kalkuta, dan Adelaide. Kota – kota tersebut mempunyai lingkungan yang sungguh gampang dibangun jalur transportasinya. Sedangkan untuk di Indonesia sendiri cukup sukar membangun kota dengan menerapkan teori konsentris, mengenang kalau kontur alam di Indonesia tidaklah rata, ada banyak pengunungan, lembah sampai sungai serta beberapa kawasan dipisahkan oleh lautan. Seperti yang kita ketahui kota merupakan sebuah objek di mana di dalamnya terdapat penduduk dengan kehidupan kompleks dan sudah mengalami proses interrelasi antar manusia dan juga insan dengan lingkungannya.


Ciri Teori Konsentris


Dalam teori konsentris terdapat suatu ciri utama ialah adanya kecenderungan, terutama di tempat yang berada di dalam cenderung akan memperluas untuk masuk ke dalam tempat berikutnya (ke arah luar). Dalam prosesnya mengikuti suatu urutan yang dikenal dengan nama rangkaian invasi. Cepat atau tidaknya kemajuan suatu kota tergantung dari laju perkembangan ekonomi dan penduduknya. Namun jika jumlah penduduk cenderung mengalami penurunan, maka kawasan yang berada di luar akan tetap sama sedangkan pada tempat transisi mengalami penyusutan ke arah dalam tempat sentra bisnis. Penyusutan yang terjadi di pada daerah sentra bisnis akan membuat sebuah kawasan kumal komersial serta perkampungan. Pada teori konsentrik khususnya dalam faktor ekonomi, kian dekat dengan pusat kota maka harga tanah akan semakin mahal.


Pembagian Zona Pada Teori Konsentris



Berdasarkan model konsentris yang dikemukakan oleh Burgess, perkotaan terbagi menjadi 5 zona yang melingkar dan berlapis – lapis ialah:



  • Zona 1: Daerah pusat acara (Central Business District)

  • Zona 2: Zona peralihan (Transition Zone)

  • Zona 3: Zona pemukiman pekerja (Zone of working men’s homes)

  • Zona 4: Zona pemukiman yang lebih baik (Zona of better residences)

  • Zona 5: Zona para penglaju (Zone of commuters)


Untuk zona 1 atau kawasan sentra acara yakni zona sentra kehidupan segala jenis faktor mirip sosial, ekonomi, politik dan budaya. Tidak heran jikalau di dalam zona ini terdapat banyak bangunan utama untuk aktivitas ekonomi, sosial, politik dan budaya. Tidak heran jika Burgess menyebut zona ini sebagai “The area of dominance”.


Untuk menerangkan teori konsentris, Burgess senantiasa menggunakan istilah ekologis seperti dominasi, invasi dan suksesi. Oleh McKenzie ekologis ini diperjelas lagi secara jelas. Menurutnya invasi sendiri terbagi menjadi 3 tingkatan ialah:



  • Initial Stage (tahap awal)


Proses ini ditandai dengan adanya tanda-tanda ekspansi geografis yang berasal dari sebuah golongan sosial lalu menemukan tantangan dari masyarakatyang terkena efek perluasan.



  • Secondary Stage (tahap lanjutan)


Pada tahan ini terjadi persaingan yang disertai oleh proses displacement atau perpindahan, seleksi dan asimilasi.  Pada golongan yang kalah berkompetisi akan melaksanakan perluasan menuju wilayah lain yang lebih lemah.



  • Climax Stage (tahap klimak)


Jika sudah berada di daerah atau kawasan yang lemah tersebut maka timbul suksesi gres, pada proses ini telah memasuki tahap klimak.


Dan proses ini terus berlanjut sehingga zona melingkar konsentris makin melebar pada suatu kota. Proses berkembangnya hasil tersebut merupakan “Natural Area” yang mempunyai keseragaman sifat untuk setiap zona. Untuk membuat lebih mudah penerapan teori konsentris bisa dilihat dari kota Jakarta.



  • Zona 1: Daerah Pusat Bisnis


Salah satu kawasan sentra bisnis yang ada di Jakarta berada di Mangga 2 Town Square. Di sini banyak aktivitas perekonomian terjadi hampir setiap hari mulai dari perkantoran sampai pedagang kaki lima.



  • Zona 2: Daerah Peralihan


Bisa dibilang jika daerah ini merupakan kawasan bagi orang – orang yang tidak memiliki daerah tinggal, mirip pengemis yang tinggal di bawah jembatan. Sudah ditentukan jika lingkungan di sana jauh dari kata pantas dan sehat untuk dijadikan daerah tinggal.



  • Zona 3: Daerah Pemukiman Pekerja


Para pekerja yang bekerja di kawasan sekitar Menteng di Jakarta Pusat biasanya akan menentukan kawasan tinggal yang sederhana atau tidak jauh dari tempat kerjanya. Karena ini diubahsuaikan dengan pendapatan atau upah yang mereka dapatkan dan kemampuan mereka untuk menyewa kawasan tinggal tersebut.



  • Zona 4: Daerah Pemukiman Yang Lebih Baik


Berbeda dengan zona 3, kawasan pemukiman di sini lebih baik dan lazimnya berada di daerah kompleks perumahan mirip di Kelapa Gading. Di kompleks perumahan ini hanya ditempati oleh golongan dengan panghasilan menengah ke atas seperti pebisnis.



  • Zona 5: Daerah Para Penglaju


Biasanya tempat ini berada di luar daerah Jakarta mirip Tangerang dan Depok. Kedua daerah tersebut mempunyai jumlah penduduk yang cukup padat dengan keragaman jenis pekerjaan serta kualitas daerah tinggal yang berbeda pula (tergantung dari tingkat pendapatan). Tidak heran kalau memasuki jam kerja mirip pagi dan sore, kemacetan kemudian lintas tidak mampu disingkirkan.


Demikian penjelasan perihal teori konsentris. Semoga gosip di atas dapat menambah wawasan wacana tata ruang kota menurut teori konsentris.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon