Kamis, 28 Mei 2020

Mengapa Pluto Tidak Lagi Disebut Planet? Inilah Alasannya

Mungkin kita sudah mengenali jikalau dahulu di dalam tata cara tata surya kita terdapat sembilan planet yang mengorbit Matahari. Planet – planet tersebut ialah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Benar, Pluto pernah masuk ke dalam daftar planet di tata surya kita dan menjadi planet dengan urutan paling terakhir sesudah Neptunus yang pernah ditemukaan ketika itu. Perlu diketahui bila Pluto didapatkan pertama kalo oleh seorang astronom yang berjulukan Clyde Tombaugh pada tahun 1930. Tombaugh memperoleh Pluto dengan tidak sengaja dan alasannya ukurannya yang kecil dia juga menamainya Pluto yang berasal dari nama tuhan dalam iman orang Yunani ialah, God of Underworld.


Ukuran Pluto memang sangat kecil untuk ukurang planet, akan namun para astronom meyakini kalau Pluto memanglah sebuah planet dan menjadi planet kesembilan di metode tata surya. Pluto tergolong ke dalam klasifikasi planet kerdil karena ukuran diameter dari Pluto sekitar 2.372 km bahkan lebih kecil dari Merkurius sekalipun atau nyaris setara dengan Bulan. Sebutan Pluto menjadi planet kesembilan di dalam tata surya kita rampung pada tahun 2006. Ada banyak argumentasi mengapa Pluto tidak lagi disebut sebagai planet di sistem tata surya kita. Berikut penjelasannya!


Alasan Mengapa Pluto Tidak Disebut Planet Lagi


Seperti yang kita pahami jika pertumbuhan teknologi akan berbanding lurus dengan ilmu wawasan, artinya semakin canggih sebuah teknologi maka semakin banyak info yang diperoleh untuk wawasan, begitupun yang terjadi di bidang astronomi. Sebuah teleskop canggih sukses dikembangkan dan pengamatan mengenai Pluto juga dijalankan guna menambah berita. Dari hasil pengamatan tersebut dikenali bila Pluto sama seperti objek langit pada umumnya yang berada di area yang berjulukan Sabuk Kuiper.


Di dalam Sabuk Kuiper atau Kuiper Belt ialah suatu tempat yang berada lebih jauh dari Pluto ini setidaknya terdapat 70.000 objek langit dan salah satu objek tersebut yakni Pluto. Diketahui jikalau terdapat objek langit lain yang justru mempunyai ukuran lebih besar dari Pluto dan diberi nama dengan Eris pada tahun 2005, sebelumnya pernah didapatkan objek langit lain yang berada di sekeliling Pluto seperti Quaoar di tahun 2002 dan Sedna (2003). Bahkan Eris sempat dimasukkan sebagai planet kesepuluh sehabis Pluto. Bahkan ada yang beropini untuk menimbulkan Charon (satelit Pluto dikala itu) selaku sebuah planet kembar dari Pluto lalu dibarengi dengan Ceres, sehingga jumlah planet yang terdapat pada tata surya menjadi 12 buah. Dari inovasi – inovasi ini pulalah yang menyebabkan banyak pertanyaan dari pihak astronom mengenai Pluto, apakah Pluto ini yaitu planet atau bukan.


Sebelumnya sekitar tahun 1990-an para peneliti sudah melaksanakan observasi mengenai benda – benda langit yang berada di sekeliling Neptunus atau lebih diketahui sebagai trans – Neptunus. Benda – benda langit ini mempunyai ukuran cukup kecil di dalam tata cara tata surya, mereka juga mengorbit pada Matahari melalui Neptunus, sifat mereka juga tidak jauh berlainan dengan Pluto. Hingga pada jadinya di tahun 2006, Pluto dirubah statusnya dari planet menjadi planet katai atau dwarf planet. Perubahan status tersebut dikerjakan setelah dikerjakan keputusan dari Pertemuan Umum XXVI IAU (Internasional Astronomy Union) pada tahun 2006 di mana pada konferensi tersebut juga sudah menghasilkan suatu definisi baru tentang aneka macam macam kategori benda langit dalam sistem tata surya tergolong definisi tentang planet. Dan definisi planet berdasarkan hasil konferensi tersebut adalah:



  1. Planet harus dalam keadaan keseimbangan hidrostatik atau mempunyai gravitasi yang cukup biar dapat menarik ke bentuk ellipsoidal (berupa hampir lingkaran).

  2. Harus mengorbit pada Matahari dan tidak ada benda lainnya.

  3. Perlu membersihkan orbitnya dari planetesimal apapun atau tidak ada pesaing planet, dengan kata lain secara umum dikuasai pada orbitnya.


Pertemuan Umum XXVI juga membicarakan perihal definisi planet katai, adalah benda atau objek langit yang mengelilingi Matahari, mempunyai bentuk hampir bundar dalam kondisi hidrostatis, tidak lebih banyak didominasi pada orbitnya dan bukan ialah satelit. Berdasarkan definisi planet yang telah diungkapkan di atas, Pluto masuk ke dalam poin satu dan dua, namun tidak untuk poin ketiga. Namun hal tersebutlah menimbulkan perdebatan baru, berdasarkan Ethan Siegel seorang profesor fisika dan astronomi dari Lewis & Clark College, Portland, Oregano mengatakan bahwa mengkosongkan atau “membersihkan orbit” bersifat subjektif dan sungguh bergantung ada yang berada di luar sana. Ia juga menyertakan jika mengubah Matahari dengan bintang induk, tidak seperti dapat mengukur sistem ekstrasurnya dengan cukup baik, apakah orbitnya telah bersih atau tidak sehingga definisi tersebut kurang tepat.


Meskipun begitu, hampir sebagian besar masyarakat dan ilmuwan berharap jika definisi planet yang telah disebut di atas dapat diperbarui dan status Pluto kembali menjadi planet. Akan namun NASA merilis definisi gres tentang arti dari planet untuk lalu diserahkan pada IAU. Kesimpulannya Pluto tidak akan kembali, begitu pula dengan Bulan serta lebih dari 100 objek di tata surya. Pernyataan tersebut berasal dari ilmuwan geofisika bukan astronomi, mereka menyampaikan kalau benda kosmik yang terdapat di sistem tata surya tidak butuhmengorbit pada Matahari untuk bisa dianggap planet. Kita mesti menyaksikan sifat fisik intrinsik objek langit tersebut daripada interaksi mereka terhadap bintang. Dan kesudahannya bahwa suatu planet merupakan massa tubuh sub-bintang yang belum pernah mengalami fusi nuklir, serta memiliki cukup gravitasi untuk membentuk speroid yang digambarkan oleh elipsoid triaksial tanpa memperhatikan parameter orbitalnya.


Tidak hanya itu saja, menurut definisi geofisika di atas, Siegel memperlihatkan tolok ukur untuk planet sebagai berikut:



  • Objek langit tersebut harus mengorbit pada bintang induknya.

  • Objek langit (planet) harus mendominasi orbit mereka kepada jarak massa dan orbital.

  • Mereka tidak mempunyai puing – puing yang berada di sekitar orbit yang dimiliki di bawah 0,1 milyar tahun.

  • Orbit yang dimiliki terdapat batasan kepada dampak luar dan akan senantiasa stabil selama bintang mereka ada.


Berdasarkan argumentasi tersebutlah, Pluto dikeluarkan dari susunan planet di metode tata surya. Sehingga para astronom mulai menggolongkan planet – planet yang serupa dengan Pluto dengan sebutan khusus ialah dwarf planet atau planet kerdil. Tentunya hasil dari pertemuan yang dilaksanakan oleh IAU, kita jadi mengenali syarat objek langit bisa disebut sebagai planet kalau memenuhi ketiga syarat di atas. Itulah tadi beberapa alasan mengapa Pluto tidak bisa disebut planet. Semoga gosip di atas mampu berguna.



Sumber ty.com


EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
8-)
:-t
:-b
b-(
(y)
x-)
(h)